Nico Siahaan: Masyarakat Harus Mampu Cakap di Ruang Digital

  • Oleh : Naomy

Minggu, 10/Apr/2022 17:23 WIB
Anggota DPR Komisi I Nico Siahaan Anggota DPR Komisi I Nico Siahaan

JAKARTA (BeritaTrans.com) -- Saat ini sudah hampir semua bidang kehidupan bisa dilakukan dengan cara digital, mulai dari bidang pemasaran hingga transportasi. 

Tantanganya adalah bagaimana caranya agar masyarakat mempunyai kecakapan digital.

Hal itu disampaikan Anggota Komisi I DPR Junico BP. Siahaan, dalam Webinar Ngobrol Bareng Legislator dengan tema Literasi Digital untuk Kemajuan Bangsa dan Negara.

Mantan presenter TV yang akbrab di saba Nico itu menjelaskan pengguna internet di Indonesia mencapai 204 juta dengan pengguna media sosial mencapai 191 juta.

Hadir sebagai pembicara lainnya Dirjen Aptika Kemkominfo Semuel A. Pangerapan BSC, Praktisi Komunikasi dan Bisnis Teguh Yuwono, serta Dosen Fikom Universitas Padjajaran DR Dian Wardiana Sjuchro. 

"Media sosial yang paling banyak diakses adalah Whatsapp dengan prosentase mencapai 88,7%, kemudian instagram mencapai 84,8%, Facebook 81,3% dan Tiktok 63,1%," ujarnya. 

Dalam sehari, masyarakat Indonesia rata-rata memanfaatkan delapan jam 36 menit untuk membuka internet.

Dia menjelaskan, cakap digital mencakup digital skill yakni mampu membandingkan beragam informasi untuk mendapatkan informasi yang benar dan mampu berinteraksi dan menggunakan beragam perangkat digital.

Kemudian cakap digital etnich yakni tidak berkata kasar di media sosial, tidak mengajak dan menghasut orang lain untuk menyebarkan kebencian dan tidak menyebarkan informasi pribadi orang lain. 

"Juga cakap digital ethics yakni mampu menjaga data pribadi dalam berinteraksi di ranah digital, terbiasa menggunakan password yang aman dan menggunakan anti virus," ungkap dia.

Terakhir kata Nico, cakap digital culture yakni mencantumkan sumber bila ingin mengunggah postingan orang lain.  

Memiliki empati dalam berinteraksi di dunia maya dan menghargai adanya perbedaan sebagai sebuah bangsa.

Dosen Fikom Universitas Padjajaran DR Dian Wardiana Sjuchro mengemukakan, secara umum ruang digital terlalu cepat menyapa masyarakat Indonesia dan negara-negara berkembang lainya. 

"Kecepakatan tersebut melahirkan kejutan budaya pada sebagian masyarakat kita," katanya. 

Budaya digital di mana media sosial termasuk di dalamnya hadir ketika budaya baca dan literasi media masih belum terbentuk dengan baik, sehingga bangsa kita gagal memahami bahwa ruang digital adalah budaya yang memerlukan etika, moral dan sikap kritis di dalamnya.

Teguh Yuwono, Praktisi Komunikasi dan Bisnis menambahkan, ada tiga aspek yang perlu diperhatikan ketika seseorang membaca sesuatu diinternet. 

"Apakah yang dibaca itu benar atau salah. Apakah yang dibaca itu bermanfaat atau tidak, dan apakah yang dibaca itu baik atau buruk," tutur dia.

Menurutnya, sudah saatnya informasi-informasi yang ditayangkan, harus informasi yang kondusif. 

"Pengguna internet memang tidak semua sama. Tetapi mari kita menjadi pengguna internet yang cerdas dan cakap dalam menggunakan ruang digital," pungkas dia. (omy)