JAKARTA (BeritaTrans.com) - Produsen otomotif Jepang, Daihatsu dan Toyota menjawab soal potensi penurunan harga jual mobil listrik jika salah satu komponen utama, baterai telah diproduksi di Tanah Air.

Project General Manager Toyota Daihatsu Engineering & Manufacturing (TDEM) Indra Chandra menjelaskan, untuk sementara ini baterai masih menjadi komponen utama dalam mobil listrik dan semua masih impor.

Baterai, juga dikatakan memainkan peran penting dalam rantai pasok industri kendaraan listrik yang punya komposisi sekitar 50-60 persen berdasarkan biaya pembuatan mobil listrik.

"Jadi kalau impor ada logistic cost, belum lagi material kena exchange rate," kata Indra dalam diskusi secara virtual, Jumat (20/5/2022).

Namun hal tersebut bakal berubah bila baterai telah diproduksi lokal. Pabrikan menyimpulkan potensi terjadi penurunan harga jual kendaraan listrik di Indonesia.

Saat ini sudah ada sejumlah produsen baterai kendaraan listrik yang meletakkan investasi di Indonesia.

Masing-masing produsen tergiur berinvestasi. Sebab melihat sumber daya utama baterai di Indonesia melimpah.

Belum lagi banyak insentif yang disediakan pemerintah kepada investor. Sejumlah produsen baterai yang berinvestasi antaranya yaitu CATL dan LG.

"Itu paling tidak komponen USD berkurang, terus logistic cost bisa berkurang 15-20 persen dari harga satu buah baterai," ucap dia.

"Lalu nikel (material baterai) sampai jangka panjang 20 persen lebih murah dari internasional price. Kalau digunakan baterai yang diproduksi dengan itu kompetitif 50-25 persen dari impor," kata Indra.

Saat ini beberapa merek mobil listrik telah hadir di Indonesia. Paling murah merek Hyundai berstatus CBU harganya mulai Rp600 jutaan.

Mobil listrik Hyundai produksi dalam negeri Ioniq 5 dijual mulai Rp718 juta.

Sementara mobil hybrid, saat ini paling murah Rp521 juta berasal dari produk Toyota Corolla Cross Hybrid. (tr/Sumber:CNNIndonesia)