Wow, Bandara Internasional Banyuwangi Kelolaan AP II Masuk 20 Besar Arsitektur Terbaik Dunia

  • Oleh : Naomy

Sabtu, 11/Jun/2022 19:01 WIB
Keindahan Arsitektur Bandara Internasional Banyueangi masuk 20 besar dunia Keindahan Arsitektur Bandara Internasional Banyueangi masuk 20 besar dunia


JAKARTA (BeritaTrans.com) - Wow, Bandara Internasional Banyuwangi, Jawa Timur kelolaan PT Angkasa Pura masuk 20 besar arsitektur terbaik dunia.

Penilaian tersebut dari The Aga Khan Award for Architecture (AKAA) 2022 yang merilis daftar 20 bangunan dengan arsitektur terbaik di dunia. 

Baca Juga:
Mantap, Meroket 15 Tangga, Bandara Soekarno-Hatta jadi Peringkat 28 Terbaik Dunia Tahun 2024

Aga Khan Award mengakui suatu bangunan adalah yang terbaik antara lain dari keunggulan arsitektur kontemporer, social housing, berkontribusi dalam pengembangan masyarakat, pelestarian sejarah, konservasi kawasan, desain lansekap dan perbaikan lingkungan.

Selain itu juga melihat pemanfaatan sumber daya lokal, penggunaan teknologi secara inovatif, serta aspek lain seperti misalnya insinyur dan pengrajin. 

Baca Juga:
Cuma 12 Hari Libur Lebaran, Penumpang di Bandara Soekarno-Hatta Tembus 2,02 Juta, jadi Tersibuk di Asia Tenggara

Pembangunan Bandara  Banyuwangi sendiri diarsiteki oleh arsitek nasional Andra Matin, di mana terminal penumpang pesawat mengusung konsep green airport yang tidak mengandalkan pendingin udara namun tetap terasa nyaman bagi penumpang pesawat. 

Terminal penumpang seluas 7.000 meter persegi dan berkapasitas 3 juta penumpang/tahun ini dibangun Pemkab Banyuwangi dan mengadopsi konsep atap rumah Suku Osing masyarakat asli Banyuwangi. 

Baca Juga:
Penumpang di Puncak Arus Balik di 20 Bandara Angkasa Pura II Tembus 309.477, Operasional dan Layanan Lancar

"Keindahan arsitektur terminal penumpang ini kemudian menjadi salah satu landmark di Jawa Timur," tegas President Director AP II Muhammad Awaluddin, Sabtu (11/6/2022).

Pada 2017, Bandara Banyuwangi kemudian dikelola oleh AP II dan pengembangan pun terus berlanjut. 

AP II mengembangkan sisi udara yaitu penebalan runway,  pelebaran dan perpanjangan runway menjadi 2.450 x 45 m dan perluasan apron (parkir pesawat) menjadi 16.200 meter persegi, serta pembangunan taxiway.

“Pengembangan sisi udara guna mendukung operasional pesawat berbadan sedang (narrow body) sekelas Boeing 737-900 ER dan Airbus A320 yang saat ini menjadi pesawat komersial rute jarak pendek dan menengah paling banyak digunakan maskapai di Indonesia atau bahkan di dunia,” ujarnya.

Saat ini, di tengah periode pemulihan penerbangan dari dampak pandemi Covid-19, Bandara Banyuwangi melayani rute Jakarta - Banyuwangi yang dioperasikan Citilink dan Batik Air, serta Sumenep - Banyuwangi oleh Susi Air. 

Pemulihan penerbangan secara berkelanjutan diharapkan berjalan lancar seiring dengan membaiknya penanganan pandemi, sehingga rute-rute lain akan kembali dibuka di Bandara Banyuwangi. 

Awaluddin mengatakan, AP II juga memperkuat implementasi green airport.

“Bandara Banyuwangi sudah memiliki terminal penumpang dengan arsitektur yang luar biasa indah dan sangat mendukung penerapan green airport. AP II akan memperkuat penerapan green airport ini dan menjadikan Bandara Banyuwangi sebagai bandara pertama di Indonesia yang mendapat sertifikasi Greenship Existing Building,” beber dia.

Guna memperkuat penerapan green airport ini, AP II memiliki program efisiensi dan konservasi energi melalui pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebagai salah satu sumber energi di bandara ini.

“Program ini sudah berjalan, AP II didampingi Ditjen Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM berkolaborasi untuk mendorong pemanfaatan PLTS di bandara-bandara termasuk di Bandara Banyuwangi,” kata Awaluddin.

Adapun dari evaluasi yang telah dilakukan, pemanfaatan PLTS di Bandara Banyuwangi dimungkinkan dilakukan di atas atap seluas 3.300 meter persegi dengan maksimal kapasitas on-grid sebesar 150 KWp (kilowatt peak). 

Panel surya dalam sistem PLTS akan dipasang di atap gedung Airport Rescue and Fire Fighting (ARFF) dan gedung Main Power Station (MPS).

Implementasi PLTS ini juga sejalan dengan pengembangan Bandara Banyuwangi untuk selalu mengikuti tren global, di mana AP II akan mendorong seamless journey experience di melalui pemanfaatan mesin self check in, layanan dengan mobile apps, self baggage drop dan fasilitas lainnya seperti biometrik facial recognition untuk naik ke pesawat.

“Penumpang pesawat atau traveler yang saat ini didominasi kalangan milenial lebih memilih penggunaan teknologi untuk memproses keberangkatan penerbangan dan merasakan seamless journey experience,” ungkap Awaluddin. 

Melalui pengembangan sisi darat yang mencakup terminal penumpang berarsitektur terbaik dunia, lalu pengembangan sisi udara mencakup runway, apron, taxiway, serta pengembangan infrastruktur teknologi dan energi baru, terbarukan, Bandara Banyuwangi akan menjadi pilot project pengembangan bandara modern untuk mendukung wisata. 

"Traveler yang melalui bandara ini akan merasakan aura berlibur yang sangat kental, bebas ribet, bebas stress dan bebas hambatan," pungkas Awaluddin. (omy)