Mengenal Satuan Khusus Kapal Selam TNI AL `Korps Hiu Kencana`

  • Oleh : Fahmi

Kamis, 21/Jul/2022 05:47 WIB
TNI Angkatan Laut (AL) memiliki satuan khusus yang bertugas mengoperasikan kapal selam yang dikenal dengan sebutan Korps Hiu Kencana. (Ist) TNI Angkatan Laut (AL) memiliki satuan khusus yang bertugas mengoperasikan kapal selam yang dikenal dengan sebutan Korps Hiu Kencana. (Ist)

JAKARTA (BeritaTrans.com) - TNI Angkatan Laut (AL) memiliki satuan khusus yang bertugas mengoperasikan kapal selam yang dikenal dengan sebutan Korps Hiu Kencana. Pasukan baret hitam merupakan penjaga kedaulatan Republik Indonesia dari unsur bawah air. 

Korps Hiu Kencana yang mempunyai efek tangkal yang sangat efektif dalam mendukung operasi siaga tempur di bawah komando utama Panglima TNI. Dalam tradisi TNI AL, untuk menjadi awak Korps Hiu Kencana tidaklah mudah. 

Baca Juga:
Pakai Kapal Perang, TNI AL Distribusi Logistik Pemilu ke Daerah Terpencil

Para prajurit harus melakukan penyelaman, peran berlayar dan bertempur di kapal selam, serta menyaksikan langsung bagaimana sebuah kapal selam beroperasi sebelum menerima Brevet Kehormatan Hiu Kencana. Tak sampai di situ, mereka juga harus bisa mendeteksi posisi kawan dan lawan melalui periskop, mencoba mengoperasikan alat-alat yang ada di kapal selam seperti alat deteksi dan navigasi lainnya.

Bagaimana sejarah berdirinya Korps Hiu Kencana? Berikut hasil rangkuman SINDOnews yang dikutip dari situs resmi TNI AL, Rabu (20/7/2022). 

Baca Juga:
Keamanan Presiden, 4 Kapal Perang TNI AL Bersiaga di Pesisir Utara Jakarta

Korps Hiu Kencana atau Satkalsel Koarmada II didirikan pada 12 September 1959. Akan tetapi, sejarah Korps Hiu Kencana dimulai dari pendidikan oleh para awak kabin di Polandia pada 5 Agustus 1958. 

Menempuh pendidikan selama setahun, para awak kabin kemudian kembali ke Indonesia pada 5 Agustus 1959. Satuan kapal selam itu berdiri berbarengan dengan serah terima dua kapal selam Whiskey buatan Uni Soviet untuk Indonesia. 

Baca Juga:
TNI AL Siap Perkuat Pertahanan dengan Alutsista Baru Tahun 2023

Proses serah terima diwakili Kepala Staf TNI AL, Kolonel Pelaut RE Martadinata. Dua kapal selam tersebut kemudian diberi nama RI Tjakra di bawah Komandan Laksma TNI (Purn) RP Poernomo dan RI Nanggala di bawah pimpinan Komandan Mayor Pelaut OP Koesno. 

Di awal terbantuknya Korps Hiu Kencana total mendatangkan sebanyak 12 kapal selam sejak periode 1959 hingga 1962. Selain RI Tjakra dan RI Nanggala, 10 kapal selam lainnya diberi nama RI Nagabanda, RI Tjandrasa, RI Trisula, RI Nagarangsang, RI Wijayadanu, RI Hendrajala, RI Bramastra, RI Pasopati, RI Tjundamani, dan RI Alugoro. 

Pemilihan nama 12 kapal selam itu punya makna filosofis, diambil dari nama tokoh dan senjata dalam kisah pewayangan. Selain memperkuat armadanya, TNI AL juga melatih para prajurit yang mengoperasikan kapal selam tersebut.

Para prajurit TNI AL yang disiapkan untuk mengoperasikan kapal selam lalu dikirim untuk menimba ilmu di Gdansk, Polandia dan Vladivostok, Uni Soviet yang menjadi pangkalan kapal selam terbesar tentara negara yang kini berganti nama menjadi Rusia tersebut. 

Pada 14 September 1959, melalui surat keputusan Men/KASAL Nomor A.4/2/10 terbentuklah Divisi Kapal Selam (Divkasel). Komandan Laksma TNI (Purn) RP Poernomo didaulat menjadi Komandan Divkasel pertama RI. 

Lalu pada 1 November 1959, Sekolah Kapal Selam Angkatan Laut (SEKASAL) resmi dibangun dan berlokasi di Surabaya. 

Poernomo kembali dipercaya sebagai pucuk pimpinan. Poernomo juga menjadi pencetus moto Korps Hiu Kencana yakni Wira Ananta Rudira yang memiliki makna Tabah Sampai Akhir. Poernomo menilai sifat yang diperlukan awak kapal selam untuk bisa mengemban tugas tak hanya berani, ulet, sabar, tekun, dan tenang. 

Poernomo meyakini ada satu kata pemungkas yang mewakili sifat tersebut, tabah. Menurutnya, sekadar tabah tidak cukup jika tidak kekal. Poernomo menganggap pengabdian para awak harus sampai akhir yakni, Tabah Sampai Akhir. Semboyan ini akhirnya dipilih sebagai moto Korps Hiu Kencana sejak 16 Maret 1961 dan diabadikan di prasasti Monumen Kapal Selam Surabaya. 

Dalam sejarah perjalanan 12 kapal selam tersebut, Korps Hiu Kencana terlibat dalam beragam operasi strategis. Tahun 1962, Korps Hiu Kencana dilibatkan pada operasi Trikora dalam rangka merebut Irian Barat. Korps Hiu Kencana terjun dalam operasi pengintaian dan operasi menyusupkan pasukan khusus ke daratan Irian Barat tanpa terdeteksi oleh pihak Belanda. 

Operasi ini berhasil membuat Belanda mengurungkan niatnya untuk berperang secara terbuka dengan Indonesia. Irian Barat kemudian akhirnya diakui sebagai bagian dari Indonesia. 

Pada 1965-1966, Korps Hiu Kencana juga terjun dalam Operasi Gugus Tugas X yang merupakan operasi bersama kapal selam milik Angkatan Laut Pakistan. Operasi ini berhasil mempererat hubungan Pakistan dengan Indonesia. Presiden Ayub Khan secara pribadi memberikan penghargaan yang tinggi kepada segenap anggota Gugus Tugas X tersebut. 

Selain itu, Korps Hiu Kencana juga dilibatkan dalam Operasi Halilintar tahun 1979. Kapal selam yang dinakhodai awak Korps Hiu Kencana berhasil memberantas penyelundupan di Selat Malaka. Terutama penyelundupan bahan baku dari Indonesia ke Malaysia dan Singapura, serta mengamankan arus pengungsi dari Vietnam ke Indonesia di Laut China Selatan.(fhm/sumber:sindonews)