5 Rekomendasi Komnas Perempuan Supaya Pelecehan Tak Terjadi di Bus TransJakarta

  • Oleh : Fahmi

Minggu, 31/Jul/2022 07:44 WIB
Foto:Ilustrasi Foto:Ilustrasi

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Sebuah video yang menampilkan aksi pelecehan meraba-raba penumpang TransJakarta viral di media sosial. Komnas Perempuan memberikan 5 rekomendasi supaya pelecehan tak terjadi di angkutan umum, khususnya TransJakarta.

"(Rekomendasi pertama) Setiap hari pada jam-jam padat perlu penambahan armada bus," ujar Komisioner Komnas Perempuan Rainy Hutabarat kepada wartawan, Sabtu (30/7/2022).

Baca Juga:
Tarif Bus TransJakarta Rute Kalideres-Bandara Soetta Diusulkan Rp 5.000

Menurut Rainy, pemisahan tempat duduk laki-laki dan perempuan kurang efektif pada jam-jam padat. Kondisi bus penuh penumpang, tubuh yang satu bisa saling menempel dengan tubuh yang lain.

Penumpang yang berdiri kerap tercampur baur antara laki-laki dan perempuan. Kondisi tersebut bukan hanya berpotensi terjadinya pelecehan seksual, jelas Rainy, tetapi juga pencurian.

Baca Juga:
Transjakarta Rute Bandara Soekarno-Hatta Bakal Berhenti di Dua Lokasi

"(Rekomendasi kedua) perlu memasang peringatan berupa iklan layanan sosial di semua jenis transportasi umum, halte bus dan stasiun bus/komuter," kata Rainy.

Rainy menambahkan kampanye anti kekerasan terhadap perempuan perlu disebar di berbagai transportasi publik di DKI Jakarta. Selain itu, perlu juga ada stiker-stiker anti pelecehan seksual serta petunjuk langkah yang harus dilakukan korban dan penumpang bila pelecehan seksual terjadi, salah satunya dengan nomor kontak pengaduan.

Baca Juga:
Masih Ada Transjakarta Dini Hari di Terminal Kalideres, Ini Jadwalnya!

Pengawasan dari penumpang lain, seperti memvideokan aksi pelaku, juga dinilai sangat penting. Menurut Rainy, ini salah bentuk kontrol dan partisipasi publik.

Namun untuk menjaga kerahasiaan dan perlindungan korban, tutur Rainy, video sebaiknya diserahkan kepada petugas layanan pengaduan penumpang atau aparat penegak hukum.

"(Rekomendasi ketiga) CCTV dapat dipasang sebagai teknologi pendukung pencegahan pelecehan seksual di Transjakarta," tutur Rainy.

Dalam kondisi bus padat berjejal, kadang-kadang penumpang sulit melihat siapa yang berada di belakang bahkan di sampingnya. Rainy berpendapat CCTV dapat menjadi alat pelacak terhadap pelaku.

"(Rekomendasi keempat) perlu ada koordinasi lintas antara institusi transportasi publik Transjakarta dengan lembaga layanan korban dan kepolisian untuk memenuhi pengaduan korban dan hak atas pemulihan khususnya trauma psikis," tambahnya.

Rainy mengusulkan TransJakarta bermitra dengan lembaga layanan korban untuk pemulihan korban pelecehan. Terakhir ia meminta TransJakarta mengkhususkan tempat duduk untuk orang-orang dengan kriteria tertentu.

"(Rekomendasi kelima) memastikan peruntukan tempat duduk untuk lansia, ibu hamil atau membawa anak, penyandang disabilitas bahkan penumpang kurang sehat di bus Transkarta," jelas Rainy.

Viral

Dalam video viral itu terlihat pelaku dan korban berdiri berdekatan di dalam TransJakarta. Kondisi bus saat itu disebut tengah dalam keadaan ramai.

Peristiwa itu disebutkan terjadi di bus TransJakarta rute 3F atau Kalideres-Gelora Bung Karno pada Senin (25/7). Awalnya video memperlihatkan pelaku dan korban yang tengah berimpitan.

Tidak lama berselang, terlihat tangan pelaku meraba-raba bagian tubuh korban. Dalam video singkat, terlihat jari-jari pelaku itu mencolek paha korban.

Tidak jelas wajah pelaku dan korban. Video viral itu hanya menyorot tangan pelaku yang memegang tubuh korban.

Dalam narasi video viral itu disebut korban lalu turun di Halte Bundaran Senayan. Korban lalu melaporkan dugaan pelecehan seksual itu kepada petugas di lokasi.

PT Transportasi Jakarta (TransJakarta) angkat bicara. TransJakarta masih menyelidiki kasus ini.

Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan TransJakarta Anang Rizakani Noor mengatakan saat ini pihaknya terus melakukan pelacakan. Menurutnya, penanganan kasus ini menyita waktu cukup panjang karena identitas korban belum dikantongi.

"Yang terakhir ini, yang beredar di media sosial, kita lacak cukup memakan waktu hingga hari ini, atau saat ini belum begitu jelas, karena korban tidak memberikan identitasnya dan tidak melaporkan langsung kepada kami, sehingga kami sekarang sedang melakukan pelacakan," kata Anang kepada wartawan, Sabtu (30/7/2022).(fh/sumber:detik)