KNKT Ungkap Kecelakaan Truk Maut Bekasi: Sopir Tak Ngantuk, Perseneling Gigi 7 Saat Turunan

  • Oleh : Redaksi

Jum'at, 02/Sep/2022 07:48 WIB
Truk trailer mengalami kecelakaan yang menyebabkan puluhan korban luka dan terdapat korban meninggal. Truk trailer mengalami kecelakaan yang menyebabkan puluhan korban luka dan terdapat korban meninggal.

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) memeriksa AS (30), sopir truk trailer kecelakaan maut di depan SDN Kota Baru II dan III, Bekasi, Jawa Barat. KNKT mengungkap sopir truk maut tersebut tidak mengantuk, melainkan salah jalan.

Berdasarkan pengakuan sopir truk trailer, Senior Investigator KNKT Ahmad Wildan mengatakan sopir kebingungan lantaran salah jalan. Ahmad menyebut pengemudi seharusnya masuk ke Jalan Tol Bekasi Barat, namun salah jalan dan masuk ke jalan arah Kranji.

Baca Juga:
BPTJ Beri Sertifikat SMK Perusahaan Angkutan Umum kepada PT Transjakarta

"Pengakuan pengemudi tidak mengantuk, dia hanya bingung sehingga menurun kewaspadaan karena salah jalan," kata Ahmad Wildan saat dihubungi, Kamis (1/8/2022).

"Dia mengalami distraction, artinya mengalami kebingungan. Pengemudi salah jalan, rencana mau ke Surabaya dari Narogong seharusnya masuk ke Tol Bekasi Barat malah masuk ke Kranji," imbuhnya.

Baca Juga:
Pentingnya Penanganan Jangka Pendek Hindari Kecelakaan Bus Pariwisata

Ahmad menuturkan, sesaat sebelum kejadian, sopir truk trailer mencari jalan untuk memutar balik kendaraannya. Alih-alih mengoper ke gigi tiga, sopir justru mengoper ke gigi tujuh.

"Dia posisi lagi cari tempat berputar, mau gigi tiga malah masuk gigi tujuh. Salah mindahin gigi kata dia," ujarnya.

Baca Juga:
KNKT: Penyebab Kecelakaan di Tol KM 58, Pengemudi Travel Tidak Resmi Bekerja Over Time

Hal tersebut, lanjut Ahmad, menyebabkan sopir sulit untuk melakukan pengereman dengan muatan truk mencapai 55 ton sehingga berujung pada kecelakaan lalu lintas yang menewaskan 10 orang tersebut.

"Hasil pemeriksaan pengemudi, dia mengatakan pengemudi menggunakan gigi 7 saat turunan, sedangkan muatannya besi seberat 55 ton, sehingga dengan muatan tersebut tidak memungkinkan untuk dilakukan pengereman. Gaya pengereman tidak bisa mengakomodasi muatan tersebut," jelasnya.

"Saya tanya ada masalah di dalam pengereman, dia bilang bisa ngerem, tapi nggak pakem karena beratnya terlalu berlebihan terus pakai gigi tujuh," imbuhnya.

Seperti diketahui, kecelakaan truk trailer menewaskan 10 orang dan 23 lainnya luka-luka pada Rabu (31/8). Kecelakaan terjadi setelah truk trailer menabrak halte depan SD II & III Kotabaru, lalu menabrak tiang BTS dan menimpa sejumlah warga dan kendaraan di lokasi.(fh/sumber:detik)