Oleh : Naomy
JAKARTA (BeritaTrans.com) – PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (“GMF”, Kode emiten: “GMFI”) menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2021 di Jakarta, Jumat (2/9/2022).
RUPST GMF ini dihadiri oleh 25.443.017.741 suara atau sebesar 90,12% pemegang saham dan memutuskan lima agenda rapat.
Baca Juga:
Bareng ITS dan UBL, GMF Luncurkan 3 Kendaraan Listrik
Di antaranya Persetujuan Laporan Tahunan Tahun Buku 2021, Penetapan
Remunerasi Tahun Buku 2022 bagi Direksi dan Dewan Komisaris, Penunjukkan Kantor Akuntan Publik untuk Mengaudit Laporan Keuangan Tahun Buku 2022, Perubahan Anggaran Dasar, dan Perubahan Susunan Pengurus.
GMF mengesahkan Laporan Tahunan tahun buku 2021 dengan membukukan pendapatan usaha sebesar USD210,6 juta dan menekan kerugian hingga 70% dibanding tahun sebelumnya, dari USD311,3 juta menjadi USD94,5 juta.
Baca Juga:
Manfaatkan Momen Pameran Indo Defence, GMF Sahkan Kerja Sama dengan 4 Perusahaan Nasional
Pendapatan ini merupakan hasil dari
upaya pemulihan berkelanjutan yang digalakkan dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Langkah pemulihan berkelanjutan tersebut diwujudkan dengan perbaikan kinerja fundamental melalui strategi menjaga bisnis lebih lean dan mengatur belanja modal agar lebih efektif.
Baca Juga:
RUPST GMF Putuskan Perubahan Susunan Komisaris dan Direksi
Upaya diversifikasi bisnis yang telah dicanangkan pada 2020 pun mulai menunjukkan hasil di tahun 2021, di antaranya pada segmen industri pertahanan dan power services.
Pada Desember 2021, GMF berhasil mendatangkan dan melakukan perawatan pada pesawat Hercules C130 pertama milik Angkatan Udara Tentara Nasional Indonesia.
Dari sisi pendapatan, segmen power services dan industri pertahanan berhasil mencatatkan peningkatan lebih dari 100% dibanding tahun sebelumnya.
Direktur Utama GMF, Andi Fahrurrozi, mengatakan, upaya pemulihan sangat ditopang dengan penetrasi pada sektor-sektor yang tidak terlalu terdampak pandemi di antaranya power services, industri pertahanan, business & private jets, serta perawatan pesawat kargo.
"Catatan lainnya adalah GMF mengalami peningkatan volume pekerjaan perawatan berat terutama dari pesawat kargo luar negeri,” katanya.
GMF yang mencanangkan visi baru yakni menjadi perusahaan MRO yang paling bernilai bagi pemangku kepentingan pun turut mencatatkan perbaikan earnings before interest, tax, depreciation, amortization (EBITDA) yang signifikan pada 2021.
“Tahun 2021 adalah momentum pembenahan komprehensif untuk
mempertahankan likuiditas dan meningkatkan kinerja fundamental keuangan," katanya.
Di sisi lain, kembali menggeliatnya penerbangan sipil dunia juga membuka peluang bagi GMF untuk melakukan reaktivasi pada pesawat-pesawat yang berstatus grounded selama adanya
pembatasan perjalanan.
Telah selesainya proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) induk usaha, Garuda Indonesia, dan adanya komitmen merancang langkah bisnis perbaikan kinerja perlu didukung oleh GMF dengan menyiapkan
armada-armada Garuda, agar dapat dioperasikan secara optimal kembali.
“Dengan bangkitnya industri penerbangan dan meningkatnya arus lalu lintas udara, GMF harus siap dengan peningkatan permintaan reaktivasi pesawat. Untuk saat ini, permintaan reaktivasi dari maskapai Garuda Indonesia Group, khususnya pesawat berbadan kecil
menjadi prioritas kami dan telah memenuhi seluruh slot yang ada pada fasilitas hanggar kami,” tambah Andi.
Penuhnya slot hanggar hingga akhir tahun 2022 pun juga dikontribusikan oleh
tingginya permintaan perawatan pesawat Boeing 747 yang mayoritas permintaannya datang dari customer internasional.
Capaian positif kuartal satu, menurut Andi menjadi langkah pembenahan kinerja yang terus dilakukan GMF secara bertahap mulai menunjukkan
hasil yang positif.
Hal ini terwujud melalui beban usaha yang menyusut sebesar 18,3% dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya, yakni dari USD 67,7 juta pada Q1 2021 turun menjadi USD 55,3 juta pada Q1 2022.
Lebih lanjut, pada akhir kuartal pertama tahun 2022, GMFI juga berhasil mencatatkan perolehan EBITDA positif senilai 300,000 USD. (omy)