Oleh : Redaksi
JAKARTA (BeritaTrans.com) - Salah satu julukan yang pernah disematkan ke Indonesia adalah "magnet baru pembuatan kapal perang dari ASEAN hingga ke Afrika".
Julukan itu muncul pada tahun 2016 dan diberikan oleh satu media ternama luar negeri, The Diplomat. The Diplomat memberikan julukan tersebut bukan tanpa sebab.
Baca Juga:
Indonesia Ikut Latihan Regional Marpolex 2024 di Bacolod City, Filipina
"Strategic Sealift Vessel (SSV)-1, kapal perang Kelas Lloyd Register uang dibangun oleh PT PAL Indonesia, akan diserahkan kepada Kementerian Pertahanan Filipina pada Mei 2016," kata Direktur PT PAL kala itu, M. Firmansyah, seperti dikutip dari The Diplomat.
"Ini akan menjadi bagian dari kontrak PT PAL yang telah diamankan kembali pada tahun 2014 senilai $92 juta dari Pemerintah Filipina untuk pembangunan dua SSV. SSV lainnya diharapkan akan dikirimkan pada pertengahan 2017," sambung Firmansyah.
Baca Juga:
Direktur KPLP Lepas KN Trisula P.111 untuk Ikuti Marpolex Exercise di Filipina
Menteri Koordinator Kemaritiman Indonesia kala itu yakni Rizal Ramli juga turut berbangga dengan keberhasilan PT PAL mengekspor kapal perang untuk pertama kalinya.
"Hari yang bersejarah bagi Indonesia. Untuk pertama kalinya kami dapat mengekspor kapal perang. Ini merupakan pencapaian terbesar PT PAL Indonesia. Kami bangga akan hal itu," ujar Rizal Ramli seperti dikutip dari Antara.
"Kita harus menjadi bangsa pemenang. Kita tidak boleh selalu merugi karena kita sudah memiliki keunggulan di industri perkapalan," imbuh Rizal.
Enam tahun berselang setelah hari bersejarah tersebut, PT PAL yang merupakan galangan terbesar di Indonesia kembali membuat bangga baru-baru ini.
Tepatnya bulan Juni lalu, PT PAL kembali menerima pesanan dari Departemen Pertahanan Nasional (DND) Filipina.
Filipina memesan dua landing platform dock (LPD) dan perjanjian jual beli sudah ditandatangani di Manila pada 24 Juni.
Chief Marketing Officer PT PAL Indonesia, Willgo Zainar, menyambut dengan baik pesanan kedua kalinya dari Filipina.
"Kami bangga bisa berkontribusi untuk pertahanan negara-negara ASEAN. Kami juga memuji kepercayaan Filipina yang memilih PT PAL untuk kedua kalinya untuk menyediakan alutsista maritim," kata Willgo seperti dilansir dari Pna.gov.ph.
Willgo menambahkan pesanan kedua dari Pemerintah Filipinan menunjukkan kepercayaan pasar global terhadap kapasitas dan kapabilitas korporasi dalam pengadaan alutsista meningkat.
"Ini tidak lepas dari peran Pemerintah Indonesia yang telah mempercayai dan mendukung PT PAL. Ini juga merupakan upaya PT PAL sebagai bagian dari Defend ID untuk masuk dalam 50 besar industri pertahanan global," tutur Willgo lagi.
Alasan Filipina Kecanduan Kapal Perang Buatan Indonesia
Membeli kapal perang untuk menjaga kedaulatan sebuah negara tidak semudah membeli kacang goreng. Banyak sekali pertimbangan yang harus dipikirkan dan dilakukan.
Pembelian Filipina untuk kapal perang Indonesia yang terjadi secara berulang telah membuktikan satu hal: produk Indonesia memiliki kualitas yang baik sehingga pembeli balik lagi.
Alasan itu juga sudah diungkapkan oleh Filipina melalui situs resmi pemerintahannya.
"Kami memilih untuk membeli kapal perang buatan Indonesia karena Pemerintah Filipina puas dengan pengoperasian dua dermaga pendarataan SSV yang telah diserahkan PT PAL beberapa tahun lalu," tulis Delegasi Filipina yang menandatangani kontrak jual-beli masih dilansir dari Pna.gov.ph.
Delegasi yang tidak disebutkan namanya tersebut juga mengatakan bahwa kualitas produk buatan Indonesia sangat baik.
Tidak hanya itu saja, saat berkunjung ke PT PAL Indonesia, delegasi tersebut juga mengaku merasa puas dengan layanan purna jual prodok yang diberikan PT PAL.
Kepuasan Filipina juga pernah ditampilkan dalam situs resmi Kementerian Pertahanan Republik Indonesia sekitar tiga tahun lalu.
Menteri Pertahanan Filipina Delfin Negrillo Lorenzana saat bertemu dengan Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto pada acara ASEAN Defense Ministers Meeting (AADM) pada 16 November 2019.
Tatkala pertemuan itu, Lorenzana menyatakan apresiasi dan kepuasan Filipina selama mengoperasikan produk kapal perang jenis SSV yang dibuat oleh PT PAL Indonesia.
Selain Filipina yang kesengsem dengan produk kapal perang Indonesia, negara lain juga menunjukkan minatnya.
Dikutip dari Pal.co.id, beberapa negara mengajukan penawaran dengan spesifikasi kebutuhannya.
Malaysia mislanya, menyebut SSV dengan Multi Role Support Ship (MRSS) dengan spesifikasi panjang 163 meter.
Sementara itu, Uni Emirat Arab (UEA) melakukan penjajakan untuk pengadaan LPD 163 meter.
Senegal, sebuah negara di Kawasan Afrika Barat jug amenaruh minat pada Kapal LPD produksi PT PAL Indonesia.
Dari banyaknya minat dan ketertarikan itu, sepertinya julukan "magnet baru pembuatan kapal perang dari ASEAN hingga ke Afrika" semakin tepat disematkan ke Indonesia.
Landing lock yang dipesan oleh Pemerintah Filipina akan mulai dibangun di Surabaya, Jawa Timur.
Kapal Filipina itu direncanakan memiliki panjang 123 meter dan tinggi 21 meter, berat 7.200 ton dan daya tahan jelajah selama 30 hari. (fh/sumber:zonajakarta)