KKP-JICA Optimalkan Program Marikultur Berbasis Data untuk Sukseskan Implementasi Ekonomi Biru

  • Oleh : Fahmi

Minggu, 18/Sep/2022 17:45 WIB
Foto:Istimewa Foto:Istimewa

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) siap mengoptimalkan program Optimizing Mariculture Based on Big Data with Decision Support System (DSS), yang merupakan produk hasil kerja sama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) untuk menyokong keberhasilkan implementasikan program Ekonomi Biru di Indonesia. 

KKP melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) telah berkolaborasi dengan JICA untuk program tersebut di Indonesia sejak 2017, dan kolaborasi akan berakhir dalam waktu dekat.  

Baca Juga:
KKP-USAID Dukung Peran Perempuan dan Disabilitas Wujudkan Inklusivitas Ekonomi Biru

Tujuan utama kerja sama ini adalah melakukan pemantauan kondisi lingkungan dan sosial ekonomi budidaya laut berbasis sistem informasi dan membangun DSS berbasis big data, meliputi sistem peringatan dini, pemilihan lokasi, daya dukung kawasan, dan sosial ekonomi, untuk pembangunan perikanan budidaya laut di Indonesia. 

“Semua produk dari kerja sama ini akan bermanfaat untuk meningkatkan dan mempromosikan pengelolaan perikanan tangkap dan budidaya laut yang berkelanjutan di Indonesia, tidak hanya dalam jangka pendek tetapi juga dalam jangka panjang. Yang terpenting, produk-produk kerja sama ini dapat digunakan untuk mendukung visi dan program strategis KKP. Sebagai contoh, DSS Real Time Environment and On Farm, Harmful Algae Blooms (HABs) Early Warning dan Online Education System dapat digunakan bersama-sama untuk mendukung program prioritas KKP Kampung Perikanan Budidaya dan program prioritas BRSDM Smart Fisheries Village, di mana program-program tersebut seluruhnya berbasis pada Ekonomi Biru,” ungkap Kepala BRSDM I Nyoman Radiarta saat membuka acara Joint Cooperation Committee (JCC) dan evaluasi akhir bagi proyek Science and Technology Research Partnership for Sustainable Development (SATREPS) Mariculture, Jumat (16/9), di Jakarta.  

Baca Juga:
Cari Pembiayaan Alternatif, KKP Buka Skema Kerja Sama untuk Program Ekonomi Biru

Nyoman mengatakan proyek kerja sama tersebut telah mencapai hampir semua keluaran yang direncanakan seperti pengembangan beberapa DSS termasuk sistem digitalisasi data on farm melalui MICT-G, penampil data pemantauan lingkungan budidaya laut secara real time, smart dashboard untuk penangkapan ikan untuk memperkirakan stok ikan, pengawasan dan fishing ground serta sistem peringatan dini untuk pertumbuhan alga berbahaya, sistem pendidikan dan pelatihan online untuk pembudidaya ikan, teknisi, dan peneliti melalui EL-MARC, dan berbagai publikasi di jurnal dan konferensi internasional.

"Kegunaan dari output ini di masa depan akan tergantung pada kesiapan SDM yang akan bertanggung jawab dalam menjalankan sistem dan terus meningkatkannya. Salah satu langkah penting di masa depan adalah mengintegrasikan sistem DSS yang dikembangkan proyek ini ke dalam sistem data dan informasi KKP. Saat ini KKP sedang menyelesaikan sistem Command Center di mana semua sistem data dan informasi, pelaporan, dan pengambilan keputusan akan diintegrasikan ke dalam satu sistem yang efisien. Harapannya sistem DSS yang dikembangkan proyek ini dapat disematkan ke dalam Command Center, sehingga akan menjamin keberlanjutan dan kegunaan keluaran proyek," jelas Nyoman.

Baca Juga:
Kementerian-KP Siapkan Strategi Pegembangan SDM Sektor Kelautan dan Perikanan

Sementara itu Kepala Pusriskan Yayan Hikmayani mengatakan, JCC membahas pencapaian proyek dari 2017 hingga sekarang. Setelah pertemuan ini, perwakilan JICA dan Japan Science and Technology Agency (JST) serta seluruh anggota tim Jepang lainnya mengunjungi lokasi SATREPS Mariculture, yaitu Lombok dan Lampung pada 17-22 September 2022. Di Lombok, tim mengevaluasi sistem pemantauan sensor real time yang saat ini terpasang di Teluk Seriwe, juga melakukan wawancara dengan pengguna EL-MARC serta sistem pendidikan dan pelatihan online SATREPS. Di Lampung, tim juga akan mengevaluasi sistem monitoring real time selain wawancara dengan pengguna ALBOOM. ALBOOM adalah sistem peringatan dini untuk HABs berdasarkan partisipasi ilmu warga. 

"Saya berharap evaluasi lapangan akan menghasilkan tanda-tanda yang jelas bahwa proyek ini memang memberikan manfaat bagi para pemangku kepentingan budidaya laut di Indonesia," kata Yayan.

Demikian juga dari pihak Jepang berharap kerja sama ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak sebagaimana disampaikan oleh perwakilan JST Tsukasa Nagamine. Ia mengatakan, pihaknya menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas kerja sama yang telah dijalin dengan BRSDM.

"Banyak orang yang ingin melihat keberhasilan dari proyek ini di bidang budidaya laut. Saya berharap hasil kerja sama ini diimplementasikan oleh banyak pembudidaya ikan dan industri perikanan di Indonesia. Di dalam proyek ini ada pendidikan dan pelatihan online hasil pengembangan para peneliti Jepang dan Indonesia, yang sangat penting bagi masa depan para pembudidaya ikan dalam meningkatkan kapasitas SDM. Jadi silahkan diumumkan kepada masyarakat Indonesia," ujarnya.

"Terakhir, saya mengingatkan untuk kontinuitas dan pengembangan selanjutnya proyek ini sangat penting untuk dilakukan antara Indonesia dan Jepang. Jadi mari bangun hubungan yang baik dan kembangkan proyek ini lebih jauh lagi," pungkas Tsukasa.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mendukung kerja sama antara KKP dengan Jepang untuk mengembangkan sektor kelautan dan perikanan. "Jepang-Indonesia punya kesamaan sebagai negara bahari. Indonesia memiliki potensi perikanan yang besar, sedangkan Jepang punya keunggulan dari sisi teknologi yang bisa kita kerjasamakan," ungkap Menteri Trenggono.(fhm)