Diduga Penampungan TKI Ilegal di Bekasi Digerebek BP2MI, Ada 161 Korban Perempuan

  • Oleh : Fahmi

Jum'at, 30/Sep/2022 15:43 WIB
Suasana di penampungan TKI yang dilakukan penggerebekan oleh BP2MI pada Jumat (30/9/2022) dini hari. Suasana di penampungan TKI yang dilakukan penggerebekan oleh BP2MI pada Jumat (30/9/2022) dini hari.

BEKASI (BeritaTrans.com) - Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) menggerebek asrama penampungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ilegal di Jalan Raya Hankam, Kelurahan Jatiranggon, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi, Kamis (29/9/2022) malam.

Kepala BP2MI, Benny Rhamdani, mengatakan, penemuan asrama penampungan TKI tersebut berdasarkan informasi yang didapat dari lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Baca Juga:
4 Tahun Kerja di Hongkong Derita Sakit, TKW Asal Indramayu Meninggal Dunia

"Hari ini kita lakukan penggerebekan di Kota Bekasi, informasi kami dapat dari teman-teman NGO, LSM dan seperti biasa mengunci tidak terjadi kebocoran informasi agar penggerebekan sukses dilakukan," katanya kepada wartawan, Jumat (30/9/2022) dini hari.

Saat penggerebekan, BP2MI berhasil mengamankan sebanyak 161 TKI ilegal yang umurnya berkisar dari 22 tahun hingga lebih dari 45 tahun. Benny mengatakan, calon TKI Ilegal ini merupakan korban sindikat mafia.

Baca Juga:
Kerja 12 Tahun Rindu Kampung, TKW Indramayu Tak Bisa Pulang

"Kami temukan ada kurang lebih 161 anak-anak bangsa kaum perempuan, ibu-ibu. Bagaimana kita tidak marah melihat upaya-upaya penempatan tidak resmi yang dilakukan oleh sindikat mafia dan ini terus berjalan," katanya.

BP2MI gerebek penampungan TKI Ilegal di Bekasi. (IDN Times/Imam Faishal)

Dia menjelaskan, calon TKI ilegal tersebut berasal dari penjuru Indonesia seperti Nusa Tenggara Barat, Lampung, Banten, Jawa Tengah, dan paling banyak berasal dari Jawa Barat.

Benny mengatakan, mafia meminta calo untuk mencari calon korban ke daerah-daerah. Jika calon korban sudah ditemukan, keluarga korban akan diberikan uang senilai Rp5-10 juta untuk meyakinkan dan sebagai biaya pengikat.

"Calon pekerja berangkat diberikan uang Rp5-10 juta, padahal itu uang ikatan supaya mereka bisa dibawa ke penampungan kemudian dia tinggal menunggu proses penerbangan," ujarnya.

Selain itu, para calo juga menipu perangkat daerah setempat untuk mengeluarkan surat keterangan desa.

Jika berhasil diberangkatan, maka korban akan diberikan visa wisata dan bukan visa untuk bekerja.

"Jelas dengan menggunakan visa turis, visa ziarah, tapi sesungguhnya mereka bekerja di negara penempatan itu adalah praktik ilegal dan bisa dijerat dengan TPPO (tindak pidana perdagangan orang)," katanya.

Benny mengatakan, seluruh korban yang berjumlah 161 akan dipulangkan dan dikawal oleh pihak BP2MI.

"Kami malam ini hanya menyelamatkan, dengan dugaan dalam pemikiran BP2MI (yang) jelas hasil investigasi ini adalah penempatan secara tidak resmi (ilegal)," jelasnya.

Dia juga akan melaporkan penemuan ini ke Polres Metro Bekasi Kota untuk mencari siapa mafia dibalik 161 korban TKI ilegal.

"Jadi nanti prosesnya ada di penegak hukum yakni di bawah kepolisian melalui Polres Metro Bekasi Kota," ucapnya.(fhm/sumber:idntimes)