Ambisi Putra-putri Driver Ojol: Ingin Jadi Polisi, Guru, hingga Dirikan Startup

  • Oleh : Dirham

Kamis, 03/Nov/2022 10:44 WIB
Salah seorang penerima GrabScholar terharu saat berbagi ceritanya bersama sang ayah dalam acara seremoni GrabScholar di Jakarta.  Salah seorang penerima GrabScholar terharu saat berbagi ceritanya bersama sang ayah dalam acara seremoni GrabScholar di Jakarta. 

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Bagi sebagian orang, mendapat pendidikan yang layak adalah sebuah privilege. Biaya pendidikan yang mahal dan kondisi ekonomi jadi alasan umum beberapa anak Indonesia tidak bisa meneruskan sekolah.

Meski begitu, banyak pula yang terus berusaha dan memanfaatkan peluang demi bisa mengubah masa depan dan mewujudkan cita-cita. Seperti itulah kira-kira gambaran sekilas dari anak-anak mitra Grab Indonesia yang menerima beasiswa GrabScholar.

GrabScholar sendiri merupakan program beasiswa Grab bagi anak para mitra Grab dan masyarakat umum yang menduduki bangku SD, SMP, SMA/SMK, hingga Universitas di Indonesia. 

Tahun ini, ada 1.158 penerima beasiswa dari total 12 ribu calon penerima untuk seluruh jenjang pendidikan yang telah dinyatakan lolos proses seleksi ketat dan berhak menerima dana bantuan pendidikan dari GrabScholar.

Empat di antara mereka adalah Dyandra Nadine Zahira, Eka Natasya Anggraini, Muh. Syahdan, dan Muhammad Mahardika Maulana Aska.

Sempat diterima di Universitas Telkom pada 2021, tapi diurungkan karena tak ingin menambah beban orang tuanya. Ialah Dyandra Nadine Zahra, anak dari pengemudi GrabCar, Irwan Kurniawan.

Irwan Kurniawan sendiri sempat mengalami masa pahit karena terpaksa keluar dari pekerjaannya di tahun 2016. Demi bisa bertahan hidup, Iwan memutuskan menjadi mitra driver GrabCar.

Iwan pun menjual mobilnya di awal tahun 2022 dan menyewa mobil dari TPI, perusahaan jasa rental mobil, agar tetap dapat menjalankan pekerjaannya sebagai mitra pengemudi GrabCar. Tak disangka, pada awal 2022 Oktober ini, ia menerima kabar bahwa anaknya Dyandra mendapat beasiswa GrabScholar.

Anak perempuan yang sejak kecil punya berbagai pencapaian ini ingin mengejar cita-citanya punya startup, membuka sekolah khusus teknologi, dan membuka lapangan kerja. 

Beasiswa GrabScholar yang ia raih untuk dana pendidikannya selama berkuliah akan ia maksimalkan untuk mendukung studinya di Universitas Indonesia, program studi Teknologi Informasi.

“Saya akan menggunakan kesempatan ini untuk mengembangkan diri sebaik mungkin di bangku kuliah,” ujar Dyandra.

Tak kalah berprestasi dari Dyandra, Eka Natasya Anggraini pun berniat melanjutkan cita-citanya berkuliah di Universitas Sebelas Maret. Sebagai anak satu-satunya, Eka menjadi harapan bagi ayahnya yang juga seorang penyandang disabilitas. Hal ini semakin memicu Eka untuk mewujudkan niat mulianya sebagai guru.

Atas dorongan dan kegigihan ayahnya, Suprapto—sudah menjadi mitra GrabBike sejak awal tahun 2022—Eka pun mendaftarkan diri dalam program GrabScholar. Selain untuk meringankan beban orang tuanya, asa Eka untuk mendapatkan beasiswa juga berangkat dari keinginannya untuk mewujudkan cita-cita sebagai “penerang” bangsa.

Suprapto pun berharap Eka dapat menyelesaikan pendidikannya, berkesempatan untuk melaju ke jenjang yang lebih tinggi, dan tidak bergantung pada orang lain di kemudian hari.

Kemudian, ada pula Muh. Syahdan. Ia adalah anak satu-satunya dari single parent mom bernama Aisyah. Meski berpisah dari suami dan terkena PHK, ibu Syahdan ini tidak putus asa dan kembali membuka harapan dengan menjadi mitra GrabBike pada 2018.

Syahdan yang duduk di kelas 2 SMP pun punya tekad yang kuat seperti ibunya. Ia terbilang murid yang cemerlang di sekolahnya. Selain meraih peringkat pertama di kelas, ia juga mengikuti banyak ekstrakurikuler untuk menambah pengetahuan dan kemampuannya.

Berhasil meraih beasiswa GrabScholar pun menjadi momen yang mengharukan bagi Ibu dan anak ini. Pasalnya, bantuan pendidikan ini dapat menjadi jembatan bagi Syahdan untuk terus unjuk gigi lewat prestasi-prestasi yang diraihnya.

Menjadi tulang punggung satu-satunya, Aisyah percaya bahwa dengan kegigihan dan kemampuannya, Syahdan dapat terus melanjutkan pendidikan ke jenjang tertinggi dan meraih kesuksesan.

Terakhir, ada Muhammad Mahardika Maulana Aska (kelas 3 SD). Anak laki-laki yang lahir dengan keterbatasan pada tangan kirinya tak pernah henti-hentinya belajar dan bahkan membantu ibu dan ayahnya untuk menjaga adik satu-satunya.

Di usia yang terbilang masih sangat belia, Aska telah memiliki semangat dan cita-cita yang cukup jelas, yaitu menjadi seorang polisi. Alasan dibalik cita-citanya juga sangat menggugah hati karena ia mau menjaga adiknya dan ingin dapat mengatur keramaian lalu lintas.

Ayahnya, Arifin, mendaftarkan Aska pada GrabScholar agar anaknya bisa mendapat pendidikan yang lebih layak. Tak disangka, Aska mendapat kesempatan tersebut dan jadi semakin semangat bersekolah.

Arifin punya keyakinan besar bahwa para driver juga harus terus semangat untuk bisa mewujudkan mimpi. “Untuk teman-teman yang memiliki anak atau punya kondisi seperti anak saya, bisa tetap semangat dan pantang menyerah dalam menghadapi kehidupan,” ucapnya.

Ya, selain bertujuan untuk memajukan pendidikan di Indonesia, kegiatan ini juga jadi bentuk penghormatan dan apresiasi Grab pada mitra pengemudi maupun mitra merchant yang telah loyal dan berdedikasi.

Sebanyak 450 penerima beasiswa dari jenjang SD, 183 penerima beasiswa jenjang SMP, 510 penerima beasiswa dari jenjang SMA/SMK, dan 15 penerima beasiswa dari jenjang Universitas (Strata 1) yang berada di berbagai wilayah di Indonesia pun berhasil lolos seleksi GrabScholar. 

Sebanyak 80 persen penerima beasiswa merupakan anak para mitra Grab dan 20 persen lainnya untuk masyarakat umum. (ds/sumber Kumparan.com)

·