Oleh : Redaksi
JAKARTA (BeritaTrans.com) - Laura Lazarus menceritakan pengalaman hidup yang tak pernah terlupakan. Ketika itu dia bekerja sebagai pramugari di sebuah maskapai nasional.
Laura adalah korban selamat dalam kecelakan pesawat pada tahun 2014. Ia mengalami dua kali kecelakaan pesawat ketika usianya saat itu 19 tahun.
Baca Juga:
Cerita Maia Estianty Ada di Kepulauan Seribu saat Sriwijaya Air SJ182 Jatuh
Ketika kecelakaan pertama, ia selamat, tidak cedera, dan berhasil membantu menyelamatkan para penumpang ketika pesawat tergelincir saat mendarat.
Selang lima bulan dari peristiwa pertama, pesawat yang membawanya mengalami kecelakaan cukup serius karena keluar landasan di Bandara Adi Soemarmo Solo, Jawa Tengah.
Dikira sudah meninggal
“Yang parah itu pas kecelakaan kedua, ketika mau mendarat landasan nabrak pagar dan itu ngeri banget. Sangat sangat mengerikan,” ujar Laura mengingat kembali kecelakaan itu saat berbincang kepada wartawan, Rabu (7/12/2022).
Anak pertama dari dua bersaudara ini mengaku sempat dikira meninggal dunia karena kondisi tubuhnya yang saat itu memprihantikan.
Bahkan, tubuhnya sempat dikelompokkan dengan korban meninggal.
“Jadi pada saat ditemukan itu badanku mereka pikir enggak bernyawa dalam keadaan itu tapi aku masih merintih sakit tolong. Dan waktu dalam keadaan begitu orang menemukan aku masih hidup dan dibawa ke rumah sakit di Solo,” kata Laura.
Sejak saat itu kehidupan Laura pun akhirnya berubah. Impiannya menjadi pramugari sejak kecil terhenti saat itu juga usai menjalani tugas selama kurang lebih dua tahun.
Operasi kaki 17 kali dan wajah 5 kali
Laura harus menjalani serangkaian pengobatan dan perawatan akibat kecelakaan pesawat tersebut.
Ia harus menjalani 5 kali operasi wajah dan 17 kali operasi kaki.
“Muka di bagian ini aja (kanan). Dokter taruh pelat metal di sebelah kanan wajahku agar mukanya lux, enggak ini bangetlah,” ucap Laura sambil memegangi wajahnya.
“Aku harus menjalani serangkaian pengobatan lama sekali dari 2004 sampai sekarang on progress 2022. Sudah 18 tahun. Ini aku udah operasi di bagian kaki 17 kali, di bagian muka 5 kali. Ada pen di kaki aku. Sekarang udah full of pen,” lanjut Laura.
Berdamai dengan diri sendiri
Laura mengakui saat itu dia sulit menerima kondisinya.
Ketika anak muda seumurannya sedang penuh semangat meniti karier, dia harus menjalani serangkaian pengobatan di Singapura.
“Aku pernah dulu minder keluar dan segalanya, pakai stocking. Aduh enggak nyaman ya, orang nanya-nanya sama kaki aku. Kayak tapi kok repot ya jadi sekarang setelah baru di tahun ini be myself dan aku enggak peduli yaudah emang kaki aku gini,” ucap Laura.
Perlahan-lahan ia mencoba menerima dirinya sendiri. Laura kini lebih percaya diri dengan kondisi tubuh saat ini.
“Enggak apa-apa kok, toh masih banyak di luar sana lebih parah dari kita, kenapa harus minder. Nikmati proses dari dirimu. Di mana kelemahan bisa menjadi kekuatan kamu,” tutur Laura.(fh/sumber:kompas)