Oleh : Dirham
JAKARTA (BeritaTrans.com - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) berulang kali mengucapkan bahwa situasi ekonomi dunia sedang sulit. Beberapa negara dikabarkan akan mengalami krisis dalam situasi resesi ekonomi.
"Situasi yang kita hadapi saat ini bukan situasi yang gampang," ungkap Jokowi dalam acara Outlook Perekonomian Indonesia Tahun 2023, di Ball Room Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, Rabu (21/12/2022).
Lantas apakah Indonesia ikut tertimbun krisis dan resesi ekonomi di tahun depan?
Mengacu pada data Kementerian Keuangan, ekonomi Indonesia tumbuh melesat di atas 5% selama tiga kuartal berturut-turut di tahun 2022 di tengah kondisi ekonomi global yang melambat.
Bahkan, jika dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya, perekonomian Indonesia menunjukkan konsistensi pemulihan ekonomi yang relatif baik.
Presiden Direktur Freeport Indonesia mengungkapkan alasan di balik Indonesia yang dapat bertahan pada kondisi tersebut adalah berkat sektor pertambangan dan sumber daya alam yang dimiliki di dalam negeri.
"Salah satu resiliensi Indonesia menghadapi krisis atau resesi yang sudah di depan mata ini juga adalah berkat sektor sumber daya alam. Antara lain, termasuk juga sektor pertambangan yang begitu dominan," ungkapnya kepada CNBC Indonesia dalam Mining Zone, dikutip Kamis (22/12/2022).
Tony mengatakan, pertambangan yang berhasil mendongkrak perekonomian di Indonesia termasuk tambang nikel, batu bara, tembaga, dan timah. Dia mengklaim pertambangan di Indonesia berhasil mencetak profit yang melambung tinggi.
"Kita lihat kalau di angka-angka yang dihasilkan dari perusahaan tambang ini kuarter yang terakhir ini. Kan kita lihat pelonjakan yang sangat tinggi lah, perusahaan-perusahaan tambang mencetak profit yang hampir semua perusahaan minerba mengalami lonjakan keuntungan," ujarnya.
Hal tersebut disinyalir berkat hilirisasi, Tony menyatakan upaya pemerintah yang menggenjot hilirisasi tambang untuk menghasilkan nilai tambah. Dia mencontohkan seperti yang terjadi pada hilirisasi produk nikel yang berbuah manis dan memberikan keuntungan hingga 10 kali lipat.
"Berapa kali hilirisasi produk nikel itu nilai ekspornya itu hanya sekian miliar US$. Sekarang, setelah hilirisasi sudah berlipat ganda menjadi 7-10 kali lipat jumlah ekspornya," pungkasnya.
Dengan begitu, Tony mendorong agar konsistensi dalam sektor tambang dipertahankan. Sehingga hal tersebut bisa menangkal perekonomian dunia yang diprediksikan akan menemui jurang yang gelap.
"Bagaimana tinggal kita berusaha untuk mempertahankan kinerja dan tata cara yang kita lakukan ini, supaya terjadi konsistensi tahun depan kita tahu, tahun depan diperkirakan akan gelap," tegasnya. (ds/sumber CNBCIndonesia.com)