Angkasa Pura II dan Stakeholder Terus Siaga Antisipasi Cuaca Ekstrem

  • Oleh : Naomy

Rabu, 28/Des/2022 20:13 WIB
Menhub, Dirut AP II, dan Dirjen Hubud di Bandara Seotta Menhub, Dirut AP II, dan Dirjen Hubud di Bandara Seotta

JAKARTA (BeritaTrans.com) - PT Angkasa Pura II, pengelola 20 bandara bersama stakeholder terus mempersiapkan langkah antisipasi dalam menghadapi cuaca ekstrem pada periode angkutan Natal dan Tahun Baru 2022/2023 (Nataru).

Hal itu mengingat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menginformasikan potensi hujan dengan intensitas signifikan pada 27 Desember 2022 - 2 Januari 2023.

Baca Juga:
InJourney Bangga Bandara API dan AP II Raih Penghargaan Kelas Dunia: Bukti Komitmen Terus Fokus pada Pelayanan Pelanggan

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangannya kemarin (27/12/2022) menuturkan, potensi hujan lebat hingga sangat lebat terjadi di sebagian wilayah: Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT.

VP of Corporate Communications AP II Cin Asmoro mengemukakan, keselamatan dan keamanan penerbangan menjadi fokus utama perseroan dan seluruh stakeholder. 

Baca Juga:
Angkasa Pura II Siapkan Skenario Keselamatan Paling Optimal di 20 Bandara di Periode Angleb

“AP II selaku operator bandara bersama Otoritas Bandara Kementerian Perhubungan, maskapai penerbangan, AirNav Indonesia selaku penyedia jasa navigasi penerbangan, dan stakeholder lainnya berkoordinasi dalam mengantisipasi cuaca ekstrem sebagaimana informasi yang disampaikan BMKG," ungkap Cin, Rabu (28/12/2022).

Di samping aspek pelayanan, fokus bandara AP II juga pada aspek keselamatan dan keamanan penerbangan khususnya mengantisipasi potensi cuaca ekstrem.

Baca Juga:
Angkasa Pura II Optimistis Layani 5, 24 Juta Penumpang di Angleb 2023

“Sebagai bentuk kesiagaan, Bandara-bandara AP II juga siap mengaktifkan  Emergency Response Plan sebagai prosedur apabila terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan dan tidak kita harapkan terkait keselamatan penerbangan,” ujarnya.

Prosedur Emergency Response Plan di antaranya adalah pengaktifan Emergency Operation Center sebagai lokasi terpusat bagi para stakeholder untuk berkoordinasi dalam penanganan keadaan darurat. 

Koordinasi di Emergency Operation Center akan melibatkan personel dari seluruh stakeholder yang berkolaborasi di dalam tim khusus yakni Safety Issue Team dan Safety Action Group.

“Pembentukan Safety Action Group melibatkan antara lain stakeholder di bandara seperti maskapai dan instansi terkait yakni pemerintah daerah, BNPB, SAR dan lain sebagainya untuk membahas tindakan langsung terkait penanganan keadaan darurat,” tuturnya.

Di Bandara Soekarno-Hatta (Banten), tim Emergency Operation Center menyatu dengan gedung Airport Operation Control Center (AOCC), serta diperkuat diperkuat Mobile Command Post (MCP) sebagai pos komando bergerak guna merespons cepat suatu keadaan darurat.

“Mobile Command Post adalah bus berukuran besar dengan 10 roda. Kendaraan tersebut bisa bertranformasi menjadi suatu pos komando di mana badan bus dapat dilebarkan agar ruangan di dalam lebih luas. MCP dilengkapi dengan berbagai perangkat teknologi dan komunikasi terkini sebagai pusat komando, komunikasi, koordinasi dan pengambilan keputusan di lapangan ketika terjadi keadaan darurat,” ujar Cin.

Dia menambahkan, secara berkala AP II pun melakukan pengecekan terhadap keandalan infrastruktur dan fasilitas di sisi udara.

Sisi udara dan sisi darat menjadi prioritas. Di sisi udara dilakukan inspeksi terhadap kekesatan runway, taxiway dan apron serta fasilitas sisi udara. Pengecekan dilakukan juga terhadap sistem drainase bandara.

"Di samping itu, AP II dan stakeholder juga secara rutin melakukan ramp check atau inspeksi keselamatan," tutup Cin. (omy)