Hilang Sejak Lama, Keberadaan Pesawat Malaysia Airlines MH370 Segera Terungkap

  • Oleh : Fahmi

Minggu, 03/Sep/2023 08:58 WIB
Ilustrasi MH370 (ABC Australia) Ilustrasi MH370 (ABC Australia)

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Pesawat Malaysia Airlines MH370 menjadi salah satu misteri penerbangan terbesar dunia karena maskapai itu menghilang tanpa bekas di tengah perjalanan dari Kuala Lumpur menuju Beijing pada 8 Maret 2014.

Pesawat Boeing 777 itu diketahui terbang dari Kuala Lumpur, Malaysia dengan tujuan akhir ke Beijing, Cina. 

Baca Juga:
Pesawat Rimbun Air Dikabarkan Hilang Kontak di Nabire Papua

Saat terbang dari Kuala Lumpur ke Beijing dengan 239 orang di dalamnya, termasuk enam warga Australia.

Para peneliti saat ini terus menelusuri hilangnya pesawat MH370 milik Malaysia Airlines. Pesawat itu hilang misterius sejak Maret 2014 silam.

Baca Juga:
Pesawat Angkut 28 Orang Hilang di Rusia

Informasi terbaru terkait misteri hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370 setelah 38 menit lepas landas pada 8 Maret 2014 lalu disebut akan segera terpecahkan.

Melansir dari News.com.au, sebuah laporan sebanyak 229 halaman yang dirilis pada Rabu 30 Agustus 2023 menyebutkan puing-puing MH370 kemungkinan berada di sekitar 1560 km sebelah barat Perth, Australia.

Baca Juga:
Hari Ke-7 Evakuasi SJ182, Basarnas Terima 272 Kantong Jenazah

Hasil ini ditemukan oleh teknologi radio amatir, weak signal propagation reporter (WSPR) yang digunakan oleh para peneliti, yakni Richard Godfrey, Dr. Hannes Coetzee, dan Profesor Simon Maskell untuk membantu mendeteksi dan melacak jalur penerbangan MH370.

 

"Teknologi ini telah dikembangkan selama tiga tahun terakhir. Hasilnya merupakan bukti baru yang kredibel," tulis pernyataan para peneliti, dikutip Sabtu 2 September 2023.

"Hasil ini sejalan dengan analisis Boeing dan analisis arah angin oleh University of Western Australia terhadap puing-puing yang ditemukan di sekitar Samudra Hindia," lanjut pernyataan tersebut.

Dilaporkan, ketika pesawat melintasi sinyal radio amatir atau koneksi WSPR, sinyal-sinyal tersebut terganggu dan rekamannya disimpan dalam sebuah basis data global.

Penelitian ini menggunakan 125 gangguan tersebut untuk membantu melacak jalur pesawat selama lebih dari enam jam setelah salah satu kontak radio terakhirnya sekitar pukul 18.00.

Hasilnya, data Boeing, satelit Inmarsat, dan analisis arah angin, menunjukkan "hasil multidisiplin yang signifikan", yakni lokasi kecelakaan yang sama.

"Bersama dengan [data tersebut)], gambaran lengkap tentang jam terakhir penerbangan MH370 dapat disusun," kata para peneliti.

"Penerbangan MH370 diarahkan ke Samudra Hindia. Pesawat tersebut jatuh karena kehabisan bahan bakar [...] pada suatu saat setelah sinyal terakhir setelah tengah malam," lanjut para peneliti.

Sebelumnya, Dr. Westphal pertama kali mengusulkan penggunaan WSPR untuk melacak MH370 pada Juli 2020.

Di kedalaman 4 ribu meter, lokasi baru yang diajukan oleh para ilmuwan ini sedikit lebih utara dari perkiraan para peneliti dan penyidik sebelumnya.

Selain itu, kemungkinan besar sekitar separuh dari area 130 km x 89 km yang diklaim oleh para peneliti sebagai lokasi kecelakaan telah ditelusuri.

Pakar penerbangan, Geoff Thomas, mengaku optimistis tentang laporan tersebut meskipun telah menerima sejumlah penolakan.

"Ada beberapa kritik, tetapi laporan ini telah melalui proses peninjauan oleh rekan sejawat. Laporan ini disusun dalam waktu empat tahun dan telah ditinjau berulang kali, " kata Thomas.

"Mereka (para peneliti) yakin bahwa mereka telah menemukan lokasi di mana pesawat ini berada," lanjutnya.

Hilangnya MH370 menjadi sejarah suram bagi Malaysia Airlines dan dunia penerbangan. Terlebih, peristiwa ini terjadi beberapa bulan sebelum MH17 ditembak jatuh di Ukraina.

 

Sebelumnya, MH370 rute Malaysia menuju Beijing berangkat sekitar pukul 17.00 waktu setempat dengan 12 awak dan 227 penumpang dari 14 negara, termasuk 153 orang dari Tiongkok.

Sekitar pukul 17.20, Kapten MH370, Zaharie Shah, merespons kendali lalu lintas udara Malaysia dan mengatakan "...kontak Ho Chi Minh (...) selamat malam."

Tidak lama kemudian, pesawat tersebut menjadi "gelap" sebelum mengubah arah kembali ke atas Malaysia.

Rute itu disebut sebagai arah yang berlawanan dari jalur penerbangan yang sebenarnya.

Data radar sipil dan militer utama melaporkan MH370 kembali melintasi Selat Malaka dan ke Samudra Hindia. Setelah sekitar 7,5 jam, MH370 kehabisan bahan bakar dan kemudian jatuh ke dalam laut dan tidak pernah ditemukan. 

Beberapa tahun setelah kejadian naas tersebut, sebanyak 41 puing yang diklaim milik MH370 ditemukan di sekitar Madagascar.

Selama bertahun-tahun menghilang, MH370 menciptakan banyak konspirasi, seperti pembajakan teroris, kebakaran, serangan siber, ditembak jatuh, hingga klaim bahwa pesawat tersebut direbut oleh Amerika Serikat (AS).

Selain itu, beredar kabar l Kapten Shah secara sengaja menjatuhkan pesawat ke Samudra Hindia. Pada 2018, pilot senior dan instruktur Boeing 777, Simon Hardy, mengklaim bahwa kecelakaan MH370 adalah hasil dari "pembunuhan-bunuh diri.