Menuju Indonesia Emas 2045, Logistik Nasional Harus Tangguh

  • Oleh : Naomy

Senin, 18/Sep/2023 09:06 WIB
Logistik nasional Logistik nasional


JAKARTA (BeritaTrans.com) Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menyampaikan Visi Indonesia Emas 2045 harus dicapai dengan lompatan besar dengan  transformasi ekonomi untuk membawa Indonesia keluar dari middle income trap dan melompat maju. 

Ekonomi Indonesia diharapkan tumbuh rata-rata 6-7 persen pada tahun 2045.

Baca Juga:
Hadapi Kompleksitas Logistik, SCI Tingkatkan Kompetensi SDM

"Salah satu arah dalam transformasi ekonomi untuk Indonesia Emas adalah integrasi ekonomi domestik dan global," kata Suharso belum lama ini.

Hasil kajian Bappenas menunjukkan biaya logistik nasional (domestik) sebesar 14,1 persen dan biaya logistik ekspor sebesar 8,98 persen terhadap harga barang. Sasaran biaya logistik tahun 2045 sebesar 9,0 persen terhadap PDB.

Baca Juga:
Ancaman Krisis Pangan Makin Terasa, SCI Beri 5 Rekomendasi Ini

Pada kesempatan yang sama, Menko Perekonomian Airlangga Hartanto mengatakan, Logistics Performance Index (LPI) Indonesia pada 2023 mengalami penurunan menjadi peringkat 61.

Dari delapan komoditas pokok yang diperdagangkan, disparitas harga berkisar sekitar 1,5 hingga 4,5 kali lipat. 

Baca Juga:
Penerapan Logistik Hijau Tingkatkan Efisiensi Hingga 20 Persen

Sementara, utilisasi pelabuhan di kawasan timur Indonesia rata-rata kurang dari 50 persen akibat sarana-prasarana dan standar fasilitas pendukungnya.

Berbagai hal itu mengemuka pada acara “Era Baru Biaya Logistik untuk Indonesia Emas 2045” yang diselenggarakan Kementerian PPN/Bappenas di Jakarta.

Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi menyatakan, untuk mewujudkan integrasi ekonomi domestik dan konektivitas global untuk mencapai Indonesia Emas 2045 dibutuhkan sistem logistik nasional yang tangguh.

"Upaya membangun sistem logistik yang tangguh dilakukan berdasarkan pemetaan pasokan dan permintaan secara end-to-end," ujarnya, Senin (18/9/2023).

Pengembangan sistem logistik yang tangguh tidak hanya untuk mengikuti pertumbuhan ekonomi, tetapi juga mendorong kemunculan pusat-pusat pertumbuhan baru.

Dengan paradigma "ship promotes the trade", pengembangan sistem logistik yang tangguh dapat diarahkan untuk mendorong pertumbuhan, baik secara nasional maupun spasial (wilayah). 

"Berdasarkan data BPS Triwulan II-2023, misalnya, distribusi PDB masih didominasi wilayah Jawa (57,27 persen) dan Sumatera (21,94 persen), diikuti Kalimantan (8,32 persen), Sulawesi (7,13 persen), Bali & Nusa Tenggara (2,77 persen), serta Maluku & Papua (2,57persen)," beber dia.

Setijadi mengemukakan, peningkatan pertumbuhan dan pemerataan kontribusi ekonomi antarwilayah dapat didorong dengan peningkatan konektivitas melalui pengembangan sistem transportasi multimoda secara terintegrasi, baik transportasi laut maupun hinterland-nya.

Pengembangan sistem logistik yang tangguh harus dilakukan secara sinergis, baik antarkementerian/lembaga, maupun antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta melibatkan para pelaku usaha.

"Tiga rekomendasi perbaikan dan pengembangan sistem logistik Indonesia, yaitu revisi Perpres 26/2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional, pembentukan UU logistik, dan pembentukan lembaga permanen bidang logistik," pungkas Setijadi. (omy)