Indonesia-Jepang Kerja Sama Wujudkan Transportasi Publik Inklusif

  • Oleh : Naomy

Rabu, 17/Janu/2024 21:42 WIB
Kerja sama Indonesia dan Jepang untuk Transportasi Imklusif Kerja sama Indonesia dan Jepang untuk Transportasi Imklusif

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Melalui kerangka kerja sama ASEAN - Jepang, Pemerintah Indonesia menggandeng pemerintah Jepang guna mewujudkan pelayanan transportasi publik yang inklusif bagi seluruh kalangan masyarakat. 

Kerja sama dilakukan melalui kegiatan evaluasi lapangan terhadap pelayanan transportasi publik bagi penyandang disabilitas dan lansia di Indonesia, yang dilakukan di Stasiun MRT ASEAN dan Stasiun MRT Bundaran Hotel Indonesia, Selasa (16/12024).

Baca Juga:
Jumlah Penumpang Angkutan Umum di Semua Moda Kembali Meningkat Pascalebaran

Kementerian Perhubungan melalui Pusat Pengelolaan Transportasi Berkelanjutan (PPTB) bekerjasama dengan Sekretariat ASEAN menjadi fasilitator evaluasi yang melibatkan para ahli dari Jepang. 

Adapun Tim Evaluasi terdiri dari perwakilan Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, Transportasi dan Pariwisata Jepang; serta para ahli dan konsultan asal negeri Sakura. 

Baca Juga:
Dukung Kemenhub, KAI Berkomitmen Hadirkan Angkutan Lebaran sesuai Slogan ``Mudik Ceria Penuh Makna``

Kepala PPTB Tri Cahyadi menyampaikan, Kemenhub bersama operator transportasi berkomitmen menyediakan sarana dan prasarana transportasi yang adaptif dan empati, kepada pengguna jasa kelompok rentan yang terdiri dari: penyandang disabilitas, ibu hamil, lansia dan anak-anak.

“Kami menyampaikan apresiasi kepada pemerintah Jepang yang telah melakukan evaluasi kepada kami.  Evaluasi ini dapat memperkaya pengetahuan kami dalam upaya menciptakan pelayanan transportasi yang inklusif,” urainya.

Baca Juga:
KAI Dukung Program Motor Gratis Kemenhub, Pendaftaran hingga 18 April 2024

Tri mengungkapkan, sejumlah upaya nyata telah dilakukan guna mewujudkan transportasi yang ramah bagi kelompok rentan. 

Di antaranya yaitu melalui penetapan regulasi yang menjadi pedoman dalam perencanaan dan penyediaan sarana dan prasarana transportasi. 

Lainnya yaitu melalui penyediaan sejumlah fasilitas seperti toilet khusus, guiding block, penggunaan ramp/bidang miring, ruang laktasi, area bermain anak, loket khusus, penyediaan kursi roda, tempat parkir khusus, dan fasilitas lainnya.

“Kami juga telah memberikan pelatihan rutin kepada petugas pelayanan transportasi publik agar lebih responsif, empati dan sensitif terhadap kelompok rentan,” tuturnya.

Stasiun MRT Jakarta menjadi lokus penilaian, karena menjadi salah satu prasarana transportasi yang dianggap cukup lengkap dalam penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi disabilitas dan lansia. 

Sejumlah fasilitas bagi penyandang disabilitas telah tersedia di stasiun MRT, seperti blok taktil untuk memandu tunanetra, lift prioritas, pintu penumpang yang lebar, serta toilet khusus pengguna kursi roda. 

Fasilitas lain juga telah mengakomodasi semua kalangan, di antaranya penempatan rambu dengan mempertimbangkan jarak dan sudut pandang yang nyaman bagi pengguna kursi roda, mesin tiket yang dapat dijangkau pengguna kursi roda, serta papan informasi dengan huruf braille. 

Nantinya tim ahli dari Jepang akan memberikan umpan balik terhadap evaluasi yang telah dilakukan. Program ini merupakan wujud komitmen negara-negara di ASEAN untuk terus meningkatkan aksesibilitas transportasi publik bagi penyandang disabilitas dan lansia.

Turut hadir dalam kegiatan ini, Direktur Operasi PT MRT Jakarta Mega Tarigan, Direktur Teknik dan Fasilitas PT Transjakarta M. Indrayana, dan perwakilan dari sekretariat ASEAN. (omy)