Pembuatan Film Budaya Aceh Tamiang `Pekaba Warisan Atok` hingga Tayang Gratis di Cafe

  • Oleh : Fahmi

Kamis, 07/Mar/2024 15:57 WIB
Proses produksi film Pakaba Warisan Atok, yang akan tayang perdana gratis di cafe Aneska, Desa Durian, Rantau, Aceh Tamiang, 8 Maret 2024. Proses produksi film Pakaba Warisan Atok, yang akan tayang perdana gratis di cafe Aneska, Desa Durian, Rantau, Aceh Tamiang, 8 Maret 2024.

KARANG BARU (BeritaTrans.com) - Sebuah film pendek bertema budaya berjudul "Pekaba Warisan Atok" akan tayang perdana di Aneska Coffee & Resto, Jalan Rantau, Desa Durian, Aceh Tamiang, Jumat, 8 Maret 2024. 

Baca Juga:
Pemutaran Film `Pekaba Warisan Atok` Ramai Penonton, Dinikmati Berbagai Kalangan Ingin Mengenal Budaya

Pemutaran ini dibuka gratis untuk umum dan akan dimulai pukul 19.30. Masyarakat bisa datang ke kafe mulai sore dan menempati tempat yang disediakan.

Selama produksi, Film ini tidak memakan banyak waktu karena riset yang sudah matang dengan dibantu oleh orang-orang profesional dalam penggarapan ide hingga cinema.

"Kalau Pra produksi waktunya sebulan. Proses syuting lima hari," kata Founder & Film Director of Studio Baswara, Muhammad Fadillah Ikhwan atau yang akrab disapa Mufai, Kamis (7/3/2024).

Mufai mengatakan, proses penggarapan Pekaba Warisan Atok dimulai pada akhir Januari 2024. Selama syuting, dia bersama kru juga dihadapi berbagai tantangan hingga akhirnya bisa ditayangkan sebelum bulan puasa. 

Selama penggarapan, mantan kru Rekam Nusantara Foundation ini menjelaskan, dirinya lebih suka bekerja sambil minum kopi di warkop. Sudah banyak gelas kopi gula aren yang dia habiskan selama praproduksi.

"Kebanyakan saya ngerjain editingnya pagi, siang sampai malam di warkop, sambil ngopi. Kadang-kadang pulang untuk istirahat saja," kata penggiat film dokumenter tersebut.

Film pendek ini dijelaskan Mufai memiliki alur cerita tentang budaya masyarakat Aceh Tamiang. Di dalam budaya itu memiliki cara tersendiri dalam mendongeng, dengan menggunakan rempah dapur sebagai media bercerita.

"Film ini bukan hanya narasi visual, tetapi juga sebuah panggilan untuk bertindak. Sebuah upaya kolaboratif untuk menginspirasi tindakan positif dalam menjaga warisan budaya kita bersama," ujar pria muda berambut gondrong tersebut.

Film ini sendiri merupakan kolaborasi Studio Baswara, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah I, Komunitas Merakinoia, By Bumoe serta didukung oleh Ruang Baca dan Balas Budi Workshop.

Mufai juga berharap agar pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang dapat lebih memperhatikan dan mengapresiasi industri kreatif. Meskipun minimnya perhatian dan bantuan anggaran, dia berharap pemerintah dapat memberikan dukungan berupa fasilitas, pelatihan, serta platform untuk mempromosikan karya-karyanya. (Fhm)