Bapanas Ajak Pemerintah Jepang Bangun Ekosistem Investasi di Indonesia

  • Oleh : Naomy

Rabu, 30/Apr/2025 14:31 WIB
Kepala Bapanas dan Menteri Pertanian Jepang Kepala Bapanas dan Menteri Pertanian Jepang


JAKARTA (BeritaTrans.com) – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas)/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengajak Pemerintah Jepang membangun ekosistem investasi bagi pemenuhan program Makan Bergizi Gratis atau MBG yang dilaksanakan Pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.

Menurut Arief, ekosistem investasi sangat dibutuhkan terutama pada komoditas buah-buahan, ikan, dan daging yang selama ini menjadi menu andalan MBG.

Baca Juga:
Kepala Bapanas: Ketahanan Pangan Dimulai dari Inovasi dan Keberagaman Produksi

“Tadi kami sampaikan kebijakan Pemerintah Republik Indonesia hari ini adalah mengundang investor untuk memenuhi kebutuhan kita yang cukup besar. Dan bila ada kesempatan (investasi) ini akan sangat baik, sehingga kebijakannya adalah membangun ekosistem yang bukan hanya ekspor saja, tapi bisa mensejahterakan petani-petani kita,” ujar Arief usai menerima kunjungan resmi Menteri Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Jepang, Eto Taku di Kantor Pusat NFA, Jakarta Selasa (29/4/2025).

Menurutnya, Pemerintah Indonesia terus berupaya memperkuat ketahanan pangan sebagai jalan menuju kemandirian pangan. 

Baca Juga:
Kebijakan HPP dan HAP Beras Perkuat Ekonomi di Triwulan 1-2025

Adapun wujud dari upaya tersebut adalah mencapai swasembada pangan, di mana semua produksi yang dilakukan harus dilakukan di Indonesia.

“Dengan begitu, semua akses bisa dilakukan dengan mudah di Indonesia, swasembada itu artinya produksinya dilakukan di Indonesia,” ujarnya.

Baca Juga:
Stabilitas Pangan Terkendali Bukti Arah Kebijakan Ekonomi Tepat

Mengenai peluang investasi, Arief mengatakan Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, di mana angkanya mencapai 280 juta jiwa. 

Angka tersebut bahkan bisa bertambah hingga 300 juta lebih, seiring angka pencatatan penduduk dari tahun ke tahun.

“Jadi ini potensi kepadatannya sangat tinggi sekali, sehingga eksistensi seperti ekspor produk pangan kita bisa dengan mudah masuk ke Jepang. Artinya karantina di sana bisa menerima produk yang kita produksi sendiri,” katanya.

Arief mengakui, ekspor produk pangan ke Jepang bukanlah hal yang mudah mengingat Negeri Sakura tersebut memiliki regulasi dan standar yang tinggi.

“Tapi saya sampaikan ke mereka, silahkan dibicarakan bahwa di Indonesia juga ada regulasi dalam membangun investasi. Misalnya perusahaan investasi bisa melakukan ekspor sapi untuk diproduksi di dalam negeri,” ulasnya. (omy)