Kisah Buaya Bernama Krakatau dan Madonna: Sudah Jalan Bareng Tapi Masih Belum Mau Kawin

  • Oleh : Redaksi

Sabtu, 16/Janu/2021 00:03 WIB
Krakatau, buaya jantan berukuran 5 meter dengan berat 800 kilogram, tidak `kawin` dengan pacar barunya Madonna pada musim kawin kali ini.  (ABC North Queensland: Chloe Chomicki) Krakatau, buaya jantan berukuran 5 meter dengan berat 800 kilogram, tidak `kawin` dengan pacar barunya Madonna pada musim kawin kali ini. (ABC North Queensland: Chloe Chomicki)

Jakarta (BeritaTrans.com) - Panjang tubuhnya mencapai 5 meter. Beratnya 800 kilogram. Ia pun langsung menjadi pusat perhatian di penangkaran buaya Billabong Sanctuary di Queensland, Australia.

  • Krakatau, seekor buaya air asin di penangkaran Billabong Sanctuary di Queensland, belum mau membuahi "pacar barunya" Madonna
  • Meskipun demikian, petugas penangkaran sudah menemukan puluhan telur dari buaya lainnya
  • Telur-telur ini akan dipantau hingga beberapa bulan ke depan

Buaya yang diberi nama Krakatau ini dipindahkan ke lokasi baru di penangkaran itu pada bulan Oktober tahun lalu, setelah ia kehilangan pasangannya di lokasi lama.

Baca Juga:
Gawat! Puluhan Buaya Lepas dari Penangkaran

Petugas penangkaran yang menangani Krakatau menyebutkan, buaya air asin ini berduka selama delapan bulan sejak kematian pasangannya itu.

Maka ia pun dipindahkan ke lokasi lain di penangkaran Billabong dan dikenalkan dengan "pacar baru" bernama Madonna, seekor buaya betina yang ada di sana.

Baca Juga:
Hili Warga yang Berhasil Lepaskan Kalung Ban di Buaya Penghuni Sungai Palu, Cuma Pakai Alat Ini!

Menurut petugas, Krakatau dan Madonna sebenarnya sudah "jalan bareng" saat ini, dan tak terlihat adanya tanda-tanda stress pada keduanya.

Namun Krakatau tampaknya belum mau "kawin" dengan Madonna sehingga mereka belum menghasilkan telur pada musim kawin kali ini.

Baca Juga:
Buaya Terlilit Ban Motor di Palu, Selama Enam Tahun Akhirnya Terbebas

Petugas Penangkaran Alex Mackay mengatakan, musim hujan yang terlambat tiba di wilayah utara negara bagian Queensland itu turut berpengaruh pada musim kawin buaya di sana.

"Musim kawin yang terlambat disebabkan oleh terlambatnya musim hujan di sini di Townsville," ujar Alex kepada ABC.

"Sebelum-sebelumnya, saat musim kemarau, kami biasanya membunyikan pelantang suara menyerupai petir dan bunyi hujan," jelasnya.

"Kami bahkan menyalakan alat penyiram air agar buaya-buaya ini saling bermesraan. Biasanya berhasil," kata Alex lagi.

A young man with red facial hair wears a brown ranger uniform and hat in front of a muddy body of water. He smiles for a photo.

Petugas penangkaran Alex Mackay mengatakan datangnya hujan turut mendorong musim kawin buaya di Billabong Sanctuary. (ABC North Queensland: Chloe Chomicki)

 

Bonza dan Belle

Namun kali ini, petugas penangkaran tak perlu repot-repot melakukan semua itu untuk menciptakan suasana romantis bagi buaya-buaya di sana.

Bahkan, para petugas telah sibuk mengumpulkan telur dari buaya lainnya yang bertebaran di berbagai lokasi.

Untuk mengumpulkan telur buaya, kata Alex, diperlukan cara tersendiri karena buaya betina biasa sangat agresif dalam menjaga telur-telurnya.

"Lumpur licin dan buaya yang sigap tentu saja bukan hal yang mudah untuk dihadapi," ujarnya.

"Induk buaya sangat protektif dan akan menyerang siapa saja yang mencoba mendekati telurnya," kata Alex.

Ia menyebutkan musim kawin kali ini cukup banyak menghasilkan telur dari dua ekor buaya betina bernama Bonza dan Belle.

"Buaya betina andalan di sini, Bonza, bertelur sebanyak 67 butir. Sedangkan Belle yang lebih tua hanya 28 butir, itu pun 13 di antaranya tidak bisa menetas," papar Alex.

A freshly hatched baby saltwater crocodile at Billabong Sanctuary in Townsville

Seekor bayi buaya yang baru saja menetas. (ABC North Queensland: Kathleen Calderwood)

 

Semua telur yang bagus akan disimpan dalam inkubator untuk selanjutnya dipantau selama sekitar 90 hari.

Telur-telur tersebut ditangani dengan hati-hati dan diberi tanda.

"Saat kami mengambil dari sarangnya, kami memberinya tanda dengan pensil," ujar Alex.

"Embrionya ada pada kuning telur. Jadi bagian kuningnya ini jangan sampai miring karena akan membunuh embrio," katanya.

Di dalam inkubator, telur disimpan pada suhu 30 derajat Celcius untuk meningkatkan kemungkinan lahirnya bayi jantan, yang lebih cepat dewasa dan lebih disukai untuk peternakan buaya.

"Kami akan menyimpan beberapa bayi untuk untuk ditangani dan dididik di sini," kata Alex.

Kebun binatang atau pihak lain biasanya akan menghubungi penangkaran ini untuk mendapatkan bayi buaya.

A large crocodile bound by rope being pulled off a trailer by half a dozen sanctuary staff.

Petugas penangkaran memindahkan Krakatau ke lokasi baru setelah kehilangan pasangannya di lokasi lama.(ABC North Queensland: Dwayne Wyles)

 

Petugas dapat mengetahui telur mana yang subur di dalam inkubator dengan mengamati opasitas cangkangnya dari waktu ke waktu.

"Selama 24 jam pertama kulit telurnya sendiri agak tembus cahaya," kata Alex.

"Setelah dikeluarkan dan dimasukkan ke proses inkubasi, akan terlihat kalsium yang mulai terbentuk di dalam telur, yang terlihat seperti pita di sepanjang bagian tengah telur," jelasnya.

"Kalsium itu perlahan akan menyebar dan pada akhirnya mencakup seluruh telur," tambahnya.

Dari proses inkubasi yang berlangsung saat ini, diharapkan akan lahir puluhan bayi buaya pada Maret mendatang.

"Nanti akan terlihat telur-telur itu bergoyang dan terdengar suara serak bayi buaya," paparnya. (sumber:abc.net)

Tags :