Pesawat Boeing 737 Max Boleh Terbang Lagi di Eropa

  • Oleh : Redaksi

Kamis, 28/Janu/2021 05:25 WIB
EASA telah memberi Boeing 737 MAX lampu hijau untuk kembali ke langit Eropa setelah hampir dua tahun di darat EASA telah memberi Boeing 737 MAX lampu hijau untuk kembali ke langit Eropa setelah hampir dua tahun di darat

COLOGNE (BeritaTrans.com) - European Aviation Safety Agency (EASA) telah mengonfirmasi bahwa Boeing 737 MAX aman untuk kembali beroperasi di Eropa. Pesawat tersebut telah di-grounded selama hampir dua tahun menyusul dua kecelakaan fatal yang terjadi dalam keadaan serupa.

EASA telah memberi Boeing 737 MAX lampu hijau untuk kembali ke langit Eropa setelah hampir dua tahun di darat. Badan tersebut mengungkapkan bahwa pesawat telah memenuhi empat syarat untuk kembali ke layanan yang telah ditetapkan. Selain itu, EASA menunjukkan bahwa keputusannya dibuat secara independen oleh Boeing dan FAA.

Baca Juga:
CEO Boeing Buka Suara Atas Insiden Kecelakaan Pesawat 737 Max 9

EASA telah menetapkan empat syarat yang harus dipenuhi sebelum akan melakukan sertifikasi ulang Boeing 737 MAX untuk terbang di langit Eropa. Ini adalah,

  • Kedua kecelakaan Boeing 737 MAX dianggap cukup dipahami.
  • EASA telah menyetujui perubahan desain yang dibuat oleh Boeing, dan perwujudannya dimandatkan.
  • EASA telah menyelesaikan tinjauan desain independen.
  • Kru Boeing 737 MAX cukup terlatih.
  • EASA, Boeing 737 MAX, Sertifikasi Ulang

Empat tes EASA untuk sertifikasi ulang MAX telah dipenuhi. Foto: Vincenzo Pace - JFKJets.com

Baca Juga:
SpiceJet Setop 90 Pilot Terbangkan Pesawat Boeing 737 MAX hingga Pelatihan Dinilai Memadai

Mengomentari persetujuan pesawat, Direktur Eksekutif EASA Patrick Ky berkata,

Kami sangat yakin tentang  prasyarat untuk memberikan persetujuan kami. Tetapi kami akan terus memantau operasi 737 MAX dengan cermat saat pesawat kembali beroperasi. Secara paralel, dan atas desakan kami, Boeing juga telah berkomitmen untuk bekerja lebih jauh dalam meningkatkan pesawat dalam jangka menengah, untuk mencapai tingkat keselamatan yang lebih tinggi."

Baca Juga:
China Southern Airlines akan Borong 142 Boeing 737 MAX

EASA mengeluarkan arahan kelaikan udara (Airworthiness Dirive / AD) yang merinci langkah-langkah yang harus diambil oleh operator sebelum mereka dapat mulai menerbangkan setiap pesawat. AD membutuhkan perubahan fisik yang sama pada pesawat seperti AD FAA. Tujuh tindakan utama di AD adalah,

  1. Pembaruan perangkat lunak untuk komputer kontrol penerbangan, termasuk sistem MCAS.
  2. Pembaruan perangkat lunak untuk menampilkan peringatan jika terjadi ketidaksepakatan antara sensor sudut serangan.
  3. Pemisahan fisik kabel yang dirutekan dari kokpit ke motor trim stabilizer.
  4. Pembaruan pada manual penerbangan sehingga pilot dapat memahami dan mengelola semua skenario kegagalan yang relevan.
  5. Pelatihan wajib untuk semua pilot 737 MAX.
  6. Pengujian sistem, termasuk sistem sudut serang.
  7. Kesiapan operasional tanpa penumpang karena penyimpanan pesawat yang lama.

Namun, ada dua perbedaan utama pada AD FAA. EASA memungkinkan pilot untuk menghentikan pengocok tongkat agar tidak terus bergetar jika diaktifkan karena kesalahan. Badan tersebut juga melarang beberapa jenis pendaratan presisi tinggi untuk saat ini. Namun, perbedaan kedua ini diharapkan menjadi keputusan sementara.

Kapan kita akan melihat MAX di langit Eropa?

Mungkin masih perlu waktu sampai kita melihat pesawat 737 MAX Eropa terbang di langit di atas Eropa. Semua pekerjaan yang tercantum di atas harus dilakukan, dengan peringatan EASA bahwa operator mungkin menghadapi penundaan mengingat keadaan industri perjalanan udara yang berlaku di Eropa.

Beberapa negara anggota EASA secara independen melarang pengoperasian 737 MAX pada 2019. Jerman adalah salah satu contohnya, melarang semua penerbangan sementara sebagian besar mengizinkan penerbangan feri. Larangan independen ini masih perlu dicabut, dan EASA sedang bekerja untuk memfasilitasi ini.

Kita tahu bahwa Ryanair sangat ingin mulai menggunakan Boeing 737 MAX, padahal awalnya mengincar penerbangan dengan tipe tersebut di Inggris. Namun, EASA menunjukkan bahwa sejak Inggris meninggalkan Uni Eropa, Inggris harus membuat keputusan sendiri tentang sertifikasi ulang jenis tersebut. Selain itu, sebagian besar layanan Ryanair UK saat ini ditangguhkan.

Operator non-UE juga akan dapat menerbangkan 737 MAX ke wilayah udara Eropa. Mereka harus memastikan bahwa pesawat MAX mereka memenuhi persyaratan Petunjuk Keselamatan yang dikeluarkan oleh EASA.

Telah Terbang di Amerika

Pesawat Boeing 737 Max untuk pertama kalinya kembali melayani penumpang di Amerika Serikat pada Selasa (29/12/2020).

Penerbangan perdana dilakukan setelah pesawat pabrikan Boeing tersebut sempat mengalami dua kecelakaan fatal dan dikandangkan pada Maret 2018 lalu.

Dilansir dari CNN, Rabu (30/12/2020), penerbangan Boeing 737 Max dilakukan oleh American Airlines dengan nomor penerbangan 718 dari Bandara Internasional Miami pada pukul 10.40 waktu setempat dan tiba di Bandara LaGuardia New York pada pukul 13.00 waktu setempat. Setelah itu, pesawat kembali ke Miami pada pukul 14.30 waktu setempat.

American Airilines berencana untuk memperbanyak penggunaan Max pada tahun 2021 mendatang.

Selain itu, maskapai lain seperti Southwest dan United Airlines juga berencana untuk menambah armada tersebut sebagai armada penerbangan mereka dalam beberapa bulan ke depan.

Mantan Eksekutif Boeing Khawatirkan Tragedi kembali Terjadi

Sebelumnya mantan orang dalam perusahaan pesawat terbang Boeing menyampaikan kekhawatiran baru soal keselamatan 737 Max, setelah tak dioperasikan menyusul dua kecelakan fatal, salah satunya di Indonesia.

Dua kecelakaan ini menewaskan 346 orang.

Berbicara kepada BBC, mantan manajer produksi Boeing 737 di Seattle, Amerika Serikat Ed Pierson, mengatakan ia meyakini masalah yang ada terkait dengan "kemungkinan cacat pada pesawat yang tidak diselidiki secara menyeluruh".

Pierson mengaitkannya dengan kondisi produksi di fasilitas pembuatan 737 ketika itu, yang ia gambarkan "pesawat dibuat terlalu cepat dan beban kerja staf terlalu tinggi".

"Saya khawatir bahwa ada potensi cacat di pesawat yang terkait dengan proses ketika pesawat diproduksi dan saya meyakini cacat-cacat ini berpotensi menyebabkan tragedi di masa depan," kata Pierson.

"Itulah sebabnya saya mendorong agar ada investigasi di fasilitas pembuatan [pesawat]," tambahnya.

Ia mengatakan semua peringatan yang ia keluarkan sebelum kecelakaan Boeing 737 Max milik Lion Air dan kecelakaan pesawat dengan model serupa yang dioperasikan oleh Ethiopian Airlines, yang terkait dengan tentang kualitas produksi "telah menjadi kenyataan".

Ia menyatakan "ada banyak pertanyaan yang berlum terjawab"

Boeing sudah membantah kaitan antara dua kecelakan fatal dan kondisi di fasilitas pembuatan pesawat.

Pihak regulator di AS dan Eropa berkeras bahwa tinjauan mereka telah dilakukan menyeluruh, dan pesawat 737 Max kini dinyatakan aman.

Menyusul dua kecelakaan fatal, seluruh pesawat Boeing 737 max dilarang terbang, namun sudah sekarang kembali dioperasikan di Amerika Serikat dan Brasil, sementara untuk di Eropa, izin terbang diperkirakan keluar pekan ini.

Pierson mengeklaim pihak regulator dan penyelidik "mengabaikan sejumlah faktor", yang dia yakini, boleh jadi "memainkan peranan langsung pada dua kecelakaan".

Setelah dua kecelakaan terjadi, Pierson secara eksplisit mengaitkannya pada beragam kondisi di pabrik Boeing di Renton, dekat Seattle.

Masalah-masalah MCAS

Pesawat Boeing 737 Max

Seluruh pesawat Boeing 737 Max dilarang dioperasikan menyusul jatuhnya pesawat model ini yang dioperasikan olen Lion Air dan Ethiopian Airlines. Foto: Reuters.

Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT610 jatuh di Laut Jawa pada Oktober 2018.

Lima bulan berselang, Ethiopian Airlines dengan nomor penerbangan ET302 jatuh beberapa menit setelah lepas landas dari ibu kota Ethiopia, Addis Ababa.

Para penyelidik meyakini kedua peristiwa itu dipicu kegagalan sebuah sensor.

Perangkat tersebut mengirimkan data tidak akurat kepada peranti lunak pengendali penerbangan, yang disebut MCAS.

Sistem otomatis ini kemudian berulang kali ke memaksa hidung pesawat ke bawah, tatkala pilot dan kopilot berupaya menaikkan pesawat. Pada akhirnya dua pesawat itu menukik tak terkendali.

Graphic: How the MCAS system worksSistem sensor MCAS pada Max 737Presentational white spaceBerbagai upaya agar 737 Max aman diterbangkan telah difokuskan pada perancangan ulang peranti lunak MCAS, dan memastikannya tidak lagi dipicu kegagalan sensor tunggal.

Bagi Ed Pierson, ini tidak cukup. Sebagai veteran Angkatan Laut AS yang mengemban peran senior pada lini produksi 737 pada periode 2015-2018, dia merupakan saksi kunci dalam sesi dengar pendapat di Kongres AS terkait dua kecelakaan yang melibatkan 737 Max.

Dia mengatakan kepada para anggota Kongres bahwa dirinya menjadi begitu risau terhadap berbagai kondisi di pabrik, dia juga mengaku telah mengatakan kepada para bosnya bahwa dirinya ragu membawa keluarganya sendiri menumpang pesawat Boeing.

Ed Pierson at a House Transportation Committee Hearing On Oversight Of Boeing 737 Max Certification, on 11 December 2019Ed Pierson (tengah) di Kantor Komite Transportasi dalam pengawasan sertifikat Boeing 737 Max, on 11 December 2019. Foto: Getty Images

Dalam kesaksian pada 2018 itu, Pierson menyebut pabrik dalam kondisi "kacau" dan "gagal berfungsi" karena, klaimnya, para staf kewalahan mendapat tekanan dari para manajer untuk membuat pesawat baru secepat mungkin.

Kini, dia khawatir masalah-masalah ini diabaikan karena tergesa-gesa agar pesawat 737 Max bisa kembali mengangkasa.

Laporan Pierson mengutip materi investigasi resmi. Laporan itu mengklaim bahwa pesawat Lion Air dan Ethiopian Airlines mengalami—yang dia yakini—cacat produk, hampir bertepatan dengan penerbangan perdana.

Kecacatan ini menimbulkan masalah secara berkala pada sistem kendali penerbangan serta anomali kelistrikan yang berlangsung pada beberapa hari dan pekan sebelum kecelakaan.

Pierson mengklaim masalah-masalah itu merupakan gejala kecacatan pada sistem perkabelan pesawat, yang bisa berkontribusi pada kekeliruan pengaktifan MCAS.

Dia juga menyatakan kegagalan sensor turut berkontribusi pada dua kecelakaan seraya mempertanyakan mengapa kesalahan demikian terjadi pada mesin-mesin baru.

Infographic of the Boeing 737 Max 8Presentational white spaceDalam kasus pesawat Lion Air, sensor yang cacat diganti dengan suku cadang lain yang tidak dikalibrasi secara layak.

Semua pertanda ini, menurut Pierson, "merujuk kembali ke tempat pesawat-pesawat ini diproduksi, pabrik 737".

Akan tetapi, dia berkeras bahwa kemungkinan kecacatan produk memainkan peranan dalam dua kecelakaan tidak ditangani oleh para regulator.

Dia mengklaim hal ini bisa menyebabkan kecelakaan lanjutan yang melibatkan Max atau versi 737 terdahulu.

Laporan yang 'meresahkan'

Kerisauan Pierson dikuatkan pengampanye keselamatan penerbangan terkemuka, Kapten Chesley Sullenberger.

Pria dengan panggilan akrab 'Sully' ini adalah salah satu pilot yang mendaratkan pesawat pincang bermesin rusak jenis Airbus di Sungai Hudson dekat Manhattan pada 2009 lalu.

Sully juga meyakini modifikasi 737 Max tidak cukup menyeluruh.

Dia yakin perubahan diperlukan untuk memperbaiki sistem peringatan di dalam pesawat, yang merupakan versi lanjutan 737 dan "tidak sesuai standar modern".

 

Kapten Chesley "Sully" Sullenberger (tengah) bersaksi dalam dengat pendapat di Komisi DPR AS bidang Transportasi dan Infrastruktur mengenai status Boeing 737 MAX pada Juni 2019. Foto: Getty Images

"Laporan Ed Pierson sangat meresahkan, mengenai masalah manufaktur di pabrik-pabrik Boeing yang melampaui Max, dan juga mempengaruhi…versi 737 terdahulu," kata Kapten Sullenberger.

"Ada banyak pertanyaan-pertanyaan penting belum terjawab yang harus dijawab.

"Boeing dan Badan Aviasi Federal (FAA) pada akhirnya harus lebih transparan, dan mulai memberikan informasi serta data, sehingga pakar-pakar independen bisa menentikan kelaikan pekerjaan yang sedang dilakukan.

''Informasi terbatas'

BBC juga telah berbincang dengan mantan penyelidik senior dari Badan Penyelidikan Kecelakaan Udara Inggris (AAIB), yang kini bekerja sama dengan seorang spesialis keselamatan. Dia memperingatkan temuan-temuan Pierson harus ditinjau dalam konteks lebih luas.

Laporan itu, sebutnya, memuat "observasi sahih" mengenai tekanan yang dihadapi lini produksi Boeing dan pengawasan kualitas, serta kekhawatiran mengenai komponen-komponen tertentu.

Bagaimanapun, lanjutnya, "membawa informasi terbatas dalam laporan kecelakaan manapun…dan membuat analisis baru mengenai laporan itu, tidak sama dengan melakoni investigasi baru".

Menurutnya, beragam topik yang disoroti Pierson, "boleh jadi telah diselidiki dan sudah diselesaikan, untuk alasan yang baik."

Sementara itu, FAA berkeras persetujuan agar Max bisa kembali terbang diberikan menyusul adanya "proses peninjauan keselamatan yang dilakukan secara komprehensif dan menurut metode".

boeing

Seorang pekerja berdiri dekat pesawat Boeing 737 MAX di Pabrik Boeing Renton di AS.

FAA menambahkan, "Dari banyak investigasi dua kecelakaan itu tidak ada yang menghasilkan bukti bahwa kecacatan produksi memainkan peranan".

"Setiap pesawat yang hendak meninggalkan pabrik telah diperiksa oleh inspektur FAA sebelum diizinkan untuk diantar".

Boeing tidak mau berkomentar mengenai masalah kelistrikan dan kendali penerbangan, yang disebut Pierson boleh jadi memainkan peranan dalam kecelakaan Lion Air dan Ethiopian Airlines, sebab hal itu adalah urusan pihak penyelidik.

Akan tetapi, Boeing menegaskan bahwa dugaan adanya keterkaitan antara kondisi di Renton dan dua kecelakaan "sama sekali tak terbukti", seraya menekankan bahwa pihak penyelidik tidak menemukan keterkaitan tersebut.

Patrick Ky, kepala badan keselamatan penerbangan Eropa (EASA), sebelumnya mengatakan kepada BBC bahwa dirinya "memastikan" pesawat itu aman untuk terbang.

Kendati demikian, keluarga korban pesawat Ethiopian Airlines nomor penerbangan ET302 terus mendesak lembaga tersebut untuk tidak mengizinkan 737 Max beroperasi di Eropa "sampai kerisauan yang terus ada mengenai keselamatan pesawat ditangani secara penuh dan terbuka".