Tantang China, Kapal Perang AS Kembali Berlayar di Laut China Selatan

  • Oleh : Redaksi

Rabu, 17/Feb/2021 15:35 WIB
Ilustrasi Kapal AS di Laut China Selatan (Foto: AFP) Ilustrasi Kapal AS di Laut China Selatan (Foto: AFP)

Washington DC (Beritatrans.com)  - Sebuah kapal perang Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) kembali berlayar di pulau-pulau yang diklaim oleh China di perairan Laut China Selatan pada hari Rabu (17/2). Operasi ini menandai langkah terbaru Washington dalam menantang klaim teritorial Beijing di perairan yang menjadi sengketa itu.

Seperti dilansir Reuters, Rabu (17/2/2021), armada ke-7 Angkatan laut AS mengatakan kehadiran kapal perusak USS Russell "menegaskan hak navigasi dan kebebasan di Kepulauan Spratly, sesuai dengan hukum internasional".

Baca Juga:
Pakai Kapal Perang, TNI AL Distribusi Logistik Pemilu ke Daerah Terpencil

China sebelumnya mengklaim kedaulatan atas seluruh wilayah Laut China Selatan. Namun Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam juga telah mengajukan klaim untuk beberapa pulau di perairan itu.

Washington mengecam upaya Beijing yang disebut untuk menindas negara tetangga dengan kepentingannya.Klaim teritorial China yang luas di perairan yang kaya sumber daya itu menjadi masalah utama dalam hubungan China-AS yang semakin sulit. Kedua negara juga berselisih tentang perdagangan, asal muasal pandemi COVID-19, isu Hong Kong, Taiwan dan tuduhan pelanggaran HAM terhadap Muslim Uighur.

Baca Juga:
Rusia Kerahkan 11 Kapal Perang Tambahan di Laut Hitam untuk Serang Ukraina

China juga berulang kali mengecam upaya AS yang disebutnya untuk memicu kerusuhan di kawasan itu dan mencampuri urusan internalnya.

Kapal AS yang melewati Kepulauan Spratly itu menyusul latihan bersama yang dilakukan dua kapal induk AS di Laut China Selatan dan kapal perang lain yang berlayar di dekat pulau Paracel yang dikendalikan China pada awal bulan ini.

Baca Juga:
China Bikin Kapal Perang Super Ala Star Wars Gantikan Peran Kapal Induk

Tindakan tersebut menunjukkan bahwa pemerintahan Biden tidak akan mengurangi operasi yang menantang klaim Beijing di wilayah tersebut.  (ny/Sumber: detik.com)