Samudera Indonesia (SMDR) Untung Besar dari Kenaikan Tarif Layanan Galangan Kapal

  • Oleh : Fahmi

Sabtu, 29/Mei/2021 06:06 WIB
Kapal Samudera Indonesia. (Ist) Kapal Samudera Indonesia. (Ist)

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Perusahaan galangan kapal di Indonesia rencananya bakal mengerek tarif layanan galangan kapal sebesar 30% per Agustus 2021 mendatang. 

Seperti diketahui, tarif layanan galangan kapal disebut belum pernah naik selama 9 tahun terakhir.  

Baca Juga:
PT Samudera Indonesia akan Ekspansif Tambah Kapal

Salah satu emiten yang akan menadah berkah atau untung besar dari naiknya harga layanan galangan kapal adalah PT Samudera Indonesia Tbk. 

Melalui Samudera Shipyard, emiten bersandi SMDR ini menjalankan bisnis galangan kapal. Direktur Utama Samudera Indonesia Bani M. Mulia menegaskan, harga layanan galangan kapal memang belum pernah naik semenjak 2012 silam, sehingga memang sudah saatnya dilakukan penyesuaian harga. 

Baca Juga:
Perkuat Jaringan Logistik Nusantara, Pelni Jajaki Kerja Sama dengan Samudera Indonesia

Salah satu indikasinya adalah referensi harga plat baja yang dipakai pada saat itu sekitar Rp 7.500 per kg sedangkan saat ini harganya sudah mencapai Rp 13.700 per kg. 

Dengan naiknya harga tarif tersebut, ia berharap nantinya mampu mengerek pendapatan dan laba dari lini usaha galangan kapal. Meski begitu, ia bilang efektivitas kenaikan tarif layanan ini nantinya akan bergantung terhadap kemampuan pasarnya. 

Baca Juga:
Galangan Kapal PT DPL Sudah Perbaiki 1.000 Kapal

Pasalnya, sekarang ini Samudera Indonesia memiliki pasar yang beragam. “Untuk pemilik kapal yang marketnya sedang bagus tidak akan ada masalah untuk menyerap tarif baru, namun masih ada juga beberapa segmen yang saat ini masih terkendala kelesuan pasar sehingga belum tentu bisa menyerap tarif baru,” ungkap dia, dikutip dari Kontan.co.id. 

Ke depannya, Bani memandang bisnis industri galangan kapal masih memiliki potensi untuk tumbuh. Akan tetapi, yang terjadi saat ini masih banyak juga pemain yang melakukan banting harga.  

Alhasil, semua pemain belum tentu bisa mengerek tarif layanan galangan kapal dan memperoleh peluang-peluang pekerjaan baru. 

Sampai saat ini klien galangan kapal SMDR cukup bervariasi, ada dari sektor minyak dan gas yang permintaannya masih cukup baik. Bahkan, Bani menyatakan pihaknya membutuhkan kapasitas baru untuk layanan sektor minyak dan gas. 

“Ada juga klien swasta maupun BUMN, sebagian instansi pemerintah juga membutuhkan kapasitas kapal. Ini yang diharapkan akan terkena dampak positif dengan naiknya tarif layanan sekaligus naiknya benchmark anggaran yang disediakan untuk pemesanan kapal baru,” tambahnya. 

Ia menambahkan, kapasitas galangan kapal milik SMDR sekarang ini sekitar 100 kapal per tahun. Sayangnya ia belum dapat menyampaikan terkait rencana penambahan kapasitas untuk bisnis ini. 

Mengutip website resmi SMDR, di bawah Samudera Shipyard terdapat perusahaan PT Yasa Wahana Tirta Samudera yang menangani order repair and maintainance kapal serta pembangunan kapal baru. Kemudian ada PT Wahana Jaya Samudera yang menangani running repair, fabricator project non-marine, general contractor dan penyediaan material kapal. 

Selanjutnya ada PT Galangan Samudera Madura yang baru didirikan pada 2016 lalu dan menangani pembuatan kapal bermotor dari baja dan kayu, perbaikan dan perawatan galangan kapal, serta pembuatan alat-alat apung. 

Suami dari Lulu Tobing ini juga belum dapat menyebutkan jumlah detail kontribusi masing-masing pendapatan dari anak perusahaan di bidang galangan kapal tersebut untuk pendapatan SMDR. 

Sampai kuartal pertama tahun ini, Samudera Indonesia mencatatkan pendapatan sebesar US$ 127,83 miliar atau turun 4,59% dari pendapatan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$ 133,99 juta. Meski demikian, SMDR berhasil menekan beban dan memperoleh laba bersih sebesar US$ 13,28 juta atau melesat 613% dari laba kuartal pertama tahun lalu yang hanya US$ 1,86 juta. 

Jika dilihat lebih rinci, pendapatan dari uang tambang masih jadi kontributor terbanyak sebesar US$ 90,82 juta, kemudian pendapatan dari kegiatan keagenan, forwarding dan kegiatan terminal menyumbang US$ 19,18 juta, pendapatan dari jasa penanganan peralatan dan peti kemas dan muatan sebesar US$ 10,87 juta, pendapatan sewa kapal berbasis waktu US$ 4,86 juta, dan pendapatan lain-lain sebesar US$ 2,10 juta. 

Secara keseluruhan, Manajemen SMDR menargetkan adanya pertumbuhan kinerja baik dari sisi pendapatan maupun laba pada tahun ini. Bani membidik pendapatan SMDR bisa tumbuh double digit ketimbang realisasi tahun lalu. 

“Laba di kuartal pertama saja naik signifikan, jadi target untuk full year 2021 juga jauh lebih baik dibanding tahun lalu,” ungkapnya. 

Guna mencapai target tersebut, Samudera Indonesia juga menggenjot lini bisnis lainnya tak terkecuali untuk bisnis pelayaran. Pada tahun ini SMDR mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$ 50 juta yang bersumber dari dana internal dan fasilitas pinjaman bank. 

Samudera Indonesia akan mengalokasikan belanja modal tersebut untuk membeli empat armada baru guna menunjang bisnis pelayaran. Penambahan kapal dilakukan karena tingkat utilisasi armada Samudera Indonesia kini sudah di atas 90%. 

Sebelumnya, pada tahun lalu emiten ini juga telah menambah 4 unit kapal baru dan telah memperoleh kontrak untuk keempat armada tersebut. Penggunaan armada baru dengan teknologi lebih tinggi ini dinilai memberikan kontribusi yang baik untuk perusahaan. 

Pada tahun ini, SMDR mengaku ada beberapa kontrak yang tengah diincar, namun belum dapat disampaikan lebih rincinya.(fh/sumber:kontan.co.id)