Seorang Pilot Bertahan Hidup Sendirian Selama 36 Hari Setelah Pesawatnya Jatuh di Hutan Amazon

  • Oleh : Redaksi

Minggu, 27/Jun/2021 02:11 WIB
Antonio dengan para petani yang menolongnya. Foto: BBCIndonesia.com: Antonio dengan para petani yang menolongnya. Foto: BBCIndonesia.com:

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Tersesat dan sendirian di salah satu bagian terpencil hutan hujan Brasil yang luas, Antonio Sena tahu apa yang paling dia takuti: "Para pemangsa besar di Amazon - jaguar, buaya, dan anakonda."

Namun pilot berusia 36 tahun itu tak hanya khawatir bakal menjadi santapan hewan-hewan itu, dia harus menemukan makanan, air, dan tempat berlindung bagi dirinya sendiri.

Baca Juga:
Viral Ada Pesawat Disebut Jatuh di Jakarta, Ternyata Aerobatik Lagi Latihan

Awalnya Antonio takut bahwa upaya penyelamatan perlu waktu berhari-hari setelah pesawat yang dipilotinya jatuh.

Yang tidak disadari Antonio adalah bahwa dia akan berjuang untuk bertahan hidup, kelaparan, dan sendirian, selama lebih dari sebulan.

Baca Juga:
Pesawat yang Ditumpangi Bos Tentara Bayaran Rusia Jatuh Melesat Vertikat ke Tanah, Ini Kronologinya!

'Mesin pesawat tiba-tiba mati...' 

"Mayday, mayday, mayday… Papa, Tango, India, Romeo, Juliet jatuh…" Antonio mengawali kiriman pesan radio terakhirnya.

Dia menerbangkan pesawat sendirian, Januari lalu, dalam perjalanan mengirim pasokan barang pokok ke kawasan tambang yang terpencil.

Baca Juga:
Pesawat Jet Pribadi Jatuh di Jalan Tol Malaysia Tabrak Mobil dan Motor

"Mesin tiba-tiba mati di ketinggian 900 meter. Saya harus melakukan pendaratan darurat di tengah hutan," katanya kepada BBC World Service.

Setelah menabrak dahan-dahan pepohonan, dia secara ajaib berhasil mendaratkan pesawat Cessna-nya dengan aman di kawasan tak berpenghuni, di suatu tempat di utara sungai Amazon.

Tapi baru saja lolos dari kematian, persoalannya dimulai. Bahan bakar bocor dan mengenai seluruh bangkai pesawat.

"Saya harus meninggalkan pesawat, karena saya tahu saya berada dalam situasi yang sangat berbahaya," katanya.

Antonio memutuskan tetap tinggal di sekitar pesawat, sambil berharap pesan terakhirnya telah didengar dan bantuan sedang dalam perjalanan.

"Saya mengambil apa pun yang saya bisa dan dapat membantu saya menghabiskan beberapa hari di hutan."

"Saat itu saya membayangkan saya harus berada di sana lima hingga delapan hari [di hutan hujan], yang merupakan waktu yang biasa bagi tim SAR."

Tapi seminggu berlalu dan bantuan tidak kunjung tiba.

'Berjalan setiap hari sekitar dua atau empat jam' 

Antonio memutuskan jika dia ingin melihat kembali orang-orang yang dicintainya, dia harus meninggalkan lokasi kecelakaan dan mencoba berjalan ke tempat yang aman.

"Saya menyadari bahwa mereka belum menemukan saya dan bahwa saya perlu mencari cara untuk meninggalkan tempat itu dan menemukan keluarga saya lagi."

Berangkat di pagi hari, dia menggunakan cahaya fajar pertama untuk membimbingnya dalam deraan putus asa untuk menemukan daerah terdekat yang ada penduduknya.

"Saya memutuskan untuk berjalan ke timur, menuju Matahari, dan saya berjalan setiap pagi sekitar dua hingga empat jam."

"Saya juga harus membuat rencana ketika malam tiba - membangun tempat berlindung dan menyiapkan api."

Meskipun Amazon adalah tempat yang berbahaya bagi siapa pun yang tiba-tiba sendirian, tanpa transportasi, atau komunikasi apa pun, Antonio telah mempelajari beberapa keterampilan yang akan memberinya kesempatan bertahan hidup.

"Saya menyelesaikan kursus pelatihan bertahan hidup di hutan karena latar belakang pilot saya."

"Juga, saya lahir dan tinggal di Amazon."

Dia pun telah meluangkan waktu untuk belajar dari orang-orang yang tinggal di wilayah terpencil di hutan hujan - informasi yang saat ini mungkin berarti perbedaan antara hidup dan mati.

"Setiap kali saya memiliki kesempatan, saya suka berbicara dengan orang-orang yang tinggal di sana, Anda dapat belajar banyak hal dari mereka."

Menemukan makanan 

Hal pertama yang dibutuhkan Antonio yang membantunya agar terampil bertahan hidup adalah makanan. Dia bertumpu pada bantuan satwa liar setempat.

"Ada buah yang belum pernah saya lihat seumur hidup saya, tetapi saya mengamati bahwa dulu kawanan monyet memakannya," katanya. "Jadi saya pikir jika monyet bisa memakannya, saya bisa mengkonsumsinya juga."

Dia juga menemukan buah kakao beberapa kali, tetapi dia perlu menemukan lebih dari sekedar buah.

Dan jawabannya?

"Telur-telur nandu," yang disediakan oleh "burung yang sering dijumpai di tengah hutan," jelasnya.

Burung yang tidak bisa terbang itu menyediakan "telur biru berukuran besar" yang kadang-kadang berhasil dia temukan.

"Telur adalah telur. Ini protein, saya membutuhkannya saat itu, jadi saya memakannya mentah-mentah."

Menghindari predator mematikan

Tetapi meskipun dia menemukan cukup makanan untuk membuat dirinya (hampir) bertahan hidup dalam perjalanannya, dia juga perlu menghindari menjadi santapan makan siang bagi beberapa habitat terbesar Amazon.

"Setiap kali saya berhenti dan membangun tempat berlindung, saya melakukannya di atas bukit," jelasnya.

"Itu lantaran jaguar, buaya, dan anakonda sangat erat hubungannya dengan air, jadi saya tidak pernah berkemah di samping sumber air."

Antonio juga berhati-hati agar tidak berisik saat berjalan melewati hutan.

Dia tahu bahwa pada siang hari kemungkinan besar dia akan diserang oleh hewan yang terkejut, bukan yang mendengarnya datang dari kejauhan.

Selalu berharap 

Meskipun keterampilan bertahan hidup Antonio sudah berjalan baik, dia banyak kehilangan berat badan.

Berminggu-minggu telah berlalu sejak dia meninggalkan rongsokan pesawatnya.

Tapi, setelah 36 hari, dia akhirnya menemukan sekelompok kecil orang.

"Setelah sekian lama berjalan, mendaki, naik bukit dan melewati sungai, saya menemukan sekelompok orang pengumpul kacang Brasil di daerah terpencil," katanya.

Karena awalnya tidak dapat melihat wujud fisik orang-orang itu, dia melacaknya dengan mendengar suaranya.

"Saya bisa mendengar mereka bekerja."

Akhirnya cobaan panjang yang menimpanya akan segera berakhir.

"Satu-satunya hal yang memotivasi saya, dan memberi saya kekuatan untuk melanjutkan, bahkan dengan rasa sakit dan kelaparan, hal itu adalah keinginan untuk melihat keluarga saya lagi."

"Ketika saya akhirnya meninggalkan hutan, dan saya bertemu mereka di bandara, itu bagi saya adalah momen terbaik dalam hidup saya."

Beberapa pesawat dan helikopter telah dikirim untuk mencarinya, tetapi mereka sempat menghentikan proses pencarian beberapa minggu sebelumnya.

Jika Antonio tidak berhasil keluar dari hutan hujan sendirian, dia tak akan pernah bertemu keluarganya lagi.

"Saya akhirnya bisa memeluk mereka, dan memberi tahu mereka betapa saya mencintai mereka," katanya.

"Saya melakukan semua itu hanya untuk mereka, hanya memikirkan mereka setiap saat, setiap saat." (dn/sumber: BBCIndonesia.com)