Oleh : Redaksi
Jakarta (BeritaTrans.com) - Pihak berwenang Tahiland memutuskan untuk mengubah bandara utama negara itu menjadi rumah sakit lapangan. Hal itu dilakukan karena tingkat infeksi dan kematian Covid-19 harian melonjak dalam beberapa pekan terakhir.
Terminal yang baru saja selesai, dijuluki “Satellite 1” atau SAT-1, yang terletak di dalam kompleks Bandara Suvarnabhumi. Menurut Menteri Transportasi Saksayam Chidchob, lokasi tersebut akan diubah dilengkapi dengan 5.000 tempat tidur pasien Covid-19, melansir dari laman Coconut, Kamis (8/7/2021).
Bangunan itu terdiri dari empat lantai dan luas hingga 216.000 meter persegi. Lantai pertama akan menampung setidaknya 5.000 tempat tidur untuk pasien Covid-19.
Sementara itu, lantai dua akan digunakan sebagai unit perawatan intensif. Lantai tiga dan empat diharapkan dapat menampung pasien dengan gejala ringan atau tanpa gejala.
Kompleks terminal baru tersebut merupakan bagian dari rencana pengembangan senilai sekitar dua miliar dolar AS atau Rp29 miliar. Pembukaannya ditunda hingga April 2022, menurut otoritas bandara, dengan alasan penundaan impor material yang disebabkan oleh pandemi.
Ilustrasi kamar hotel. (dok. pexels.com/Pixabay)
Pemerintah sebelumnya memastikan bahwa ada cukup tempat tidur untuk pasien "yang terkena dampak parah" selama wabah gelombang ketiga. Namun, keluhan terus mengalir dari orang- orang yang mengklaim bahwa mereka tidak dapat menemukan tempat tidur rumah sakit.
Tempat tidur itu untuk diri mereka sendiri atau orang yang mereka cintai. Beberapa orang juga telah difoto berkemah di luar rumah sakit sambil menunggu tempat tidur dan perawatan COVID-19.
Thailand terkena dampak dari penyebaran varian Delta. Negara itu hari ini mengonfirmasi rekor tertinggi harian lainnya dari 6.519 infeksi virus corona dan 54 kematian.
Suasana arus lalu lintas di persimpangan di Bangkok, Thailand pada Senin (4/1/2021). Pejabat kesehatan di Thailand pada Senin mencatat 745 kasus virus corona baru, rekor tertinggi harian di negara itu sejak pandemi COVID-19 melanda Negeri Gajah Putih pada Februari 2020. (Jack TAYLOR / AFP)
Kumnuan Ungchusak, seorang ahli epidemiologi dan penasihat Kementerian Kesehatan mengatakan, fasilitas medis sudah hampir penuh, dan kematian bisa berlipat ganda pada Agustus jika wabah tidak mereda. Sebagian besar kasus muncul dari Bangkok, yang terus melaporkan infeksi dan kematian terbanyak setiap hari, melansir dari Bloomberg.
Penyebaran varian delta, yang diperkirakan akan menjadi strain (sifat virus yang menunjukkan dengan jelas sifat fisik) paling dominan pada awal Agustus, telah menghambat upaya untuk menahan wabah tersebut. Dengan strain yang bermutasi yang diperkirakan akan menyebar ke lebih banyak provinsi, jumlah kasus harian dapat melonjak menjadi 10.000 mulai minggu depan.
Secara terpisah, gugus tugas Covid Thailand mengatakan akan mempertimbangkan usulan untuk penguncian di titik panas virus Bangkok dan sekitarnya setelah pejabat kesehatan menyerahkan laporan. Panel bulan lalu menahan diri untuk tidak menerapkan penguncian di Bangkok dan hanya memperketat pembatasan yang lebih ketat di lokasi konstruksi dan restoran.
(lia/sumber:liputan6.com)