Sering Terjadi Terjadi Kecelakaan dalam 5 Tahun ini, KNKT Tinjau Ruas Turunan Kretek Wonosobo

  • Oleh : Naomy

Senin, 19/Jul/2021 10:31 WIB
Tinjauan investigator KNKT ke turunan Kretek Wonosobo Tinjauan investigator KNKT ke turunan Kretek Wonosobo

WONOSOBO (BeritaTrans.com) -

Dalam lima tahun terakhir, terdapat sejumlah kecelakaan yang menelan korban jiwa hingga 162 orang di jalur Kledung - Kretek Wonosobo, Jawa Tengah.

Baca Juga:
KNKT: Penyebab Kecelakaan di Tol KM 58, Pengemudi Travel Tidak Resmi Bekerja Over Time

Semua kasus kecelakaan tersebut kebanyakan dialami bus dan truk, yang terjadi rem blong (brakefading). 

Untuknya Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) pada Jumat dan Sabtu (16-17/7/2021) meninjau lokasi tersebut dan ditemukan bahwa ruas jalan tersebut sangat berisiko.

Baca Juga:
Antisipasi Kemacetan Arus Mudik di Jalur Selatan, KNKT Sinergi dengan Ditjen Hubdat dan Polres Garut

"Pada jarak 9 km (perbatasan Kledung-Reco) sampai ke pertigaan Kretek memiliki beda ketinggian lebih dari 500 meter. Kondisi ini akan memicu adanya energi potensial yang sangat besar. Saya sering  menggambarkan pada mahasiswa saya besarnya energi potensial ini seperti halnya orang menarik busur panah, semakin panjang direntangkan maka busur akan melesat lebih cepat dan kuat," urai Investigator KNKT Ahmad Wildan menjawab BeritaTrans, Senin (19/7/2021). 

Analogi dimaksud, kata dia, semakin besar perbedaan tinggi suatu tempat, maka kendaraan akan mengalami gaya dorong yang lebih besar. 

Baca Juga:
KNKT Minta Jeep Wisata Jaga Kualitas Fisik Kendaraan Sesuai SOP

Pada saat kendaraan itu akan direm, maka akan terjadi fenomena disipasi energi, di mana energi potensial dan energi kinetik yang ada pada kendaraan, akan berubah menjadi energi panas, yang berpusat di titik gesekan yaitu tromol dan kampas. 

"Energi panas tersebut pada titik tertentu akan mengubah material kampas menjadi uap panas (sublimasi) yang menyelimuti permukaan kampas sehingga menyebabkan kampas menjadi licin sempurna," ungkapnya. 

Fenomena inilah yang disebut dengan Brakefading, di mana kampas mampu mendorong tromol, namun tidak mampu menahan putaran roda.

Oleh sebab itu, ruas jalan Kledung Kretek sangat berisiko bagi kendaraan besar (bus dan truk), dan oleh sebab itu KNKT membuat dua konsep mitigasim

Pertama Active Safety untuk mencegah rem blong terjadi dan kedua, Passive Safety untuk menurunkan fatalitas jika rem blong tidak dapat dihindarkan.

"Konsep ini terbukti efektif di Flyover Kretek Brebes dan akan diuji cobakan di Kretek Wonosobo," kata Wildan.

Hasil survai moving car observer KNKT mengidentifikasi 3 km sebelum pertigaan Kretek adalah titik kritis, titik dengan disipasi energi terbesar dan dapat ditandai sebagai daerah rawan kecelakaan. 

Pada area tersebutlah KNKT akan menerapkan skema passive safety, dan untuk skema jalan lingkar harus menghindari area ini, harus dibuat jauh sebelumnya untuk menghindari area maut ini.

"Kami akan segera membuat rekomendasi dari hasi investigasi di lokasi tersebut," pungkas Wildan. (omy)