Gegara Kapal Angkut BBM Rusak, Kapal Laut di Tarakan Kehabisan BBM, Ikut Antre di SPBU

  • Oleh : Redaksi

Jum'at, 08/Okt/2021 14:32 WIB
Pembelian BBM menggunakan jerigen di APMS Tarakan. (foto:istimewa/korankaltara.com) Pembelian BBM menggunakan jerigen di APMS Tarakan. (foto:istimewa/korankaltara.com)

TARAKAN (BeritaTrans.com) - Dalam beberapa hari terakhir, antrean panjang konsumen bahan bakar minyak (BBM) terjadi di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Tarakan, Kalimantan Utara, maupun di agen premium dan minyak solar menggunakan jerigen. 

Kondisi ini terjadi karena stok BBM di laut kosong yang membuat pemilik transportasi laut terpaksa ikut mengantre jatah BBM di darat.

Baca Juga:
Kapal Pengangkut BBM Terbakar di Marunda, Ini Penyebabnya!

Satu dari beberapa SPBU yang dipenuhi antrean jerigen adalah Ladang. Haidir, yang merupakan anak buah kapal (ABK) speedboat regular yang melayani Tarakan-Tanjung Selor, mengatakan, dalam sepekan terakhir BBM di laut sulit didapatkan.

“Di bawah (laut) habis minyak (BBM). Kami kesini kadang-kadang dapat, kadang-kadang tidak. Kalau antre dibelakang, tidak dapatlah karena stok tidak banyak. Di luat habis stok, sudah seminggu ini. Jadi, motoris beralih ke darat,” ujar Haidir.

Baca Juga:
Cek Persyaratan Ikut Mudik Gratis dengan Kapal Laut di Sini

BBM yang peruntukannya laut maupun di darat, harganya sama yaitu Rp7.850 per liter untuk jenis Pertalite sehingga operator speedboat memilih mencari BBM di darat, supaya bisa tetap beroperasi melayani perjalanan laut. Untuk bisa mendapatkan BBM, Haidir harus rela datang lebih awal, bahkan usai salat subuh sudah berangkat ke SPBU.

“Mulai subuh sudah di sini, untuk ambil tempat. Ada juga yang mengantre di Jembatan Besi, tetapi sama juga penuh seperti ini. Untuk bisa mengoperasikan speedboat PP Tarakan-Tanjung Selor butuh sekitar 600 liter pertalite,” sebut ABK SB Sinar Baru ini.

Baca Juga:
Imbas Serangan Yaman, Lalu Lintas Kapal di Laut Merah Merosot

Dipilihnya Pertalite untuk operasional speedboat karena harganya lebih murah dibandingkan dengan Pertamax. “Kalau Pertamax mahal. Kadang-kadang penumpang sepi, kami ini pebisnis maunya untung. Ini saja penumpang kadang-kadang hanya 50 orang. Menutupi sih cuma nipis banget. Kebutuhan BBM sekitar 600 liter saja sekitar Rp3 jutaan dalam sehari,” ungkapnya.

Terpisah, Sales Branch Manager Rayon V Kalimut PT Pertamina (Persero), Azri Ramadan Tambunan mengakui adanya kelangkaan BBM yang terjadi karena kendala dalam pengiriman suplai BBM dari Balikpapan ke Tarakan, yaitu adanya kerusakan pada kapal pengangkut.

“Seharusnya sampai di sini dua hari lalu. Saya dapat update kemarin, estimasi sampai jam tiga sore, kapal sudah bisa sandar dan segala macam. Kalau tim di lapangan faktor safety mencukupi bisa dibongkar malam hari, sehingga penyaluran di lapangan bisa kami normalkan kembali,” jelas Azri.

Selain karena adanya keterlambatan dalam pendistribusian, stok BBM di laut berkurang karena adanya salah satu kapal SPBB (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Bunker) yang perizinannya belum dilengkapi. Biasanya dilayani oleh tiga SPBB, kini tinggal dua.

Lebih lanjut dikatakan  Azri, bahwa dirinya paham kondisi di lapangan karena selalu melakukan monitoring. 

“Antrean jerigen memang terjadi signifikan. Saya juga keliling beberapa hari ini sampai malam masih saja ada antrean. Tetapi setelah kedatangan kapal suplai, kita akan stok SPBU secara maksimal,” jelas Azri.(amt/sumber:korankaltim.com)