Faisal Basri: Transportasi Defisit Belasan Miliar Dolar/Tahun

  • Oleh : Redaksi

Minggu, 10/Okt/2021 16:33 WIB
Pengamat Ekonomi Politik, Faisal Basri. Foto: ist. Pengamat Ekonomi Politik, Faisal Basri. Foto: ist.

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Ekonom senior Universitas Indonesia, Faisal Basri menyebut bahwa sektor transportasi dalam negeri menjadi penyumbang defisit current account terbesar. Faisal menyebut sektor transportasi merugi hingga belasan miliar dolar setiap tahun.

"Sektor transportasi unfortunately adalah penyumbang defisit current account kita yang sangat besar. Setiap tahun, kita itu defisit belasan milyar dollar," kata Faisal dalam diskusi daring di YouTube Kemenhub, Sabtu (9/10/2021).

Baca Juga:
Ekonom Senior Faisal Basri Tutup Usia

Faisal misalnya menyoroti bahwa hingga kini sektor ekspor dan impor lebih banyak menggunakan jasa pengiriman kapal dan penerbangan luar negeri, ketimbang maskapai atau kapal dalam negeri yang digunakan di luar.

Ia mengingatkan agar sektor transportasi internasional mestinya menjadi perhatian pemerintah dalam lima tahun ke depan. Sebab, sektor itu akan mampu menekan defisit hingga 50 persen.

"Kalau sekarang kecenderungannya naik terus. 2018, sudah USD12 milyar, karena krisis, yang diangkut sedikit, cenderung turun. Namun, 2021 ini saya perkirakan sudah akan lebih tinggi dari 2020," kata dia.

Di sisi lain, Faisal turut menyoroti bahwa hingga kini pemerintah masih mengabaikan sektor transportasi laut, yang kian hari kian turun. Padahal, kata dia, sektor transportasi tersebut paling bertahan selama pandemi.

Dibanding laut, pemerintah lebih memerhatikan sektor transportasi udara. Selama 10 tahun terakhir, Faisal mencatat angka kenaikan sektor transportasi itu hampir mencapai dua kali lipat menjadi 29 persen kendati udara adalah yang paling terpukul selama pandemi Covid-19.

Baca Juga:
AstraPay Mendukung Pembayaran Non Tunai Untuk Layanan Transportasi Umum di Indonesia

Hal itu, menurut dia, berdampak pada meningkatnya harga barang yang diangkut lewat kapal laut. Sebab, transportasi udara umumnya hanya membuat pergerakan manusia semakin dinamis. Sedangkan, di sisi lain, pergerakan barang lewat laut menjadi macet.

"Nah udara mengangkut manusia. Angkutan laut mengangkut barang. Nah kita keteteran. Jadinya di barangnya. Manusianya makin mobile. Barangnya masih mahal kalau diangkut lewat laut," kata dia. (dn/sumber: cnnindonesia.com)

Baca Juga:
ALFI : investasi Sektor Transportasi & Logistik pada 2023, Bergairah