Kiamat `Kontainer` Tak Terhindarkan di Korea Selatan-China, RI Kena!

  • Oleh : Redaksi

Jum'at, 26/Nov/2021 07:50 WIB
foto:istimewa/reuters foto:istimewa/reuters

JAKARTA )BeritaTrans.com) - Selama pandemi rantai pasok barang terganggu termasuk jasa pengiriman barang antar negara. Hal ini memicu fenomena kelangkaan dan kenaikan biaya ruang kontainer dalam pelayaran, semacam 'kiamat kontainer'.

Banyak negara di dunia kena dampaknya, tak kecuali Indonesia. Hal ini bahkan sempat menjadi perhatian serius Presiden Jokowi.

Baca Juga:
BNI dan KBRI Seoul Sosialisasi Solusi Finansial untuk Diaspora di Korsel

Bahkan Menteri BUMN Erick Thohir sempat bicara mengenai permasalahan rantai pasok global yang menjadi tantangan bagi Indonesia ke depan. Salah satu yang menjadi permasalahan adalah kelangkaan kontainer.

Kelangkaan kontainer terjadi karena tidak ada keseimbangan perdagangan dunia. Jadwal kapal berlayar semakin sedikit yang membuat harga pengiriman kargo atau freight melonjak drastis. Sehingga beberapa negara banyak terkendala pasokan bahan baku.

Baca Juga:
Keren, Garuda Gelar GATF Internasional Serentak di Hong Kong, Singapura, dan Seoul

"Kontainer sangat kekurangan, kemarin saya rapat dengan Dubes Korea Selatan untuk pertama kali Korea Korea kekurangan untuk UREA Industri minta kita ekspor ke sana. Kebijakan perdagangan global disampaikan presiden waktu G20 supply chain ini mempengaruhi, sehingga kita diminta kirim raw material sebanyak-banyaknya," kata Erick dalam webinar Potret Masa Depan Industri Logistik Indonesia di Era Disrupsi, Selasa, (23/11/2021).

Apalagi baru-baru ini, negara eksportir terbesar dunia, China, hingga hari ini masih memberlakukan kebijakan karantina Covid-19 yang sangat ketat.

Baca Juga:
Beha Impor dari China "Banjiri" Pasar Tanah Abang

Mengutip laporan Bloomberg yang dimuat Strait Times, China baru saja memberlakukan aturan baru karantina wajib selama tujuh minggu untuk pelaut China yang kembali. Selain itu, negeri pimpinan Presiden Xi Jinping itu juga melarang perubahan awak untuk pelaut asing.

Hal ini menjadi keluhan pengusaha ekspedisi. Pasalnya itu sangat menyulitkan pergantian kru dan juga perjalanan kapal keluar masuk negara yang menyebabkan kontainer tertahan.

"Pembatasan China menyebabkan efek langsung," kata Sekretaris Jenderal Kamar Perkapalan Internasional, Guy Platten, yang mewakili pemilik kapal dan operator.

Sudah Merembet ke Indonesia

Kelangkaan kontainer sudah terjadi setahun terakhir efek dari pandemi. Para eksportir Indonesia sudah sejak lama teriak efeknya pada kenaikan biaya jasa pengiriman kontainer ke pasar ekspor. Namun, kini masalah kelangkan dan kenaikan biaya kontainer juga sudah terjadi di layanan angkut barang di pelayaran dalam negeri.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan, mengatakan akibat kelangkaan kontainer yang terjadi pada banyak negara, juga berdampak pada perdagangan dalam negeri. Dari pantauan semenjak kuartal II-2021 biaya jasa pengiriman kontainer sudah terpantau naik.

"Awalnya belum berdampak, tapi di Q2 tahun ini sudah berdampak pada harga kontainer domestik," katanya dalam webinar Indef, Rabu (24/11/2021).

Oke mendeteksi kenaikan harga pengiriman kontainer dalam negeri ke Sumatera naik 30%, khususnya ke Medan melonjak 40%, sementara Indonesia bagian timur naik 15%.

Selain sulit mendapatkan ruang kontainer, kenaikan harga pengiriman jalur laut ini disebabkan harga bahan bakar yang naik, dimana biaya bunker meningkat dari perhitungan dari US$ 600 menjadi US$ 1.200. Selain itu ada ada kenaikan dari biaya pemeliharaan seperti suku cadang yang semakin mahal karena impor.(amt/sumber:cnbcindonesia.com)