Penumpang Kereta Cepat Tujuan Bandung Musti Ganti KA di Stasiun Padalarang

  • Oleh : Redaksi

Sabtu, 11/Des/2021 02:53 WIB
Foto:istimewa/beritasatu.com Foto:istimewa/beritasatu.com

BANDUNG (BeritaTrans.com) - Kereta Cepat Jakarta-Bandung terus menuai polemik. Baru- baru ini, ada insiden tiang pancang yang roboh karena kesalahan kontraktor pembangunan.

Proyek ini sendiri sebenarnya sudah menuai kritik sejak perencanaan. Kritik semakin meluas setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggelontorkan duit APBN Rp 4,3 triliun untuk mendanai proyek kerja sama yang sebagian besar didanai utang dari China tersebut.

Baca Juga:
Jokowi Bahas Kemajuan Layanan Kereta Whoosh bersama Direktur Utama KCIC dan Pejabat Terkait

Banyak masyarakat yang kecewa dengan janji Presiden Jokowi yang sebelumnya berikrar tidak akan menggunakan uang rakyat sepeser pun. Proyek tersebut juga sebelumnya diklaim tidak akan dijamin pemerintah. 

Selain pendanaan lewat APBN, kritik lainnya yakni terkait jarak Jakarta-Bandung yang relatif dekat, hanya sekitar 150 kilometer, sehingga dinilai akan membuat kecepatan kereta cepat kurang maksimal.

Baca Juga:
Kereta Whoosh Angkut 4 Juta Penumpang Selama 8 Bulan Operasi, Ini Capaian di Semester I 2024

Belum lagi, transportasi Jakarta dan Bandung selama ini sudah dianggap baik dengan keberadaan Tol Cipularang serta KA Argo Parahyangan. 

Seperti diketahui, meski bernama Kereta Cepat Jakarta Bandung, kereta ini sejatinya tak menghubungkan Kota Jakarta dengan Kota Bandung. Ini karena lokasi stasiun kereta berada di Tegalluar yang masuk Kabupaten Bandung, dan Stasiun Padalarang yang merupakan wilayah Kabupaten Bandung Barat.

Baca Juga:
Kartu Langganan Kereta Cepat Frequent Whoosher Banyak Peminat, Kini Ada di Semua Stasiun Whoosh

Baik Padalarang maupun Tegalluar, merupakan wilayah pinggiran atau daerah penyangga Kota Bandung. Untuk menuju pusat Kota Bandung dari kedua wilayah tersebut, setidaknya dibutuhkan waktu sekitar 30-45 menit, itu pun jika jalanan lenggang alias tanpa macet. Jika jalanan macet, tentulah membutuhkan waktu lebih lama. 

Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Dwiyana Slamet Riyadi mengungkapkan, bagi penumpang kereta cepat tujuan akhir Kota Bandung, diharapkan turun di Stasiun Padalarang, dan melanjutkan perjalanan dengan moda transportasi lain.

Dwiyana menyebut, KCIC bersama dengan PT KAI akan menyediakan kereta diesel untuk mengangkut penumpang dari Stasiun Padalarang menuju Stasiun Cimahi dan Stasiun Bandung. 

Dengan kata lain, penumpang juga harus berjalan kaki untuk berpindah dari stasiun kereta cepat menuju stasiun milik KAI yang lokasinya berada di sebelah Timur. 

"Jadi KCJB itu melewati Bandung Bagian Barat yaitu Stasiun Hub Padalarang sekaligus menjadi stasiun interkonektivitas dengan layanan eksisting yang menghubungkan layanan kereta cepat dengan Stasiun Kota Bandung dan Cimahi," papar Dwiyana dalam keterangannya dikutip pada Jumat (10/12/2021).

Dia menilai dengan dipilihnya Padalarang sebagai stasiun konektivitas yang menghubungkan langsung ke Kota Bandung, kereta cepat juga dipercayai bisa memberikan dampak perekonomian yang baik bagi Kabupaten Bandung Barat.

"Jadi kan kalau orang mau ke Bandung ya bisa berhenti di Padalarang. Nanti akan ada kereta api cepat yang berada di samping (kereta) yang lama. Nanti itu ada pelayanan konektivitas dari KAI akan membuat kereta api feeder dari stasiun Bandung Kota, Cimahi dan Padalarang," kata Dwiyana.

Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengaku tak mempersoalkan tidak adanya stasiun Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Kota Bandung. Sebab, warga Kota Bandung yang ingin menggunakan Kereta Cepat difasilitasi kereta feeder dari Stasiun Bandung ke Stasiun Hub Padalarang.

"Jadi nanti pakai Kereta Cepat ke Padalarang, dari Padalarangnya naik kereta khusus. Jadi misalnya orang Bandung ke Kebon Kawung (Stasiun Bandung) ya dia naik kereta khusus sampai Padalarang baru ngabret naik Kereta Cepat sambil menunggu nanti investasinya memungkinkan membangun fundamentalnya di Tegalluar," ujar Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil di Gedung Sate, Kota Bandung, beberapa waktu lalu.

Emil pun memaklumi segala dinamika yang terjadi dalam proses pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Sebab, proyek itu merupakan inovasi baru yang pasti menemukan banyak tantangan.(amt/sumber:kompas.com)