LPS Dinilai Berhasil Lewati Krisis Selama Pandemi dan Berperan Penting Jaga Stabilitas Sistem Keuangan Perbankan

  • Oleh : Naomy

Jum'at, 24/Des/2021 17:33 WIB
Webinar Forwada Webinar Forwada


JAKARTA (BeritaTrans.com) - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memiliki peran yang penting dalam menjaga stabilitas sistem keuangan Tanah Air dan dinilai mampu melewati krisis pandemi Covid-19.

Pernyataan itu mengemuka dalam diskusi "Forwada Online Media Workshop 2021 bertema Menelisik Peran LPS dalam Memantik Pertumbuhan Kredit Perbankan", Jumat, (24/12/2021).

Baca Juga:
Kinerja Membaik, BNI Terus Genjot Transformasi

Direktur Group Riset LPS Herman Saheruddin menyebutkan, LPS merupakan bagian dari empat pilar Komite Stabilitas Sistem Keuangan Nasional (KSSK) yang berfungsi menjamin simpanan nasabah bank dan turut aktif dalam menjaga stabilitas sistem perbankan. 

“Sebagai otoritas penjamin simpanan dan resolusi bank, LPS berkomitmen penuh untuk terus menjaga dan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada industri perbankan nasional dalam upaya untuk membangun NKRI melalui perekonomian yang kuat dan stabil,” urai Herman.

Baca Juga:
Pertumbuhan Ekonomi 2023 Diperkirakan Melamban

Selama periode Januari 2020 – Desember 2021, LPS telah memangkas Tingkat Bunga Penjaminan (TBP) rupiah sebesar 275 bps dan 150 bps untuk valuta asing. 

TBP pada bank umum dan BPR saat ini masing-masing 3,50% dan 6,00% serta untuk valuta asing 0,25%.

Baca Juga:
Konsumsi Domestik dan Investasi Kunci Jaga Momentum Pertumbuhan Ekonomi

“Kebijakan TBP diharapkan dapat mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional. Dengan TBP yang rendah saat ini, perbankan akan lebih memiliki fleksibilitas dalam mendorong penyaluran kredit dengan suku bunga yang lebih rendah,” tutur dia.

Herman menambahkan, LPS akan terus mencermati respon perkembangan suku bunga simpanan antar kelompok bank yang cenderung bervariasi serta dampaknya pada agregat suku bunga pasar dan intensitas kompetisi.  

Selain itu juga akan terus memantau dan evaluasi atas TBP sesuai perkembangan data dan informasi terkini yang tersedia dengan tetap memerhatikan progress pemulihan ekonomi, likuiditas perbankan, dan stabilitas sistem keuangan nasional.

Pada kesempatan sama, Direktur PT Bank BCA Syariah Pranata mengungkapkan, kondisi perbankan di tahun 2022 diproyeksikan dapat tumbuh positif. 

Dengan modal cukup kuat dan likuiditas perbankan yang cukup longgar, di 2022 perbankan masih memiliki kemampuan untuk meningkatkan penyaluran pembiayaan. 

"Diharapkan hal ini dapat meningkatkan semangat pelaku usaha dan konsumen dalam melakukan kegiatan ekonomi," kata Pranata

Sementara, ekonom Ryan Kiryanto menyoroti ketidakpastian ekonomi global yang belum mereda dengan hadirnya varian baru Covid-19 Omicron.

"Meski ada yang menyebut tidak seganas varian Delta, namun Omicron tetaplah virus yang harus diwaspadai karena bisa berdampak pada ekonomi global," tegasnya.
 
Optimisme meningkatnya perekonomian di 2022 menurutnya akan tampak menonjol pada sektor telekomunikasi, kesehatan, pertanian, dan pariwisata serta turunannya. 

Dia menuturkan, saat ini saham-saham teknologi komunikasi terus memimpin pertumbuhan indeks saham gabungan di seluruh bursa di dunia. 

"Sementara pada sektor Kesehatan dan turunanya seperti obat, vitamin dan alkes, menjadi akselerator ekonomi karena semenjak pandemi melanda, masyarakat dunia makin peduli akan kesehatannya," imbuh dia.

Hal serupa juga terjadi pada sektor pertanian dalam arti luas, tahun lalu walaupun rendah, sektor pertanian tetap tumbuh positif. 

“Sektor pariwisata adalah sektor yang sedang tidur dan akan menjadi akselerator kebangkitan ekonomi di tahun 2022. 

Karenanya, mulai hari ini sektor pariwisata harus menyiapkan infrastruktur pendukung dengan baik, maintenance harus dilakukan, serta menyiapkan SDM yang baik,” ulasnya.

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik, BCA Syariah optimistis dapat meningkatkan perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan di kisaran 8-10% di tahun 2022. 

Untuk mendukung target tersebut, pihaknya bersinergi dengan BCA sebagai induk usaha diantaranya dengan menurunkan biaya dana melalui pengembagan infrastruktur layanan e-channel dan meningkatkan pembiayaan dengan tetap mengedepankan prinsip syariah yang penuh dengan kehati-hatian. 

"Kami juga akan meningkatkan literasi perbakan syariah melalui berbagai kegiatan edukasi dan promosi berkolaborasi dengan BCA," ucap Pranata. (omy)