Oleh : Taryani
INDRAMAYU (BeritaTrans.com) – Matahari Senin (7/3/2022) pagi tampak bersinar cerah. Sejumlah pemuda diantar saudaranya turun dari sepeda motor dan bergegas lari menuju bus Bhinneka BAYU jurusan Cirebon-Merak yang singgah di Lampu Merah Bangkaloa, Kecamatan Widasari, Indramayu, Jawa Barat.
Para pemuda itu naik Bhinneka BAYU tujuan Cilegon akan berangkat kerja. Dua saudaranya mengantarkan mereka sambil duduk di jok sepeda motor.
Saat bus Bhinneka BAYU mulai bergerak ke arah Jakarta, barulah dua orang pengantar itu menghidupkan starter motor matiknya dan balik lagi ke kampung di Desa Bangodua.
Pada Senin (7/3/2022) pagi, banyak bus antar kota antar provinsi (AKAP) tujuan Jakarta atau Merak tampak bersemangat menjemput para penumpang.
Sejumlah lokasi atau titik pemberhentian penumpang disinggahi. Misalnya di sekitar Jembatan Gunungsari, Tulungagung, Pilangsari, Jatibarang, Widasari, Celeng (Lohbener), Jangga, Muntur, Karangsinom, Gang Bongas, Eretan, Bugel, Patrol, Sukra di wilayah Pantura Indramayu.
Titik-titik pemberhentian bus itu merupakan tempat menunggu para calon penumpang bus. Karenanya tidak heran jika tempat itu setiap saat selalu ramai.
Bahkan, sejumlah penumpang yang ingin menyeberang ke Lampung pun biasa menunggu bus-bus tujuan Merak dari Jalur Pantura Indramayu.
“Ya pokoknya Jalur Pantura Indramayu ini seperti terminal saja. Orang-orang sejak Subuh sudah berdiri menunggu bus langganannya,” ujar Mas Kumis, 48 yang biasa mengurus naik turunnya penumpang bus di Jalur Pantura.
Ditanya soal besarnya ongkos ke Jakarta, katanya biasanya antara penumpang dengan kondektur melakukan nego atau tawar menawar sendiri sebelum naik bus.
Ada kondektur yang menetapkan tarif ke Jakarta Rp100 ribu atau ke Banten Rp150 ribu. Ada juga yang kurang dari itu.
“Seringkali penumpang dari kampung mau berangkat kerja ke Jakarta tapi hanya bawa uang Rp60 ribu ditarik juga,” ujarnya.
Yang jelas kata Mas Kumis, soal ongkos naik bus, baik ke Jakarta ataupun ke Merak itu urusan antara penumpang dengan kondektur. Ia tidak mau ikut campur dalam masalah itu.
“Kalau masalah besarnya ongkos naik bus, Saya tidak nimbrung. Saya hanya bantu memberhentikan bus sesuai keinginan penumpang saja,” katanya.
Penumpang tidak boleh dipaksa naik bus tertentu. Bus yang akan dinaiki harus sesuai keinginan atau tujuan dari si penumpang itu sendiri.
Ia menambahkan, bus-bus Jakarta itu tujuannya berbeda-beda. “Bisa ke Cengkareng, Dadap, Kapuk, Cilincing atau Duren Sawit dan sebagainya,” ujarnya.
Beda dengan bus-bus jaman dahulu. Kalau bus jaman dahulu tujuan Jakarta penumpang turun di Terminal Pulogadung.
“Sekarang bus-bus yang melalui Jalur Pantura Indramayu itu jarang yang masuk Terminal Pulogebang. Makanya akhir perjalanan bus-bus itu tidak ke Terminal Pulogebang, tapi sesuai tempat mangkal bus itu sendiri,” katanya. (Taryani)