Jerman Ketar-ketir Pasokan Gas Rusia Terhenti Gegara Rubel

  • Oleh : Redaksi

Kamis, 31/Mar/2022 09:43 WIB


BONN (BeritaTrans.com) -;Pemerintah Jerman mengatakan pada Rabu (30/3) bahwa pihaknya mengeluarkan peringatan dini terkait pasokan gas di tengah kekhawatiran bahwa Rusia dapat menghentikan pasokan kecuali jika dibayar dalam rubel.

Associated Press melaporkan negara-negara Barat telah menolak permintaan Rusia untuk pembayaran dengan rubel, dengan alasan itu akan merusak sanksi yang dijatuhkan terhadap Moskow terkait aksi invasinya di Ukraina.

Baca Juga:
Rusia Terancam Resesi Dalam, Butuh Bertahun-tahun Pemulihan

“Ada beberapa komentar dari pihak Rusia bahwa jika ini (pembayaran dalam rubel) tidak terjadi, maka pasokan akan dihentikan,” kata Menteri Ekonomi Robert Habeck. "Untuk bersiap menghadapi situasi ini, hari ini saya telah meningkatkan peringatan dini."

Habeck, yang juga Menteri Energi dan Wakil Kanselir Jerman, mengatakan kepada wartawan bahwa peringatan ini adalah yang pertama dari tiga tingkat peringatan. Jerman juga perlu membentuk tim krisis di Kementerian Energinya yang akan meningkatkan pemantauan terkait situasi pasokan gas.

Baca Juga:
Takut Kena Sanksi, Produsen Minyak China Hengkang dari Amerika, Inggris dan Kanada

Tindakan itu merupakan tindakan pencegahan dan penyimpanan gas Jerman saat ini terisi hingga sekitar 25 persen dari total kapasitas, katanya.

Sementara pekan lalu, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan membayar minyak dalam rubel akan melanggar kontrak. Pejabat Italia juga mengatakan mereka tidak akan membayar dalam rubel karena itu akan membantu Rusia menghindari sanksi Barat atas serangannya ke Ukraina.

Baca Juga:
Biden Minta G20 Undang Ukraina Jika Indonesia Tetap Undang Presiden Rusia Vladimir Putin

Meskipun demikian, ketegangan atas pembayaran di masa depan dapat mengganggu aliran gas alam yang sedang berlangsung dari Rusia ke Eropa. Wilayah ini menerima sekitar 40% impor gasnya dari Rusia dan angka ini bahkan lebih tinggi untuk beberapa negara Eropa, terutama Hongaria yang mendapat 95% impor gasnya pada tahun 2020 dari Rusia.

Ketergantungan kawasan pada energi Rusia telah mencegah blok tersebut dari memberlakukan embargo minyak di Moskow sebagai bagian dari rezim sanksinya. Ini berbeda dengan Gedung Putih AS yang telah melarang impor minyak dan gas Rusia.

Sikap Putin

Sejak pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan negara-negara yang "tidak bersahabat" dengannya akan diminta untuk membayar produk energi seperti gas alam dalam mata uang rubel.

Dengan meminta pembayaran dalam mata uang Rusia, bukan dalam dolar atau euro, seperti yang dikontrakkan, Putin berusaha menopang nilai rubel, yang tenggelam setelah negaranya menyerang Ukraina.

Diketahui dolar AS naik hampir 13% terhadap rubel Rusia sejak 24 Februari, ketika Rusia mulai serangan ke Ukraina, setelah melonjak sekitar 85% pada awal Maret.