Takut Kena Sanksi, Produsen Minyak China Hengkang dari Amerika, Inggris dan Kanada

  • Oleh : Redaksi

Kamis, 14/Apr/2022 00:06 WIB


BEIJING (BeritaTrans.com) -;Produsen minyak dan gas lepas pantai terbesar China CNOOC bersiap untuk menghentikan operasinya di Inggris, Kanada, dan Amerika Serikat (AS). Beijing khawatir aset-asetnya dapat menjadi sasaran sanksi negara-negara Barat, kata sejumlah sumber dari kalangan industri.

Hubungan China dan Barat telah lama tegang akibat masalah perdagangan dan hak asasi manusia. Ketegangan tersebut semakin meningkat sebagai buntut atas invasi Rusia ke Ukraina di mana Beijing menolak untuk mengutuk aksi agresi itu.

Baca Juga:
Rusia Terancam Resesi Dalam, Butuh Bertahun-tahun Pemulihan

AS mengatakan pada pekan lalu, China dapat menghadapi konsekuensi jika membantu Rusia menghindari sanksi Barat yang mencakup langkah-langkah keuangan yang membatasi akses Rusia ke mata uang asing dan mempersulit pemrosesan pembayaran internasional.

CNOOC tidak segera berkomentar.

Baca Juga:
Jerman Ketar-ketir Pasokan Gas Rusia Terhenti Gegara Rubel

Perusahaan secara berkala melakukan tinjauan portofolio mereka. CNOOC sebagai perusahaan milik negara berhasil melakukan operasi di tiga negara melalui aksi korporasi dalam mengakuisisi Nexen Kanada senilai $15 miliar. Kesepakatan tersebut mengubah CNOOC yang saat itu masih berstatus sebagai produsen terbesar di China menjadi pemimpin produsen minyak dunia.

Aset-aset CNOOC tersebut, yang mencakup saham di ladang utama di Laut Utara, Teluk Meksiko dan proyek pasir minyak besar Kanada, menghasilkan sekitar 220.000 barel setara minyak per hari (boed), menurut perhitungan Reuters.

Baca Juga:
Biden Minta G20 Undang Ukraina Jika Indonesia Tetap Undang Presiden Rusia Vladimir Putin

Bulan lalu, Reuters melaporkan CNOOC telah menyewa Bank of America untuk mempersiapkan penjualan aset Laut Utara, yang mencakup saham di salah satu lapangan terbesar di cekungan itu.

CNOOC telah meluncurkan tinjauan portofolio global menjelang rencana pencatatan saham publik di bursa saham Shanghai pada akhir bulan ini yang ditujukan terutama untuk mencari pendanaan alternatif menyusul penghapusan pencatatan saham AS pada Oktober lalu, kata sumber tersebut.

Delisting adalah bagian dari langkah pemerintahan mantan presiden AS Donald Trump pada 2020 yang menargetkan beberapa perusahaan China yang menurut Washington dimiliki atau dikendalikan oleh militer China. Beijing mengutuk tindakan itu.

CNOOC juga mengambil keuntungan dari meroketnya harga minyak dan gas, didorong oleh invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari. CNOOC berharap dapat menarik pembeli karena negara-negara Barat berusaha mengembangkan produksi domestik untuk menggantikan energi Rusia.

Saat berusaha meninggalkan Barat, CNOOC juga berupaya memperoleh aset-aset baru di Amerika Latin dan Afrika, dan juga ingin memprioritaskan pengembangan prospek baru yang besar di Brazil, Guyana, dan Uganda, kata sumber tersebut.

CNOOC berusaha untuk menjual aset "marjinal dan sulit dikelola" di Inggris, Kanada, dan Amerika Serikat, kata sumber industri senior kepada Reuters.

Semua sumber berbicara dengan kondisi anonim karena sensitivitas masalah ini.

Sumber industri mengatakan bulan lalu bahwa manajemen CNOOC, termasuk CEO Wang Dongjin, menemukan bahwa mengelola aset Nexen sebelumnya "tidak nyaman" karena birokrasi dan biaya operasional yang tinggi dibandingkan dengan negara berkembang.

CNOOC telah menghadapi rintangan yang beroperasi di AS khususnya, seperti izin keamanan yang diperlukan oleh Washington bagi para eksekutif China untuk memasuki negara itu, tambah sumber itu.

"Aset seperti perairan dalam Teluk Meksiko secara teknologi menantang dan CNOOC benar-benar perlu bekerja sama dengan mitra untuk belajar, tetapi eksekutif perusahaan bahkan tidak diizinkan untuk mengunjungi kantor AS. Hal tersebut sudah menyusahkan selama ini dan administrasi Trump memasukkan CNOOC ke daftar hitam" membuatnya lebih buruk," kata sumber itu.

Sebuah platform minyak yang dioperasikan oleh China National Offshore Oil Corporation (CNOOC) terlihat di laut lepas Hainan paling selatan China. (Foto: Reuters)Sebuah platform minyak yang dioperasikan oleh China National Offshore Oil Corporation (CNOOC) terlihat di laut lepas Hainan paling selatan China. (Foto: Reuters)

Dalam prospektusnya menjelang penawaran umum perdana, CNOOC mengatakan akan menghadapi sanksi tambahan.

"Kami tidak dapat memprediksi apakah perusahaan atau afiliasi dan mitranya akan terpengaruh oleh sanksi AS di masa depan, jika kebijakan berubah," kata CNOOC.

Di AS, CNOOC memiliki aset di cekungan gas serpih Eagle Ford dan Rockies di darat serta saham di dua lapangan raksasa lepas pantai di Teluk Meksiko, Appomattox dan Stampede.

Proyek pasir minyak aset Kanada utamanya adalah Long Lake dan Hangingstone di Provinsi Alberta(VOA).

Tags :