4 Presiden Negara Eropa Kunjungi Ukraina, Desak Putin Diadili

  • Oleh : Redaksi

Kamis, 14/Apr/2022 16:19 WIB
foto:istimewa/AFP foto:istimewa/AFP

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Presiden Polandia, Lithuania, Latvia, dan Estonia bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Kyiv sebagai bentuk solidaritas di tengah agresi Rusia yang masih menggila.

Sebelum bertemu Zelensky, keempat presiden mengunjungi daerah-daerah dekat ibu kota Kyiv seperti Bucha, di mana ratusan warga sipil terbunuh secara mengenaskan tak lama setelah pasukan Rusia angkat kaki dari wilayah itu.

Baca Juga:
Dubes Ukraina Sebut Tokoh Perjuangan RI Simbol Lawan Agresi Rusia

"Ini bukan perang, ini terorisme. Kami tidak hanya berbicara tentang tentara yang melakukan kejahatan itu, tetapi mereka yang mengelurakan perintah, semua harus diadili," kata Presiden Polandia Andrzej Duda dalam konferensi pers di Kyiv bersama dengan Zelensky dan ketiga presiden negara Baltik pada Rabu (13/4).

Desakan agar mengadili Rusia juga digaungkan presiden-presiden lainnya. Mereka pun berjanji mendorong masyarakat internasional untuk meningkatkan dukungan militer bagi Ukraina saat tengah bersiap menghadapi gempuran terbaru Rusia di bagian timur negara.

Baca Juga:
Rusia Geram Kapal Perang Rusak Parah, Diduga Dirudal Ukraina

"Adalah tugas kami untuk membantu Ukraina dengan segala jenis senjata," kata Presiden Latvia Egils Levits seperti dikutip Reuters.

Sementara itu, Presiden Lithuania Gitanas Nauseda mengatakan "masa depan Ukraina akan ditentukan di medan perang."

Baca Juga:
Satu Lagi Jenderal Rusia Tewas, Putin Kembali Terima Pukulan Telak

"Ukraina harus menang," kata Nauseda.

Kunjungan empat presiden itu terjadi sehari setelah Presiden Amerika Serikat Joe Biden menganggap invasi Moskow ke Ukraina sama dengan genosida.

Alih-alih mengurangi gempuran, Presiden Rusia Vladimir Putin malah bersumpah melanjutkan agresinya di Ukraina "secara berirama dan tenang" karena Moskow tak memiliki pilihan lain untuk melindungi warga Ukraina berbahasa Rusia yang terancam. Putin lagi-lagi menggaungkan klaim tersebut tanpa bukti jelas.

Dugaan diskriminasi hingga genosida menjadi salah satu alasan Presiden Vladimir Putin melancarkan "operasi militer khusus" ke Ukraina pada 24 Februari lalu. Saat itu, Putin mengklaim melancarkan invasi di wilayah timur Ukraina, Donbas, namun terus meluas hingga ke berbagai kota strategis lain termasuk sekeliling Kyiv.

"Presiden Putin harus kalah dalam perang ini atau tidak akan ada perdamaian di Eropa," kata Presiden Estonia Alar Karis.

Sebelumnya, sejumlah pemimpin Eropa lain juga telah mengunjungi Ukraina sebagai bentuk solidaritas. Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, dan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, juga sudah bertandang ke Ukraina.

Para pemimpin dunia ini dapat berkunjung ke Kyiv setelah pasukan Rusia mundur dari sekitar kawasan ibu kota Ukraina tersebut.

Kini, Rusia berkonsentrasi di wilayah-wilayah di timur Ukraina. Namun, sejumlah pihak menganggap penarikan pasukan ini bukan berarti Rusia menyerah menguasai Kyiv.

Beberapa sumber intelijen menduga, Rusia hanya menarik mundur sementara pasukannya untuk mengatur kembali strategi perang mereka.(amt/sumber:cnnindonesia.com)