Kisah Sopir Pikap Berangkat Haji dan Doa untuk Istri Sakit Tak Bisa Melihat

  • Oleh : Dirham

Selasa, 14/Jun/2022 10:02 WIB
Jemaah haji asal Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Warsidi.  Jemaah haji asal Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Warsidi. 

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Ada banyak kisah menggugah tentang jemaah haji Indonesia yang berjuang untuk menunaikan haji di Baitullah. Warsidi (62 tahun) menceritakan keinginannya berhaji dengan menyisihkan uang sebagai sopir pikap.

"Saya sopir kol gundul (pikap) bawa sapi dari desa ke pasar. Kerja 5 hari sekali dapat Rp 400-500 ribu ditabung. Setahun alhamdulillah dapat Rp 25 juta untuk daftar haji," ucap Warsidi ditemui di Bus Shalawat usai salat di Masjidil Haram, Senin (13/6).

Jemaah asal Pati, Jawa Tengah, itu menceritakan sudah menjadi sopir pikap sejak 1982. Baru beberapa tahun ini Warsidi bisa membeli sendiri pikap untuk disewakan pada orang lain.

"Insyaallah rezeki ada saja," ucap jemaah yang memakai ikat kepala khas Suku Baduy, Banten, itu.

Dia mengungkap keinginannya untuk berangkat haji tercetus saat usia 40 tahun. Saat itu, dia jatuh dari ketinggian 3 meter di rumah yang membuatnya harus terbaring setahun, dengan tangan tertusuk gunting.

"Kalau saya waras saya harus daftar haji!" ucap Warsidi saat itu.
Sedikit demi sedikit uang pun terkumpul untuk melunasi biaya haji dan ada kabar diberangkatkan tahun 2020. Namun ditunda 2 tahun karena pandemi COVID-19.

Istri Sakit Tak Bisa Melihat

Perjalanan haji saat ini dirasakan sangat emosional bagi Warsidi karena dia berangkat seorang diri tanpa istri. Warsidi memang tak mendaftarkan istrinya haji karena diminta mengurus anak-anak.

Tak hanya itu, 6 tahun belakangan istri Warsidi mengalami kebutaan yang membuat matanya tidak bisa melihat. 

"Matanya tidak bisa melihat. Sebulan ini obatnya Rp 2 juta. Saya sudah ke dokter di Yogya, Semarang, katanya enggak apa-apa. Akhirnya pakai herbal," ucapnya.

Namun, hingga kini istrinya tak kunjung sembuh. Di depan Ka'bah setiba di Makkah Senin (13/6) kemarin, Warsidi pun menangis memohon agar istrinya disembuhkan.

Saya doakan istri saya supaya sembuh. Saya menangis saya pergi sendiri. 

Warsidi bahkan bernazar, jika istrinya sembuh, dia akan ajak istrinya pergi umrah. Kebetulan Warsidi sudah menyiapkan dana untuk umrah kapan pun istrinya sembuh.

"Saya doakan kalau sedikit saja (istri saja) bisa melihat, saya akan ajak umrah. Saya tidak putus asa," ujarnya bertekad. (ds/sumber Kumparan.com)