China Borong 292 Pesawat Airbus, Boeing AS Gigit Jari

  • Oleh : Fahmi

Minggu, 03/Jul/2022 06:09 WIB
Foto:Istimewa Foto:Istimewa

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Airbus dilaporkan telah mendapatkan pesanan sejumlah 292 unit pesawat terbang yang ditujukan untuk empat maskapai penerbangan milik China. Transaksi ini sekaligus memberikan pukulan telak bagi Boeing, produsen pesawat terbang asal AS. 

Dilansir melalui laporan Xinhua News Agency pada Jumat (1/7), masing-masing maskapai yang telah memesan pesawat kepada Airbus adalah China Southern Airlines, Air China, China Eastern Airlines, dan Shenzhen Airlines. 

Baca Juga:
Jelang Libur Lebaran, Pelita Air Buka Rute Baru Jakarta-Aceh PP

Rincian tentang bagaimana pesanan massal akan dialokasikan, dan harga yang dibayarkan untuk setiap pesawat, belum diinformasikan. 

Pesanan massal ini dilakukan buntut dari kebijakan China Southern yang membatalkan lebih dari 100 pesawat Boeing 737 MAX -- yang mana merupakan pesaing langsung dari A320, pada Mei lalu. 

Baca Juga:
Tingkatkan Keselamatan Penerbangan, INACA dan Airbus Gelar Pelatihan Berbasis Kompetensi bagi Pilot

Pada keterangan resmi yang disampaikan, pembatalan itu terjadi karena ketidakpastian pengiriman unit pesawat yang tak kunjung terjadi. 

Pesawat A320 milik Airbus adalah jet lorong tunggal yang dapat membawa antara 150 dan 180 penumpang. Masing-masing pesawat tersebut ditaksir memiliki harga senilai US$101 juta. 

Baca Juga:
Pelita Air Sambut Kedatangan Armada Ke-10 Jenis Airbus A320

Kini, maskapai penerbangan di China memiliki total 2.070 jet Airbus dari gabungan empat maskapai, jika merujuk pada keterangan regulator penerbangan China pada akhir Mei, seperti dilansir melalui SCMP. 

Keputusan China untuk menambah armada Airbus melebihi Boeing menjadi salah satu kesepakatan yang akan menguntungkan pihak Eropa. 

Momen ini menjadi titik terendah dari hubungan perdagangan AS-China dalam lebih dari empat dekade karena berbagai perselisihan; mulai dari perang dagang hingga ketegangan di Selat Taiwan dan Laut China Selatan. 

Momen ini turut disesalkan oleh pihak Boeing yang menganggap bahwa pasok pesawat Boeing ke AS terus terbatasi karena permasalahan geopolitik. 

"Sebagai eksportir utama dari AS yang telah melakukan hubungan 50 tahun dengan industri penerbangan China, sangat mengecewakan bahwa perbedaan geopolitik meneruskan pembatasan ekspor pesawat AS," terang juru bicara Boeing melalui pemberitaan dari Bloomberg, seperti diberitakan oleh SCMP, Jumat (1/7). 

Menurut laporan Reuters, produsen pesawat asal AS ini terus mendesak dialog yang produktif antara pemerintah AS dan China.(fh/sumber:CNN)