Komit Perlindungan Lingkungan Maritim, Ditjen Hubla Gelar Pelatihan AFS dan BWM

  • Oleh : Naomy

Senin, 12/Sep/2022 14:53 WIB
Dirkapel Ahmad Wahid Dirkapel Ahmad Wahid

 

JAKARTA (BeritaTrans.com) – Sebagai bentuk komitmen dalam menjaga perlindungan lingkungan maritim, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perhubungan Laut cq. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut menggelar kegiatan Pilot Launch Compliance Monitoring and Enforcement (CME) Marine Environment Protection of the South East Asian Seas (MEPSEAS) Project.

Baca Juga:
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan 6 Jenazah ABK Kecelakan Kapal Keoyoung Sun di Perairan Jepang

Kegiatan ini dilaksanakan secara nasional dalam bentuk training atau pelatihan Pemeriksaan Pengendalian Sistem Anti Teritip (Anti Fouling System) dan Sistem Manajemen Air Balas (Ballast Water Management) yang diikuti Port State Control Officer (PSCO) dan Marine Inspector (MI) atau Flag State Inspector (FSI) dari  lima Pelabuhan yang telah ditetapkan sebagai Pelabuhan Kunci dari Proyek MEPSEAS ini, yakni Pelabuhan Tanjung Priok, Belawan, Tanjung Perak, Batam, dan Banten.

Membuka kegiatan, Direktur Perkapalan dan Kepelautan, Ahmad Wahid yang mewakili Direktur Jenderal Perhubungan Laut menyampaikan apresiasinya kepada seluruh anggota National Task Force, National Consultan, National Experts serta seluruh PSCO dan MI serta surveyor yang mengikuti kegiatan yang akan diselenggarakan selama lima hari 12 s.d 16 September 2022.

Baca Juga:
Selamat dari Kapal Tenggelam di Perairan Jepang, Kemenhub Fasilitasi Pencetakan Dokumen Pelaut Ryan

“Kita harus bekerja bersama untuk memastikan dan memperbanyak kontribusi yang berkelanjutan terhadap pertumbuhan ekonomi hijau dan perlindungan berkelanjutan terhadap lingkungan maritime kita. Peran aktif kita dalam MEPSEAS Project ini adalah wujud nyata bahwa kita semua memiliki komitmen yang sama dalam menjaga dan melindungi lingkungan maritim kita,” tegas Wahid di Jakarta, Senin (12/9/2022).

Dia mengungkapkan, Indonesia telah membuat kemajuan yang sangat baik dalam Project ini. 

Baca Juga:
6 ABK WNI Wafat di Kecelakaan Kapal Korea di Perairan Jepang, Kemenhub Fasilitasi Pemulangannya

Indonesia telah menyelenggarakan CME National Workshop dan menyelesaikan 14 Port Biological Baseline Survey sebagai kebutuhan spesifik proyek Indonesia pada tahun 2021. 

Kemudian pada Maret 2022, Workshop Teknis BWM dan AFS untuk PSCO berhasil dilaksanakan. 

"Terakhir adalah formalisasi Dokumen Panduan Nasional melalui penerbitan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut," ungkapnya.

Dengan demikian, setelah menyelesaikan agenda kegiatan selama lima hari ini, dia yakin dapat menyelesaikan semua tugas dalam proyek ini dan dapat melaporkannya pada Regional Meeting yang akan digelar di Vietnam 25 s.d 27 Oktober 2022 mendatang,” kata dia.

Dia mengatakan, hal ini tidak dapat dicapai tanpa dukungan dan kerjasama yang baik dari semua pihak yang terlibat dalam proyek ini, baik secara Nasional maupun Internasional. 

“Apresiasi juga saya sampaikan kepada International Maritime Organization (IMO) Project Coordination Unit dan seluruh MEPSEAS International Team atas dukungan yang luar biasa,” katanya.

Sebagai informasi, MEPSEAS adalah sebuah proyek kolaborasi dari IMO dan Norwegian Agency for Development Cooperation (NORAD) yang memiliki tujuan untuk melindungi lingkungan laut dari dampak yang diakibatkan oleh kegiatan pelayaran, yang melibatkan tujuh negara berkembang di Asia Tenggara dan pertama kali diluncurkan pada Pertemuan First High-Level Regional Meeting pada tahun 2018 di Bali.

MEPSEAS Project merupakan wujud komitmen berkelanjutan negara-negara ASEAN untuk bergerak menuju sistem transportasi laut yang berkelanjutan dan mengatasi masalah lingkungan laut yang signifikan. 

Project ini memberikan peluang yang sangat baik bagi negara-negara tersebut untuk mengatasi risiko yang dihadapi lingkungan laut di kawasannya dan mendukung pertumbuhan berkelanjutan di sektor maritim.

Adapun kegiatan Pelatihan ini diikuti oleh kurang lebih 20 (dua puluh) orang peserta yang terdiri dari PSCO, MI, dan surveyor dari  lima pelabuhan di Indonesia plus BKI dan menghadirkan Lead International Consultant MEPSEAS Project yang ditunjuk oleh IMO, Mr Abdul Hannan. (omy)