Keresahan Warga Terdampak Tol Solo-Jogja di Sleman

  • Oleh : Redaksi

Senin, 09/Janu/2023 17:11 WIB
Sejumlah pekerja sedang membangun salah satu konstruksi Jalan Tol Yogya-Bawen di Sanggrahan, Tirtoadi, Mlati, Kabupaten Sleman Sejumlah pekerja sedang membangun salah satu konstruksi Jalan Tol Yogya-Bawen di Sanggrahan, Tirtoadi, Mlati, Kabupaten Sleman

SLEMAN (BeritaTrans.com) - Warga Kalurahan Sanggrahan, Tirtoadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman terdampak jalan tol Jogja-Solo mulai resah.

Uang Ganti Rugi (UGR) mereka tak kunjung cair padahal segala persyaratan sudah dilengkapi, bahkan musyawarah untuk menyepakati bentuk ganti rugi sudah dilakukan dua bulan lalu. Namun hingga kini belum ada kepastian pembebasan.

Baca Juga:
Warga Terdampak Tol Kediri-Tulungagung Protes Tolak Ganti Rugi Tanah Terlalu Murah

"Harapan aku sih segera (dibayar), jangan terkatung-katung. Ya kan masalah harga sudah ditentukan, tapi kenapa sudah hampir dua bulan ini belum ada tanda-tanda pembayaran," kata Jhoni Chaniago, warga RT 2 RW 15, Sanggrahan, Tirtoadi, Kabupaten Sleman, Sabtu (7/1/2023).

Menurut Jhoni, disekitar tempat tinggalnya ada sekitar 30-an warga terdampak jalan tol.

Baca Juga:
PUPR: Pembebasan Lahan Tol Bocimi Seksi 3 Cibadak-Cibolang Sudah 86 Persen

Lahan milik dia yang terdampak tol Jogja - Solo seluas 138 meter persegi.

Appraisal sudah terbit dengan nilai ganti rugi Rp 1 miliar Rupiah.

Baca Juga:
Daftar Nilai Ganti Rugi Lahan Terdampak Proyek Jalan Tol Kediri-Tulungagung yang Dikeluhkan Warga

Musyawarah bentuk ganti kerugian dalam bentuk uang juga telah disepakati pada bulan November lalu di Balai Kalurahan Tirtoadi.

Dirinya mengira, setelah ada musyawarah dengan pihak tol maka tidak lama lagi UGR segera cair. Tenyata tidak.

Uang ganti rugi yang ditunggu hingga kini kunjung dibayar.

"Memang tidak disebutkan, berapa lama (UGR) dibayarkan setelah musyarawah. Tapi perkiraan kami paling lama satu bulan. Kami tunggu satu bulan, tidak ada. Ini dua bulan, juga belum ada kepastian. Itu maunya apa. Jadi warga di sini sudah merasa resah, karena mereka sudah mendukung, sekaligus mengharap tapi sampai saat ini belum ada kepastian dari pihak tol," kata dia.

Semakin lama, dan tidak ada kepastian kapan UGR dibayar maka warga semakin merugi. Warga bingung untuk mencari lahan pengganti.

Sebab, harga tanah diseputar lokasi terdampak proyek pembangunan jalan tol perlahan merangkak naik.

Jhoni mencotohkan, di sekitar Kalurahan Tirtoadi saja harga tanah semula diharga Rp 1,5 juta per meter.

Namun, setelah ada pembangunan proyek tol harganya melambung menjadi Rp 2 juta per meter.

Ia berencana UGR yang didapat dari tol akan digunakan kembali membeli tanah.

Semakin lama, dan tidak ada kepastian kapan UGR dibayar maka warga semakin merugi. Warga bingung untuk mencari lahan pengganti.

Sebab, harga tanah diseputar lokasi terdampak proyek pembangunan jalan tol perlahan merangkak naik.

Jhoni mencotohkan, di sekitar Kalurahan Tirtoadi saja harga tanah semula diharga Rp 1,5 juta per meter.

Namun, setelah ada pembangunan proyek tol harganya melambung menjadi Rp 2 juta per meter.

Ia berencana UGR yang didapat dari tol akan digunakan kembali membeli tanah.

Sisanya untuk buka usaha. Tapi hingga saat ini, Ia mengaku belum bisa mencari tanah pengganti.

"Bagaimana mau cari tanah pengganti, kami belum punya duit pegangan. Jadi ya, permintaan kami segera cair. Itu aja," tuturnya.

Curahan hati warga terdampak tol Jogja - Solo juga terjadi di Padukuhan Nglarang, RW 29, Kalurahan Tlogoadi, Mlati, Kabupaten Sleman.

Warga bahkan menyampaikan aspirasi pembangunan jalan tol Jogja - Solo melalui pemasangan tiga spanduk di kampungnya, pada Jumat (6/1/2023) kemarin.

Salah satu warga Nglarang, Subardi mengatakan, dirinya bersama warga mendukung sekaligus berkomitmen menyukseskan pembangunan jalan tol di Yogyakarta yang merupakan proyek strategis nasional (PSN) pemerintah.

Kendati demikian, sebagai warga terdampak, pihaknya berharap ada kepastian mengenai waktu pencairan uang ganti rugi.

Apalagi, proyek tersebut sudah digulirkan pemerintah sejak dua tahun lalu. Warga menginginkan ganti rugi dibayar dengan harga yang wajar.

"Kami mengharapkan harga ganti rugi yang wajar. Wajar yang dimaksud adalah tentunya nanti (warga yang terdampak proyek Tol Yogya-Solo) harus mampu pindah dengan biaya yang diganti oleh pemerintah tersebut," kata dia.

Harga tanah di lokasi tersebut berkisar di antara Rp2,5 juta - Rp3 juta per meter persegi.

Karena itu, Subardi berharap kepada pihak yang berwenang untuk bisa memberikan uang ganti rugi terdampak proyek Tol Yogya-Solo setara dengan kebutuhan masyarakat.

Apalagi, proyek tersebut sudah digulirkan pemerintah sejak dua tahun lalu. Warga menginginkan ganti rugi dibayar dengan harga yang wajar.

"Kami mengharapkan harga ganti rugi yang wajar. Wajar yang dimaksud adalah tentunya nanti (warga yang terdampak proyek Tol Yogya-Solo) harus mampu pindah dengan biaya yang diganti oleh pemerintah tersebut," kata dia.

Harga tanah di lokasi tersebut berkisar di antara Rp2,5 juta - Rp3 juta per meter persegi.

Karena itu, Subardi berharap kepada pihak yang berwenang untuk bisa memberikan uang ganti rugi terdampak proyek Tol Yogya-Solo setara dengan kebutuhan masyarakat.

"Seandainya itu ganti ruginya hanya Rp4 juta per meter, saya pikir bagi masyarakat masih berat. Karena, sekarang kalau mau cari tempat yang baru (harganya) sudah tinggi," jelas Subardi.

Di padukuhan Nglarang, tepatnya di RT 1 dan 5 terdapat 93 bidang atau seluas lebih kurang 5 hektar tanah warga yang terdampak pembangunan proyek jalan tol Jogja- Solo.

Tiga kalurahan prioritas

PPK Pengadaan Tanah Jalan Tol Jogja-Solo, Dian Ardiansyah mengatakan, warga yang lahannya terdampak tol di Kalurahan Tlogoadi sudah dijadwalkan musyawarah oleh Panitia Pengadaan Tanah (P2T) pada Minggu depan.

Bahkan hingga saat ini undangannya sudah disebar kepada warga melalui Kalurahan. Namun demikian soal appraisal nilai ganti rugi, Ia belum bisa berkomentar.

"(Tlogoadi) sudah dijadwalkan untuk musyawarah nanti Minggu depan. Sekitar hari Kamis kalau nggak salah. Bahkan undangannya juga sudah disebar ke warga. Soal appraisal (harga) saya belum bisa komentar. Nanti aja pas musyawarah. Kan nanti harganya (di situ) dibuka semua," kata dia.

Dian mengungkapkan, progres pembebasan lahan untuk pembangunan jalan tol Jogja - Solo di DIY sudah 80 persen.

Di bulan Januari ini, selain di Bokoharjo dan Tirtomartani, pihaknya memprioritaskan pembebasan lahan di Tiga Kalurahan sisi barat. Yaitu, Tirtoadi, Tlogoadi dan Trihanggo.

Tiga kalurahan sepanjang lebih kurang 3 kilometer itu dibebaskan lebih awal untuk menghubungkan dengan trase Jalan Tol Jogja-Bawen seksi 1 yang proses pembangunannya sudah dimulai dari Tirtoadi.

Karena itu, proses pembebasan lahan di tiga kalurahan tersebut terus berproses.(fhm/sumber:tribunjogja)