Biaya Logistik Bakal Turun Didorong Sinkronisasi Kebijakan

  • Oleh : Naomy

Kamis, 02/Feb/2023 14:08 WIB
Raker ISLI Raker ISLI

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Institut Supply Chain Indonesia (ISLI) menyampaikan optimistise biaya logistik tahun ini, yang akan turun dan presentasenya bakal lebih kecil dibanding sebelumnya sebesar 24%. 

Ketua Umum ISLI Tommy Perdana mengatakan, turunnya persentase biaya logistik tahun ini dipengaruhi oleh berbagai hal.

Baca Juga:
SCI Tanggapi Sri Mulyani Soal Kinerja Logistik

Di antaranya sinkronisasi kebijakan yang mulai berjalan, liberalisasi perdagangan serta pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan penggunaan teknologi digital dalam sistem logistik di tanah air. 

“Sekarang semua dari kementerian terkait seperti Kemenko Perekonomian, Bappenas dan Kementerian yang terkait di sektor logistik sedang dalam tahap akhir merumuskan kembali biaya logistik tahun ini, dan kelihatannya bakal lebih kecil dari sebelumnya sebesar 24%,” tuturnya di Jakarta, Kamis (2/2/2023).

Baca Juga:
FIATA: Kegiatan Logistik di India & Eropa Kekurangan Pengemudi

Menurutnya, ketiga hal tersebut memberikan implikasi yang besar di mana besarnya potensi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) bisa dimanfaatkan.

Dengan begitu, pemain sektor logistik bisa menciptakan potensi pendapatan yang lebih besar melalui pengiriman barang domestik mapun ke luar negeri. 

Baca Juga:
ALFI : investasi Sektor Transportasi & Logistik pada 2023, Bergairah

“Impikasinya sangat baik, terutama di sektor UMKM, melalui sinkronisasi kebijakan dan pemanfaatan digital teknologi saya kira jumlah pemain di sektor ini bisa memberikan potensi ekonomi yang besar. Satu contoh kongkret, dimana sektor digital memainkan peranannya lewat sistem National Logistic Ecosystem (NLE),” kata dia. 

Dia menambahkan, persoalan logistik tidak hanya menakar mengenai efisiensi. Di sisi lain, diperlukan modal ‘trust’ pada level mikro dan makro. 

“Karenanya kami akan memberikan masukan kepada pemerintah maupun industri terkait sektor ini. Misalnya multimodanya bakal bagaimana, backbonenya seperti apa serta pemanfaatan teknologi terapan yang efisien yang seperti apa berlaku efektif global apa yang menjadi percontohan yang tepat,” beber Tommy.

ISLI sendiri perkumpulan profesi dengan fokus utama pada mata rantai dan pasok industri. 

Beranggotakan lebih dari 200 orang, saat ini ISLI masih didominasi kalangan akademisi dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.

“Makanya pekan lalu kami berikhtiar menggelar agenda kerja, di mana fokus utama kita bakal lebih kelihatan di semua stake holder mata rantai dan pasokan,” imbuh dia. 

Sebelumnya ISLI menggelar rapat kerja untuk program tiga tahun mendatang. Rapat kerja tidak hanya menakar perkembangan kebijakan mata rantai dan pasok industri dari pemerintah namun juga menampung aspirasi dari kalangan Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) serta pelaku lain di sektor ini. (omy)