KKP: Cold Storage Bantu Distribusi dan Stabilitas Harga Ikan Selama Ramadan

  • Oleh : Redaksi

Selasa, 19/Mar/2024 06:07 WIB
Aktivitas bongkar ikan dari kapal nelayan di Pelabuhan Biak yang dimasukan kedalam container berpendingin untuk dikirim ke Surabaya. (Ist) Aktivitas bongkar ikan dari kapal nelayan di Pelabuhan Biak yang dimasukan kedalam container berpendingin untuk dikirim ke Surabaya. (Ist)

JAKARTA (BeritaTrans.con) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memastikan akan terus mengawal ketersediaan serta kestabilan harga ikan. 

KKP menyebut bahwa keberadaan cold storage (CS) di berbagai daerah berhasil membantu menampung dan mendistribusikan ikan hasil tangkapan nelayan termasuk selama Ramadan.

Baca Juga:
KKP Dukung Digitalisasi Penyaluran BBM Subsidi untuk Nelayan Sebagai Upaya Cegah Kebocoran

"Alhamdulillah kondisi perdagangan ikan berjalan baik, terutama di bulan Ramadhan ini," ujar Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Budi Sulistiyo melalui keterangan tertulisnya, Senin, (18/3/2024). 

Adapun video yang beredar di sosial media terkait ikan di cold storage di daerah Pati, Jawa Tengah, Budi mengatakan peristiwa tersebut terjadi pada bulan Januari 2024 pada saat puncak hasil tangkapan dengan tingkat okupansi cold storage mencapai 80 % sd 90%.  

Baca Juga:
16 Kontainer Produk Perikanan Indonesia Diekspor ke Berbagai Negara

Saat ini berdasarkan hasil pendataan di wilayah tersebut dari 11 unit cold storage terdapat 1.060 ton yang didominasi ikan layang 704 ton, ikan lemuru 51 ton, ikan tongkol 30 ton dan ikan kembung 9 ton.  Jumlah tersebut menunjukkan bahwa tingkat keterisian cold storage di daerah Pati pada awal Maret rata-rata mencapai 45-50 %.  

Adapun dari sisi harga relatif mengalami kenaikan menuju harga normal dan selanjutnya diperkirakan fluktuasinya akan berada pada distribusi normal.

Baca Juga:
KKP Mulai Kembangkan Pemanfaatan Hasil Sedimentasi Laut di Kawasan Morodemak

Selain itu, berdasarkan data yang dihimpun jajarannya dari 232 cold storage yang ada di berbagai provinsi di Indonesia, Budi menyebut stok ikan pada akhir Februari 2024 berjumlah 32.359 ton. 

Stok ikan terbanyak adalah ikan Cakalang sebanyak 8.012 ton, diikuti Tuna 3.585 ton udang 3.516 ton, layang  2.806 ton Kemudian Tongkol 1.605 ton, dan Kembung 1.340 ton.

"Keberadaan cold storage sangat penting untuk menjaga ketersediaan ikan, termasuk juga dalam hal pengendalian harga," tuturnya. 

Budi memaparkan, rata-rata harga ikan sudah naik dibanding bulan Januari. Dia menyontohkan  harga Cakalang pada bulan Februari adalah Rp19.019/kg, tuna Rp96.152/kg, udang Rp92.651/kg, layang Rp15.727/kg, tongkol Rp17.755/kg, dan kembung Rp22.456/kg.

Merujuk pendataan tersebut, Budi menyimpulkan stok ikan mencukupi atau aman untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat selama bulan romadhon. 

"Dengan jumlah tersebut, artinya stok ikan di Bulan Ramadan aman. Termasuk juga untuk stok bahan baku UPI (unit pengolah ikan) yang melakukan ekspor," terang Budi. 

Dalam kesempatan ini, Budi mengajak masyarakat untuk menggunakan ikan sebagai asupan protein selama berpuasa. Selain menyehatkan, harganya stabil dan stok yang tercukupi, ikan juga mudah diolah jadi beragam menu, baik kaki lima hingga bintang lima.

"Ikan bisa jadi menu sahur atau berbuka, mau yang biasa atau pun mewah juga bisa," tutupnya. 

Kepada para pelaku usaha yang menyimpan ikan di cold storage, Budi menghimbau agar kontinu dan aktif secara bulanan atau sewaktu-waktu untuk melakukan pemutakhiran data okupansinya melalui G-form yang telah diberikan dari Ditjen PDSPKP.  

Hal tersebut penting dalam upaya bersama memantau dan menjaga ketersediaan dan stabilitas harga ikan di sepanjang tahun untuk ketahanan pangan berbasis ikan.

"Ikan bisa jadi menu sahur atau berbuka, mau yang biasa atau pun mewah juga bisa," tutupnya.(fhm)

 

?>
https://svps17huda.com/