Oleh : Naomy
JAKARTA (BeritaTrans.com) - Polusi udara dinilai semakin mengkhwatirkan. Wakil rakyat di DPRD DKI Jakarta menyoroti polusi udara di Jakarta yang kian memburuk.
Salah satu penyebab memburuknya kualitas udara adalah penggunaan bahan bakar minyak (BBM) oleh kendaraan bermotor, termasuk sarana transportasi umum.
Baca Juga:
Resmi Naik! Berikut Daftar Terbaru Harga BBM Pertamina Per Wilayah di Indonesia
Hal tersebut disampaikan Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta Ismail, di Jakarta, Selasa (14/5/2024).
Menurutnya, salah satu penyumbang polusi terbesar di Jakarta yaitu transportasi umum, terutama armada bus. Persoalan polusi udara di Jakarta yang sudah lama dan semakin mengkhawatirkan itu tentu berdampak pada kesehatan warga.
Baca Juga:
Khusus yang Nama Agus Bisa Isi Bensin Gratis 2,5 Liter di SPBU Pertamina
"Selama ini pemerintah masih memberikan subsidi BBM kepada operator angkutan umum. Nilai subsidinya tergolong besar mencapai Rp 7 triliun per tahun," ujarnya.
Sayangnya, gas buang dari kendaraan ber-BBM tersebut menghasilkan emisi karbon yang menimbulkan sejumlah penyakit, terutama penyakit saluran pernapasan.
Baca Juga:
Hai Pemilik Kendaraan, Buruan Daftar untuk Peroleh BBM Subsidi
Selama ini, pemerintah juga memberikan subsidi kesehatan kepada masyarakat yang nilainya hampir dua kali lipat dari subsidi BBM, yakni mencapai Rp12 triliun per tahun.
“Kebijakan subsidi BBM untuk angkutan umum ini ternyata menghasilkan emisi karbon. Emisi karbon ini menimbulkan sejumlah penyakit, yang ini juga menjadi beban bagi pemerintah dalam memberikan subsidi kesehatan. Nilai subsidi kesehatan ini pun cukup fantastis, mencapai dua kali lipat yaitu Rp12 triliun per tahun,” kata wakil rakyat dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.
Mengutip data dari sejumlah penelitian, emisi gas buang dari kendaraan menjadi sumber terbesar polusi di Jakarta.
Kontribusi emisi gas buang kendaraan terhada polusi udara pada musim kemarau mencapai 57%, sedangkan pada musim penghujan mencapai 47%.
Penelitian lain menunjukkan, kendaraan berat, seperti bus dan truk, menjadi penyumbang terbesar polusi udara akibat kendaraan di DKI Jakarta, yakni mencapai 32%.
Penyumbang berikutnya adalah sepeda motor dan kendaraan light duty berbahan bakar diesel masing-masing 22%.
"Di bidang kesehatan, polusi udara tercatat menjadi sumber penyakit penyebab kematian terbesar kelima di Indonesia, setelah tekanan darah tinggi, gula darah, merokok, dan obesitas," ungkap dia.
Khusus penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), mencatat jumlah kasus yang cukup tinggi secara nasional, yakni mencapai 1,5-1,8 juta per tahun.
Dalam hal ini, DKI Jakarta menjadi tiga besar provinsi dengan kasus ISPA terbanyak, bersama Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Untuk itu, sebagai wakil rakyat, Ismail mendorong Pemprov DKI Jakarta dan BUMD penyelenggara jasa angkutan umum untuk segera meremajakan armada bus berbahan bakar fosil menjadi armada berbasis tenaga listrik (electric vehicle/EV).
“Nah, siklus ini lah yang mau kita ubah. Kalau konteksnya terkait transportasi umum massal yang menjadi kontributor terhadap pencemaran udara dan memicu berbagai penyakit pernapasan di masyarakat, maka kita harus segerakan (armada bus) dikonversi menjadi EV," ujarnya.
Ketika ada upaya penyediaan armada baru ke depan, maka kita sudah arahkan dikonversi kepada tenaga listrik. Jadi, ini hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan." (omy)