Baketrans Uji Coba Penerbangan Seaplane di Pantai Mertasari Bali

  • Oleh : Naomy

Kamis, 20/Jun/2024 20:55 WIB
Uji coba seaplane di Bali Uji coba seaplane di Bali


BALI (BeritaTrans.com) – Badan Kebijakan Transportasi (Baketrans) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) uji coba penerbangan seaplane di Pantai Mertasari, Bali Kamis (20/6/2024). 

Uji coba penerbangan seaplane ini dilakukan sebagai upaya mendorong area di sekitar Denpasar, Bali untuk menjadi seaplane hub pertama di Indonesia yang kemudian terhubung dengan lokasi-lokasi potensial lainnya. 

Baca Juga:
Kepala Baketrans Tinjau Simpul Transportasi Libur Nataru di Yogya dan Jawa Tengah

Kegiatan ini merupakan uji coba kedua yang sebelumnya telah dilakukan pada 2021 di Pulau Gili Iyang, Sumenep, Jawa Timur. 

"Uji coba seaplane ini juga menjadi tindak lanjut dari kegiatan quick win Baketrans pada tahun 2024 terkait Bandar Udara Perairan,"  tutur Kepala Baketrans Robby Kurniawan.

Baca Juga:
Badan Kebijakan Transportasi Luncurkan E-library Terintegrasi 28 Perpustakaan Kemenhub

Menurutnya, Bandar Udara Perairan memiliki potensi dan peluang bagi Indonesia karena dapat menjadi alternatif transportasi penyeberangan, menghubungkan antar - Ibu Kota Provinsi atau kota-kota besar dengan kota lainnya.

Bisa juga menjadi media penghubung bagi para pelancong dari hub airports ke destinasi wisata berbasis perairan, serta menjadi simpul transportasi perintis bagi daerah pulau dan kepulauan khususnya di wilayah 3T. 

Baca Juga:
Insan Transportasi Diminta Terus Beradaptasi Hadapi Tantangan

“Pengoperasian bandara perairan dan seaplane di negara kepulauan seperti Indonesia, selain dapat menjadi opsi dalam meningkatkan konektivitas, juga dapat menjadi peluang baru bagi wilayah-wilayah di Indonesia dalam menarik minat wisatawan dan pengembangan destinasi wisata di wilayah tersebut dan pada tahun 2024 ini, Baketrans analisis kebijakan dan studi kelayakan terkait pengoperasian bandara perairan berstatus umum dengan fokus usulan berupa pilot projet di wilayah selatan Bali yang kemudian akan berperan sebagai hub,” urainya.

Berdasarkan kajian yang dilakukan Baketrans dan Institut Teknologi Bandung (ITB) di tahun 2024, pemilihan Kepulauan Bali ini didasarkan pada jumlah kunjungan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara tertinggi di Indonesia. 

Pada Tahun 2018, Denpasar menerima 6 Juta kedatangan wisatawan dan diproyeksikan pada Tahun 2024 akan menjadi 6.6 Juta kedatangan.

“Bali sudah memiliki pangsa pasar sendiri tersendiri, saat ini industri aviasi di Bali luar biasa, untuk transportasi sewa helicopter sudah sangat berkembang dan peminatnya sangat banyak, jadi seaplane ini bisa menjadi alternatif,” ujar Robby.

Baketrans juga sudah memetakan lima lokasi yang sudah disurvei dalam segala aspek, yakni Danau G20, Pantai Jerman, Pantai Sanur, Pantai Geger dan Pantai Mertasari.

Dari hasil kajian tersebut, lokasi yang terpilih adalah Pantai Mertasari dengan pertimbangan nilai kelayakan pengoperasian, pengembangan wilayah, ekonomi dan finansial, teknis Pembangunan, angkutan udara, lingkungan dan sosial yang tertinggi.

Dia mengatakan, Baketrans juga sudah melakukan review terhadap semua regulasi dalam rangka mendukung pengoperasian seaplane, penyusunan standar operasional prosedur dan NSPK, serta standar minimum yang diperlukan dalam membangun bandar udara perairan yang sifatnya umum. 

Dalam hal ini tentunya tidak terlepas dari sinergi dan kolaborasi yang dengan seluruh stakeholders.

Pengembangan seaplane sebagai transportasi berbasis udara perairan juga tidak terlepas dari gagasan Kepala Pusat Kebijakan Prasarana Transportasi dan Integrasi Moda sekaligus Ketua Uji Coba Seaplane, Capt. Novyanto Widadi yang sudah terlibat sejak awal pengembangan bandara perairan. 

Ketua Uji Coba Seaplane dan pilot yang menerbangkan pesawat tipe Cessna 172SP Amphibious ini optimistis Indonesia bisa memiliki alternatif transportasi baru. Ia juga menilai seaplane dapat memberikan pengalaman berbeda dalam menggunakan transportasi.

“Selain kapal laut sebagai pilihan, seaplane atau pesawat amfibi menjadi satu-satunya transportasi alternatif yang dapat mengkolaborasikan air dan udara. Seaplane menjadi alternatif transportasi perairan untuk Indonesia yang secara geografis merupakan negara kepulauan,” jelas Capt. Novyanto.

Uji coba seaplane ini sudah berhasil dilaksanakan dengan lancar dan selamat di Pantai Mertasari, sehingga berkaca pada hasil hari ini maupun sebelumnya yang juga telah dilakukan di Pulau Gili Iyang, dapat dilihat, tidak ada kendala dalam sisi regulasi bagi pelaksanaan operasi ini, baik dari segi navigasi maupun kewilayahan.

Di samping itu, Bandara Perairan sebagai fasilitas penunjang utama pengoperasian seaplane juga dinilai memiliki beberapa keunggulan, di antaranya adalah efisien dan ramah lingkungan, memiliki kombinasi kecepatan dan fleksibilitas, mengurangi kebergantungan lahan, sebagai penghubung remote area  dan menurunkan kejenuhan lalu lintas udara.

Saat ini di Indonesia terdapat lima Bandara Perairan (berstatus khusus) yaitu di Pulau Bawah, Teluk Pangpang Banyuwangi, Sungai Kahayan, Benette dan Pulau Moyo.

Dengan adanya uji coba penerbangan seaplane di Pantai Mertasari, Bali, kali ini diharapkan menjadi momentum yang dapat dimanfaatkan dalam memacu percepatan bagi para pemangku kepentingan, seperti para calon investor atau badan usaha, dalam merealisasikan pembangunan dan pengoperasian bandara perairan di Pantai Mertasari.

Serta mewujudkan berdirinya bandara perairan berstatus umum pertama di Indonesia yang diikuti dengan tumbuhnya ekosistem bandar udara perairan di wilayah-wilayah lainnya sehingga jaringan operasi seaplane dapat terbangun dengan baik dan berkelanjutan.

Turut hadir dalam uji coba operasional kelayakan transportasi seaplane, diantaranya Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah IV, Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Benoa, Kepala Bendesa Adat Intaram, dan Kepala BUPDA Intaran. (omy)