Oleh : Naomy
BOGOR (BeritaTrans.com) - Liburan identik dengan jalan-jalan dan mengunjungi berbagai destinasi wisata yang tengah hangat diperbincangkan atau viral di media sosial.
Baca Juga:
Menolak Keras Rencana Penghapusan Transjakarta Koridor 1
Tak terkecuali menjelang libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru) yang juga bersamaan dengan libur Semester anak sekolah.
Pemerintah pun telah merilis hasil survei potensi pergerakan masyarakat secara nasional mencapai 110,67 juta orang (39,30 persen).
Baca Juga:
Kantor Pusat Kemenhub Kini Miliki Pusat Informasi Transportasi Pusintrans
Survei yang dilakukan Badan Kebijakan Transportasi (BKT) Kementerian Perhubungan tersebut memerinci sebanyak 55,86 juta orang (19,84 persen) masyarakat akan melakukan pergerakan antar provinsi dan 54,81 juta orang (19,46 persen) akan melakukan mobilitas dalam provinsi.
Dari hasil survei tersebut dapat terlihat bahwa jumlah pergerakan masyarakat menuju lokasi wisata tidak kalah banyak dengan pergerakan masyarakat yang mudik untuk merayakan Nataru.
Baca Juga:
Strategi Mengatasi Kemacetan Libur Nataru di Jabodetabekpunjur
Liburan pun akhirnya identik dengan kemacetan lalu lintas, yang sudah bisa dipastikan akan terjadi di ruas-ruas menuju destinasi wisata.
Sebut saja Kawasan Puncak yang sudah menjadi favorit masyarakat luas dan memiliki ciri khas bertemu dengan kemacetan.
Untuknya, digelar Diskusi publik besutan Institut Studi Transportasi (Instran) dengan tema "Destinasi Wisata Alternatif di Jabodetabekpunjur dalam Menjawab Tantangan Kepadatan Lalu Lintas Masa Libur Nataru" yang dimoderatori Ketua Instran Ki Darmaningtyas.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaam Propinsi Jawa Barat Benny Bahtiar menyampaikan, Kawasan Puncak disusul Bogor, Sukabumi, dan Bandung memiliki banyak destinasi wisata namun dipenuhi tantangan kemacetan lalu lintas.
"Untuk itu saya mengajak masyarakat untuk berlibur ke destinasi wisata alternatif, jangan ke Bandung Raya atau Bogor Raya saja yang sudah pasti akan alami kemacetan," urai Benny.
Destinasi wisata alternatif di antaranya seperti kawasan di Pangandaran, Bogor Barat, dan lain sebagainya.
Pengamat Perkotaan Trisakti Yayat Supriyatna menyampaikan, alternatif destinasi wisata dapat menjadi pilihan karena banyak tempat wisata yang masih alami.
"Namun memang tantangannya adalah pada jalan dan angkutan umum," ujarnya.
Saat ini kebanyakan masyarakat masih banyak yang memilih berwisata dengan kendaraan pribadi, yang tentu saja meningkatkan volume jalan bila melakukan perjalanan pada waktu yang bersamaan.
Lebih bagus lagi bila disediakan angkutan wisata, di mana ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah setempat.
"Dengan adanya angkutan wisata, wisatawan dapat memilih alternatif angkutan umum untuk menuju destinasi wisata," ungkapnya.
Misalnya saja dari Jakarta naik KRL ke Bogor dan dilanjutkan dengan naik angkutan wisata. Begitu juga ke Sukabumi, pilih saja naik kereta api dan setiba di Stasiun Sukabumi lanjut naik angkutan wisata. (omy)