Mantan Eksekutif Boeing Khawatirkan Kemungkinan Tragedi Pesawat 737 Max di Masa Depan

  • Oleh : Redaksi

Selasa, 26/Janu/2021 06:16 WIB
Hampir 200 pesawat Boeing 737 MAX yang telah selesai termasuk beberapa untuk Southwest Airlines, diparkir di Bandara Internasional Grant County di Danau Moses. Pada Maret 2019, otoritas penerbangan di seluruh dunia mengandangkan pesawat penumpang setelah dua kecelakaan terpisah. (Mike Siegel / Seattle Times) Hampir 200 pesawat Boeing 737 MAX yang telah selesai termasuk beberapa untuk Southwest Airlines, diparkir di Bandara Internasional Grant County di Danau Moses. Pada Maret 2019, otoritas penerbangan di seluruh dunia mengandangkan pesawat penumpang setelah dua kecelakaan terpisah. (Mike Siegel / Seattle Times)

LONDON (BeritaTrans.com) - Mantan orang dalam perusahaan pesawat terbang Boeing menyampaikan kekhawatiran baru soal keselamatan 737 Max, setelah tak dioperasikan menyusul dua kecelakan fatal, salah satunya di Indonesia.

Dua kecelakaan ini menewaskan 346 orang.

Baca Juga:
Pesawat Tecnam P2006T yang Jatuh di BSD Tangerang, 3 Korban Dievakuasi

Berbicara kepada BBC, mantan manajer produksi Boeing 737 di Seattle, Amerika Serikat Ed Pierson, mengatakan ia meyakini masalah yang ada terkait dengan "kemungkinan cacat pada pesawat yang tidak diselidiki secara menyeluruh".

Pierson mengaitkannya dengan kondisi produksi di fasilitas pembuatan 737 ketika itu, yang ia gambarkan "pesawat dibuat terlalu cepat dan beban kerja staf terlalu tinggi".

Baca Juga:
Pesawat Latih Jatuh di BSD Tengerang, 3 Orang Tewas

"Saya khawatir bahwa ada potensi cacat di pesawat yang terkait dengan proses ketika pesawat diproduksi dan saya meyakini cacat-cacat ini berpotensi menyebabkan tragedi di masa depan," kata Pierson.

"Itulah sebabnya saya mendorong agar ada investigasi di fasilitas pembuatan [pesawat]," tambahnya.

Baca Juga:
Petugas Ground Handling Terjatuh dari Pintu Pesawat TransNusa di Bandara Soetta

Ia mengatakan semua peringatan yang ia keluarkan sebelum kecelakaan Boeing 737 Max milik Lion Air dan kecelakaan pesawat dengan model serupa yang dioperasikan oleh Ethiopian Airlines, yang terkait dengan tentang kualitas produksi "telah menjadi kenyataan".

Ia menyatakan "ada banyak pertanyaan yang berlum terjawab".

Boeing sudah membantah kaitan antara dua kecelakan fatal dan kondisi di fasilitas pembuatan pesawat.

Pihak regulator di AS dan Eropa berkeras bahwa tinjauan mereka telah dilakukan menyeluruh, dan pesawat 737 Max kini dinyatakan aman.

Menyusul dua kecelakaan fatal, seluruh pesawat Boeing 737 max dilarang terbang, namun sudah sekarang kembali dioperasikan di Amerika Serikat dan Brasil, sementara untuk di Eropa, izin terbang diperkirakan keluar pekan ini.

Pierson mengeklaim pihak regulator dan penyelidik "mengabaikan sejumlah faktor", yang dia yakini, boleh jadi "memainkan peranan langsung pada dua kecelakaan".

Setelah dua kecelakaan terjadi, Pierson secara eksplisit mengaitkannya pada beragam kondisi di pabrik Boeing di Renton, dekat Seattle.

Masalah-masalah MCAS

Pesawat Boeing 737 Max

Seluruh pesawat Boeing 737 Max dilarang dioperasikan menyusul jatuhnya pesawat model ini yang dioperasikan olen Lion Air dan Ethiopian Airlines. Foto: Reuters.

Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT610 jatuh di Laut Jawa pada Oktober 2018.

Lima bulan berselang, Ethiopian Airlines dengan nomor penerbangan ET302 jatuh beberapa menit setelah lepas landas dari ibu kota Ethiopia, Addis Ababa.

Para penyelidik meyakini kedua peristiwa itu dipicu kegagalan sebuah sensor.

Perangkat tersebut mengirimkan data tidak akurat kepada peranti lunak pengendali penerbangan, yang disebut MCAS.

Sistem otomatis ini kemudian berulang kali ke memaksa hidung pesawat ke bawah, tatkala pilot dan kopilot berupaya menaikkan pesawat. Pada akhirnya dua pesawat itu menukik tak terkendali.

Graphic: How the MCAS system worksSistem sensor MCAS pada Max 737

Presentational white space

Berbagai upaya agar 737 Max aman diterbangkan telah difokuskan pada perancangan ulang peranti lunak MCAS, dan memastikannya tidak lagi dipicu kegagalan sensor tunggal.

Bagi Ed Pierson, ini tidak cukup. Sebagai veteran Angkatan Laut AS yang mengemban peran senior pada lini produksi 737 pada periode 2015-2018, dia merupakan saksi kunci dalam sesi dengar pendapat di Kongres AS terkait dua kecelakaan yang melibatkan 737 Max.

Dia mengatakan kepada para anggota Kongres bahwa dirinya menjadi begitu risau terhadap berbagai kondisi di pabrik, dia juga mengaku telah mengatakan kepada para bosnya bahwa dirinya ragu membawa keluarganya sendiri menumpang pesawat Boeing.

Ed Pierson at a House Transportation Committee Hearing On Oversight Of Boeing 737 Max Certification, on 11 December 2019

Ed Pierson (tengah) di Kantor Komite Transportasi dalam pengawasan sertifikat Boeing 737 Max, on 11 December 2019

Dalam kesaksian pada 2018 itu, Pierson menyebut pabrik dalam kondisi "kacau" dan "gagal berfungsi" karena, klaimnya, para staf kewalahan mendapat tekanan dari para manajer untuk membuat pesawat baru secepat mungkin.

Kini, dia khawatir masalah-masalah ini diabaikan karena tergesa-gesa agar pesawat 737 Max bisa kembali mengangkasa.

Laporan Pierson mengutip materi investigasi resmi. Laporan itu mengklaim bahwa pesawat Lion Air dan Ethiopian Airlines mengalami—yang dia yakini—cacat produk, hampir bertepatan dengan penerbangan perdana.

Kecacatan ini menimbulkan masalah secara berkala pada sistem kendali penerbangan serta anomali kelistrikan yang berlangsung pada beberapa hari dan pekan sebelum kecelakaan.

Pierson mengklaim masalah-masalah itu merupakan gejala kecacatan pada sistem perkabelan pesawat, yang bisa berkontribusi pada kekeliruan pengaktifan MCAS.

Dia juga menyatakan kegagalan sensor turut berkontribusi pada dua kecelakaan seraya mempertanyakan mengapa kesalahan demikian terjadi pada mesin-mesin baru.

Infographic of the Boeing 737 Max 8Presentational white spaceDalam kasus pesawat Lion Air, sensor yang cacat diganti dengan suku cadang lain yang tidak dikalibrasi secara layak.

Semua pertanda ini, menurut Pierson, "merujuk kembali ke tempat pesawat-pesawat ini diproduksi, pabrik 737".

Akan tetapi, dia berkeras bahwa kemungkinan kecacatan produk memainkan peranan dalam dua kecelakaan tidak ditangani oleh para regulator.

Dia mengklaim hal ini bisa menyebabkan kecelakaan lanjutan yang melibatkan Max atau versi 737 terdahulu

Laporan yang 'meresahkan'

Kerisauan Pierson dikuatkan pengampanye keselamatan penerbangan terkemuka, Kapten Chesley Sullenberger.

Pria dengan panggilan akrab 'Sully' ini adalah salah satu pilot yang mendaratkan pesawat pincang bermesin rusak jenis Airbus di Sungai Hudson dekat Manhattan pada 2009 lalu.

Sully juga meyakini modifikasi 737 Max tidak cukup menyeluruh.

Dia yakin perubahan diperlukan untuk memperbaiki sistem peringatan di dalam pesawat, yang merupakan versi lanjutan 737 dan "tidak sesuai standar modern".

Kapten Chesley "Sully" Sullenberger (tengah) bersaksi dalam dengat pendapat di Komisi DPR AS bidang Transportasi dan Infrastruktur mengenai status Boeing 737 MAX pada Juni 2019. Foto: Getty Images

"Laporan Ed Pierson sangat meresahkan, mengenai masalah manufaktur di pabrik-pabrik Boeing yang melampaui Max, dan juga mempengaruhi…versi 737 terdahulu," kata Kapten Sullenberger.

"Ada banyak pertanyaan-pertanyaan penting belum terjawab yang harus dijawab.

"Boeing dan Badan Aviasi Federal (FAA) pada akhirnya harus lebih transparan, dan mulai memberikan informasi serta data, sehingga pakar-pakar independen bisa menentikan kelaikan pekerjaan yang sedang dilakukan."

'Informasi terbatas'

BBC juga telah berbincang dengan mantan penyelidik senior dari Badan Penyelidikan Kecelakaan Udara Inggris (AAIB), yang kini bekerja sama dengan seorang spesialis keselamatan. Dia memperingatkan temuan-temuan Pierson harus ditinjau dalam konteks lebih luas.

Laporan itu, sebutnya, memuat "observasi sahih" mengenai tekanan yang dihadapi lini produksi Boeing dan pengawasan kualitas, serta kekhawatiran mengenai komponen-komponen tertentu.

Bagaimanapun, lanjutnya, "membawa informasi terbatas dalam laporan kecelakaan manapun…dan membuat analisis baru mengenai laporan itu, tidak sama dengan melakoni investigasi baru".

Menurutnya, beragam topik yang disoroti Pierson, "boleh jadi telah diselidiki dan sudah diselesaikan, untuk alasan yang baik."

Sementara itu, FAA berkeras persetujuan agar Max bisa kembali terbang diberikan menyusul adanya "proses peninjauan keselamatan yang dilakukan secara komprehensif dan menurut metode".

boeingSeorang pekerja berdiri dekat pesawat Boeing 737 MAX di Pabrik Boeing Renton di AS. Foto: AFP

FAA menambahkan, "Dari banyak investigasi dua kecelakaan itu tidak ada yang menghasilkan bukti bahwa kecacatan produksi memainkan peranan".

"Setiap pesawat yang hendak meninggalkan pabrik telah diperiksa oleh inspektur FAA sebelum diizinkan untuk diantar".

Boeing tidak mau berkomentar mengenai masalah kelistrikan dan kendali penerbangan, yang disebut Pierson boleh jadi memainkan peranan dalam kecelakaan Lion Air dan Ethiopian Airlines, sebab hal itu adalah urusan pihak penyelidik.

Akan tetapi, Boeing menegaskan bahwa dugaan adanya keterkaitan antara kondisi di Renton dan dua kecelakaan "sama sekali tak terbukti", seraya menekankan bahwa pihak penyelidik tidak menemukan keterkaitan tersebut.

Patrick Ky, kepala badan keselamatan penerbangan Eropa (EASA), sebelumnya mengatakan kepada BBC bahwa dirinya "memastikan" pesawat itu aman untuk terbang.

Kendati demikian, keluarga korban pesawat Ethiopian Airlines nomor penerbangan ET302 terus mendesak lembaga tersebut untuk tidak mengizinkan 737 Max beroperasi di Eropa "sampai kerisauan yang terus ada mengenai keselamatan pesawat ditangani secara penuh dan terbuka".

Sumber: BBC.com

 

Tags :