Soal Potensi Gempa dan Tsunami 29 Meter di Jatim, Ahli LIPI: Tak Ada yang Tahu Kapan Terjadi

  • Oleh : Redaksi

Jum'at, 04/Jun/2021 16:04 WIB


JAKARTA (BeitaTrans.com) - Media sosial diramaikan dengan informasi terkait potensi gempa dan tsunami di wilayah laut selatan Jawa Timur. Keriuhan itu berasal dari hasil kajian tim ahli Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang menyebutkan potensi terburuk bencana tsunami setinggi 26-29 meter di perairan selatan Jawa Timur. 

Hasil kajian itu disampaikan dalam webinar Kajian Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami di Jawa Timur pada Jumat (28/5/2021). "Waktu tiba gelombang tsunami tercepat akan sampai di Kabupaten Blitar dengan waktu tempuh gelombang dari pusat gempa selama 20-24 menit," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam webinar itu. 

Baca Juga:
Gempa Bumi Bermagnitudo 5,2 Guncang Pangandaran, BPBD: Tidak ada kerusakan

Tanggapan ahli LIPI 

Ahli gempa bumi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Danny Hilman Natawijaya mengatakan, hasil kajian BMKG belum valid secara ilmiah sebelum ada publikasi resmi. Kendati demikian, ia membenarkan adanya megathrust di selatan Jawa, seperti di Sumatera. T

Baca Juga:
PMI Pasaman Barat Data Tiga Orang Meninggal Dunia Akibat Gempa

 Menurutnya, tak ada yang tahu kapan potensi-potensi itu akan terjadi. "Yang namanya potensi itu kan tidak bicara masalah waktu. Kapan terjadinya, apakah dalam waktu dekat atau 100 tahun ke depan, itu yang kita belum tahu," kata Danny kepada Kompas.com, Jumat (4/6/2021). 

Ia menuturkan, serangkaian gempa yang terjadi di beberapa daerah di Jawa Timur tidak berhubungan dengan megathrust itu. Alih-alih di Jawa Timur, Danny justru lebih mengkhawatirkan potensi gempa di barat Padang.

Baca Juga:
BMKG Ungkap Potensi M8,7 dan Tsunami 8 Meter di Selat Sunda, Ini Wilayah Paling Rentan

"Di Padang beberapa waktu lalu ada gempa-gempa, itu kami benar khawatir karena di situ megathrust-nya," jelas dia. "Sumber gempa besarnya sudah di siklus akhir, bahkan sudah dalam periode pelepasan. Walau demikian, kita tidak bisa bilang apakah dalam waktu dekat, minggu, bulan, tahunan, atau puluhan tahun," sambung dia. 

Masyarakat diimbau tetap tenang 

Terlepas dari itu, Danny mengingatkan agar masyarakat tidak khawatir mengenai waktu terjadinya gempa dan tsunami itu. Hal yang terpenting adalah mempersiapkan diri dengan pengatahuan mitigasi kebencanaan, sehingga dapat meminimalisir terjadinya korban. Sayangnya, ia menyebut mitigasi bencana di wilayah selatan Jawa masih kurang. 

"Bahkan kebalikannya, akhir-akhir ini ada aktivitas, seperti tambak udang di pantai. Di Jogja tiba-tiba bikin bandara pinggir pantai. Itu yang harus menjadi perhatian," ujarnya. "Pemerintah seharusnya membuat masyarakat lebih aman di masa depan," tutupnya. `

Untuk diketahui, BMKG mencatat ada tren aktivitas gempa selama 5 tahun terakhir di Jawa Timur. Generator gempa di Jatim bersumber dari zona subduksi lempeng di Samudera Hindia dan sesar aktif di daratan. Sebagai daerah yang berhadapan dengan zona subduksi, maka pantai selatan Jatim berpotensi dilanda tsunami. 

Adanya zona seismik gap di pantai selatan Jatim menurut BMKG juga patut diwaspadai. Hal ini dikarenakan zona tersebut seharusnya aktif terjadi gempa, tetapi jarang terjadi gempa signifikan dalam jangka waktu yang lama.

 (jasmine/sumber: kompas.com).

Tags :