Hubungan Panas, Kapal Induk AS Latihan di Laut China Selatan

  • Oleh : Dirham

Selasa, 15/Jun/2021 16:56 WIB
Kapal Induk AS, USS Reagan, telah memasuki Laut China Selatan untuk melakukan misi rutin. Kapal Induk AS, USS Reagan, telah memasuki Laut China Selatan untuk melakukan misi rutin.

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Angkatan Laut Amerika Serikat menuturkan salah satu armada kapal induknya, USS Reagan, telah memasuki Laut China Selatan untuk melakukan misi rutin pada Selasa (15/6).

"Di Laut China Selatan, kelompok penyerang tengah melakukan operasi keamanan maritim, meliputi operasi penerbangan dengan pesawat, latihan serangan maritim, dan pelatihan taktis terkoordinasi antara unit darat dan udara," kata Angkatan Laut AS melalui pernyataan seperti dikutip Reuters.

Baca Juga:
Kapal Induk AS Kawal Kapal Tanker Israel yang Diserang di Teluk Oman

"Operasi kapal induk di Laut China Selatan adalah bagian dari kehadiran rutin Angkatan Laut AS di Indo-Pasifik."

Angkatan Laut menuturkan USS Reagan didampingi oleh kapal penjelajah rudal USS Shiloh dan kapal perusak rudal USS Halsey.

Baca Juga:
Amerika Kirim Kapal Induk ke Selat Malaka

Pengerahan armada kapal perang ini dilakukan AS ketika ketegangan antara Washington dan Beijing terus meningkat, terutama setelah pertemuan negara kelompok G7 di Cornwall, Inggris, 11-13 Juni lalu.

Dalam pertemuan itu, polah China menjadi salah satu topik utama yang dibahas tujuh negara maju tersebut.

Baca Juga:
2 Kapal Induk Amerika Latihan Militer di Laut China Selatan, Bikin China Marah

Dalam dokumen hasil pertemuan (communique) yang dirilis usai pertemuan berlangsung, negara G7 dengan gamblang menyinggung China mulai dari masalah hak asasi manusia (HAM) etnis Uighur di Xinjiang, otonomi Hong Kong, pandemi virus corona, hingga Laut China Selatan.

Dalam dokumen itu, negara G7 juga menyerukan China agar menghormati hak asasi manusia (HAM) dan kebebasan fundamental, terutama bagi rakyat di Xinjiang.

Tujuh negara dengan perekonomian tertinggi tersebut juga meminta China memberikan kebebasan dan otonomi lebih besar lagi bagi Hong Kong berdasarkan perjanjian pengalihan status wilayah itu antara Inggris-China pada 1984.

"Kami akan mempromosikan nilai-nilai prinsip kita, termasuk menyerukan China untuk menghormati HAM dan kebebasan, terutama dalam kaitannya dengan kebijakan di Xinjiang, dan juga HAM, kebebasan, dan tingkat otonomi yang lebih luas lagi bagi Hong Kong berdasarkan Sino-British Joint-Declaration dan Basic Law," bunyi kutipan dokumen bersama G7 tersebut.

Laut China Selatan memang menjadi salah satu penyulut ketegangan AS-China selama ini. Beijing mengklaim hampir 90 persen perairan kaya sumber daya alam itu yang bersinggungan dengan wilayah laut sejumlah negara terutama di Asia Tenggara.

Meski AS tak memiliki klaim wilayah di Laut China Selatan, Negeri Paman Sam berupaya menjaga salah satu jalur perdagangan utama dunia itu sebagai perairan internasional yang bebas.

China kerap keberatan bahkan marah dengan pengerahan kapal dan jet tempur AS di Laut China Selatan.

Meski klaim historisnya terhadap Laut China Selatan telah dimentahkan pengadilan arbitrase internasional pada 2016 lalu, China tetap menegaskan kepemilikannya dengan meningkatkan kehadiran militer di perairan tersebut.

Demi melawan klaim China, kapal perang AS kerap bolak-balik melewati Laut China Selatan dalam beberapa tahun terakhir. (ds/sumber CNNIndonesia.com)