Taliban Serukan Ratusan Pilot Pesawat Tempur & Komersial agar Kembali ke Afganistan

  • Oleh : Redaksi

Jum'at, 12/Nov/2021 00:01 WIB
Kapten Niloofar Rahmani adalah pilot sayap tetap pertama di angkatan udara Afganistan. (Supplied) Kapten Niloofar Rahmani adalah pilot sayap tetap pertama di angkatan udara Afganistan. (Supplied)

KABUL (BeritaTrans.com) - Kepala juru bicara Pemerintah Afghanistan Zabihullah Mujahid menyerukan seluruh mantan pilot militer Afghanistan untuk tetap berada di negara itu, dengan mengatakan mereka akan dilindungi oleh amnesti dan tidak akan ditahan.

Baca Juga:
AS Berharap Segera Relokasi 150 Pilot Afghanistan yang Melarikan Diri ke Tajikistan

“Pesan saya adalah tidak akan ada masalah keamanan terhadap para pilot ini di Afghanistan. Tidak ada rencana untuk menangkap mereka. Amnesti telah diumumkan. Para pilot, baik yang berasal dari militer maupun maskapai penerbangan swasta, dapat direkrut kembali dan mengabdi bagi negara ini. Kami akan memfasilitasi mereka. Mereka tidak perlu melarikan diri. Kami ingin kembali mengundang mereka. Kepergian sebagian pilot ini sangat disesalkan,” kata Zabihullah. 

Pernyataan itu disampaikan di tengah laporan bahwa lebih dari 140 pilot Afghanistan yang sebelumnya dilatih oleh Amerika dan sejumlah awak pesawat telah meninggalkan Tajikistan dalam sebuah evakuasi yang dimediasi Amerika hari Selasa (9/11), tiga bulan setelah mereka mengungsi ke negara itu pasca pengambilalihan Afghanistan oleh Taliban. Associated Press belum dapat mengkonfirmasi laporan tersebut secara independen.

Baca Juga:
Tegang? Taliban-Tajikistan Saling Kirim Pasukan ke Perbatasan

Pilot-pilot Angkatan Udara Afghanistan, bersama mitra-mitra mereka dari Amerika, memainkan peran penting dalam perang melawan gerilyawan Taliban selama 20 tahun yang berakhir dengan penarikan mundur seluruh pasukan asing pada akhir Agustus lalu. Serangan udara itu menimbulkan banyak korban di kalangan Taliban dan berulangkali mengusir kelompok gerilyawan itu dari lokasi-lokasi yang mereka rebut di berbagai bagian negara itu.

Ratusan pilot ini melarikan diri ke negara-negara Asia Tengah, termasuk Tajikistan dan Uzbekistan, setelah runtuhnya pemerintahan Afghanistan yang didukung Amerika dan kembali berkuasanya Taliban. Belum jelas berapa banyak pilot militer dan awak yang tersisa di Afghanistan, dan tingkat risiko apa yang mereka hadapi, atau sejauh mana jaminan Taliban itu dapat dipercaya.

Baca Juga:
Taliban Temukan Gudang Senjata Canggih yang Disembunyikan Amerika

Selama tiga bulan terakhir ini ada beberapa laporan pembunuhan balas dendam oleh Taliban, tetapi tidak dalam skala besar dan teroganisir. 

Pilot Perempuan Suaka ke Amerika

Kapten Niloofar Rahmani adalah pilot sayap tetap pertama di angkatan udara. (Supplied)

Sementara itu seorang pilot Angkatan Udara Afganistan diberikan suaka di Amerika Serikat setelah 16 bulan yang menegangkan menunggu pemerintahan Trump untuk mengambil keputusan atas kasusnya.

Kapten Niloofar Rahmani, 26, bergabung dengan Angkatan Udara Afghanistan pada 2012.

Terinspirasi dan didorong oleh ayahnya, ia menjadi pilot perempuan sayap tetap pertama di negara yang dianggap sebagai salah satu yang paling berbahaya di dunia bagi perempuan.

Saat menghadiri kursus pelatihan di AS pada tahun 2016, ia mengajukan permohonan suaka, mengutip ancaman pembunuhan terhadap dirinya dan keluarganya.

Pemerintah Afghanistan menanggapi dengan menyebut dia pembohong.

"Kami sangat senang ini telah terjadi," kata Kimberley Motley, pengacara Kapten Rahmani, kepada ABC.

Kapten Rahmani telah mendesak Pemerintahan Obama untuk memberikan suakanya sebelum Donald Trump berkuasa, karena takut usulannya untuk melarang Muslim memasuki AS akan memengaruhi kasusnya.

Ketika ditanya di CNN tentang Rahmani dan usahanya memerangi ekstremisme sebagai bagian dari Angkatan Udara Afghanistan, calon presiden, Trump mengatakan dia tidak tahu siapa dia dan terus berbicara tentang bahaya ekstremisme Islam.

"Sejujurnya sungguh menegangkan," kata Motley.

"Karena perubahan imigrasi di AS dan, terus terang, lebih sedikit orang yang diberikan suaka di AS daripada di bawah pemerintahan Obama - jadi itu sangat menegangkan baginya."

Kapten Rahmani mendapat kabar baik pada hari yang sama tiga serangan bom bunuh diri menewaskan sedikitnya 25 orang di Afghanistan, termasuk 11 anak-anak dan sembilan wartawan.

"Dia selalu khawatir tentang keluarganya. Dia hanya ingin memastikan keluarganya tetap aman karena mereka berada di Afghanistan tetapi dia senang dia telah diberikan suaka," kata Motley.

Setelah tidak dapat menemukan pekerjaan sambil menunggu permohonan suakanya, Kapten Rahmani sekarang menantikan untuk mendapatkan pekerjaan terbang di AS.


Photo: Kapten Niloofar Rahmani (25) adalah pilot pesawat sayap tetap pertama di Angkatan Udara Afghanistan. (Supplied)
"Dia fokus pada mimpinya - dia seorang wanita muda, sangat cerdas, sangat termotivasi dan sangat ambisius sehingga dia akan mencoba untuk melanjutkan mimpinya menjadi seorang pilot," kata Motley.

"Saya pikir dia jelas merupakan teladan yang luar biasa bagi para wanita Afghanistan ... teladan yang luar biasa bagi para wanita di seluruh dunia dan terus terang bagi para pilot di seluruh dunia.

"Dia ingin terus mendorong perempuan Afghanistan lainnya untuk masuk ke bidang penerbangan, dia ingin mendukung pemerintahnya di mana dia bisa dan dia ingin terus terbang.

"Mengenal dia, saya tahu dia akan membuat mimpinya menjadi kenyataan."