Inilah Tentara Bule Pertama Jadi Anggota Kopassus, Latih Pasukan TNI Perang Segala Medan

  • Oleh : Dirham

Kamis, 23/Des/2021 16:32 WIB
Mochamad Idjon Djanbi. Mochamad Idjon Djanbi.

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Tentara asing alias bule pernah menjadi anggota Kopassus (Komando Pasukan Khusus), pasukan elite TNI Angkatan Darat, bahkan menjadi komandannya. Pada masa awal kemerdekaan, kebutuhan akan pasukan khusus sangat mendesak. 

Ini karena situasi dan kondisi negara yang menghadapi berbagai pemberontakan. Pasukan khusus ini ditujukan untuk dapat menanggulangi berbagai ancaman yang dapat memecah belah persatuan bangsa dan negara. 

Misalnya saja pemberontakan RMS (Republik Maluku Selatan) pada 25 April 1950 yang dipimpin Christian Robert Steven Soumokil, mantan Jaksa Agung Negara Indonesia Timur. 

Tujuannya adalah melepaskan wilayah Maluku dari Republik Indonesia.  Namun, berkat kecekatan pasukan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) yang menguasai wilayah Ambon, pemberontakan RMS berhasil ditumpas. Kemenangan ini dibayar dengan banyaknya pasukan yang gugur. 

Berkaca pada beberapa pertempuran, sering kali musuh dengan kekuatan kecil berhasil menggagalkan serangan TNI yang memiliki kekuatan lebih besar. 

Setelah dikaji, hal ini bukan semata karena paukan musuh memiliki semangat juang tinggi dengan dukungan peralatan lengkap. Namun juga dipengaruhi kemampuan dalam hal taktik, menembak tepat, serta pengalaman tempur serta gerakan pasukan tersebut.  

Hal ini yang kemudian membuat Letkol Slamet Riyadi menggagaskan pembentukan pasukan khusus yang memiliki kemampuan berperang di berbagai medan. 

Sayang, sebelum ide ini tercapai, Slamet Riyadi gugur. Akhirnya seorang mantan anggota Korps Speciale Troepen Koninklijike Nederlans Indische Leger (KNIL), Mochamad Idjon Djanbi, yang membantu merealisasikan ide tersebut. 

Idjon Djanbi bukan penduduk pribumi. Bernama asli Rokus Bernardus Visser, dia lahir pada 13 Mei 1914 di Boskoop, Belanda dan sempat mengungsi ke Britania Raya. 

Kemudian dua dipilih menjadi sopir Ratu Wilhelmina sebelum bergabung dengan pasukan sekutu.  Setelah itu Idon Djanbi ditugaskan ke Indonesia untuk memukul mundur kekuatan Jepang bersama pasukan KNIL pada 1945.  

Setelah tinggal beberapa waktu, dia menyukai kehidupan di Asia dan sempat meminta istri dan anak-anaknya untuk pindah. Namun, karena sang istri menolak keinginannya, dia memutuskan bercerai. 

Idjon Djanbi pun memutuskan tinggal sebagai warga sipil dan menikah dengan perempuan berdarah Sunda. Saat itulah Rokus Bernardus Visser menjadi mualaf serta mengubah namanya menjadi Mochammad Idjon Djanbi. 

Pada 1951, Kolonel Infanteri Alexander Evert Kawilarang berniat untuk mengagas kembali ide Slamet Riyadi untuk membentuk sebuah pasukan khusus. Dia menugaskan Aloysius Sugiyanto untuk mencari orang yang sekiranya mampu melatih pasukan khusus tersebut.  Saat itu belum ada perwira pribumi yang menguasai teknik pertempuran komando yang mumpuni. 

Pilihannya pun jatuh kepada mantan tentara KNIL yang tersebar di berbagai tempat. Dari sanalah dia bertolak ke Bandung dan bertemu Idjon Djanbi, ketika itu menjadi seorang petani bunga di Lembang. 
Tidak mudah membujuk Idjon Djanbi untuk kembali berhubungan dengan dunia militer. Dia mengaku tidak ingin lagi menjadi tentara. Setelah 2 hari, Sugiyanto akhirnya berhasil membujuk Idjon Djanbi melatih peserta kursus intelijen militer. 

Dialah yang mengenalkan materi parakomando hingga perang berbagai medan seperti gunung dan hutan kepada prajurit TNI.  Idjon Djanbi juga melatih mental dan fisik para anggota TNI AD agar menjadi prajurit tangguh dan berwawasan luas. 

Tidak hanya melatih, Idjon Djanbi kembali aktif di dunia militer dengan bergabung bersama TNI dengan pangkat mayor. Pada 16 April 1952, pasukan istimewa yang diberi nama Kesatuan Komando Tentara Teritorium III/Siliwangi (Kesko TT III/Siliwangi), cikal-bakal Kopassus. 

Idjon Djanbi ditunjuk sebagai komandannya. Dia menjabat sebagai komandan sampai 1956.  (ds/sumber iNews.id)