Bakal jadi Sentral, Pembangunan Stasiun Manggarai Jalan Terus

  • Oleh : Naomy

Kamis, 09/Jun/2022 08:12 WIB
Suasana di Stasiun Manggarai Suasana di Stasiun Manggarai

JAKARTA (BeritaTrans com) – Pembangunan Stasiun Manggarai yang bakal menjadi stasiun sentral pertama dan terbesar di Indonesia masih terus dikerjakan oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan. 

Progress pengerjaan Stasiun Manggarai sudah mencapai 60,125% untuk pembangunan fisik sisi timur, dan ditargetkan akan dioperasikan pada tahun 2023. 

Baca Juga:
Program Motis 2024 Resmi Ditutup, DJKA Berhasil Angkut 12.733 Motor Pemudik

Sementara itu Stasiun Gambir masih tetap melayani perjalanan jarak jauh seperti biasa. Hal ini sekaligus menjawab pertanyaan berbagai pihak mengenai status Stasiun Gambir dan Stasiun Manggarai.

Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Zulfikri menyebutkan, Stasiun Manggarai dipilih menjadi lokasi pengembangan stasiun sentral mengingat posisinya yang sangat strategis dan perannya yang sangat vital dalam menunjang layanan kereta api di ibu kota. 

Baca Juga:
Kuota Mudik Motor Gratis dengan KA Sisa 4% Lagi, Ayo Buruan Daftar

"Saat ini, Stasiun Manggarai sudah mengemban peran menjadi stasiun hub untuk tujuh persimpangan jalur kereta api yang terdiri dari jalur yang mengarah ke Jatinegara, arah ke Jakarta Kota, arah ke Tanah Abang, arah ke Bogor, arah ke depo KRL Bukit Duri, arah ke Pusat Gudang Persediaan, serta mengarah ke Balai Yasa Manggarai,” urai Zulfikri di Jakarta, Kamis (9/6/2022). 

Hal ini membuat  Stasiun Manggarai menjadi stasiun tersibuk yang melayani lebih dari 20.000 penumpang dan 616 perjalanan KRL setiap hari sebelum pandemi. 

Baca Juga:
DJKA: Perawatan Eskalator Stasiun Manggarai Rampung, Sudah Bisa Digunakan Penumpang

Guna mengakomodasi tingginya lalu lintas kereta api dan mengurai bottleneck yang sering terjadi, Stasiun Manggarai kemudian dikembangkan oleh DJKA untuk menjadi stasiun sentral yang akan memiliki 18 jalur aktif saat pengoperasian penuh nanti.  

Keseluruhan jalur tersebut akan melayani kereta api (KA) jarak jauh, KRL Jabodetabek, dan KA Bandara, sehingga memudahkan masyarakat untuk berganti layanan dalam satu gedung stasiun.

Nantinya, sebanyak delapan jalur dari 18 jalur tersebut akan terletak pada lantai dasar (at grade) dan 10 jalur layang di lantai 2, sementara lantai satu difungsikan sebagai concourse. 

"Pada tahap pengembangan akhir nanti, Stasiun Manggarai juga akan dilengkapi 14 lift dan 14 eskalator untuk menunjang pergerakan penumpang," katanya.

Selain penambahan jalur, di Stasiun Manggarai juga akan ada penambahan luasan tempat terbuka, sebagai tempat bertemu orang yang lalu lalang di stasiun (concourse), dari  yang sekarang sudah terbangun.

“Kami ingin meyakinkan masyarakat, concourse yang tersedia saat ini masih akan ditambah lagi,”ucap Zulfikri.  

Concourse akan menjadi dua kali lebih luas dibandingkan saat ini, sehingga masyarakat akan lebih nyaman saat melakukan transit dan kegiatan lainnya di dalam stasiun.

Stasiun Manggarai juga dipersiapkan untuk dapat diintegrasikan dengan moda transportasi lain seperti LRT, Transjakarta, dan transportasi umum lainnya. 

"Pengembangan integrasi dan interkoneksi antarmoda ini dilakukan sebagai upaya untuk mengakomodasi pergerakan 1,2 juta penumpang yang diperkirakan akan dilayani oleh Stasiun Manggarai," ucap Zulfikri. 

Nantinya kawasan di sekitar Stasiun Manggarai juga akan ditata dan dikembangkan oleh DJKA bekerjasama dengan stakeholder terkait dan Pemerintah Daerah untuk menjadi kawasan bisnis terpadu sekaligus menata arus lalu lintas menuju stasiun. 

Dalam rangka mewujudkan transformasi Stasiun Manggarai menjadi stasiun sentral, diperlukan penyesuaian untuk menata dan mengkondisikan pergerakan kereta api dan penumpang di stasiun ini agar pembangunan dapat terus berlangsung. Salah satu penyesuaian tersebut dilakukan melalui kegiatan switch over (SO) 5 yang dilakukan pada Jumat (27/5) hingga Sabtu (28/5) silam.

SO 5 ini perlu dilakukan untuk memindahkan peron dan jalur aktif yang melayani KRL sehingga pembangunan dapat dilanjutkan pada sisi timur. Oleh sebab itu jika SO 5 tidak dilakukan, maka pembangunan stasiun sentral pertama di Indonesia ini dapat terhambat.

Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Jakarta dan Banten Rode Paulus menambahkan, pelaksanaan SO 5 ini nantinya akan diikuti oleh SO 6 yang direncanakan akan dilakukan pada November 2022 dan SO 7 yang akan dilakukan setahun setelahnya. 

"Rangkaian kegiatan SO ini diperlukan untuk memastikan operasional Stasiun Manggarai dapat berlangsung meski pembangunan terus berjalan," ujar Rode. 

Dia menuturkan bahwa pembangunan struktur stasiun terletak pada jalur aktif KA yang tidak boleh terganggu perjalanannya, sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi pengembangan Stasiun Manggarai.

Setelah selesai dibangun nanti, kehadiran Stasiun Manggarai menjadi stasiun sentral pertama di Indonesia diharapkan mampu meningkatkan pelayanan jasa angkutan penumpang KRL Jabodetabek dan KA jarak jauh dari dan ke Provinsi DKI Jakarta. 

Hal ini mengacu kepada negara-negara lain seperti Thailand dan Malaysia yang sudah terlebih dahulu memiliki stasiun sentral untuk menata pergerakan kereta api di negaranya. Melalui pengoperasian Stasiun Sentral Bang Sue di Thailand dan Stasiun KL Sentral di Malaysia, kedua negara tersebut berhasil mewujudkan moda transportasi kereta api yang terintegrasi dan memudahkan pergerakan penumpang. 

Berkaca pada kesuksesan Thailand dan Malaysia tersebut, stasiun sentral sejatinya memiliki peran penting dalam memastikan kelancaran aksesibilitas dan mobilitas orang dan barang antarkabupaten, antarkota maupun antarprovinsi di suatu kawasan. 

"Dampak positif yang diharapkan dari kelancaran mobilitas ini adalah meningkatnya kesejahteraan masyarakat sekitar daerah pembangunan, serta memacu dan memperlancar roda perekonomian masyarakat," imbuhnya. 

Di samping itu, melalui pembangunan concourse di stasiun sentral, diharapkan dapat mewujudkan keselamatan, kenyamanan dan keamanan para pengguna jasa. (omy)